Untuk pembaca lama!!!
Di wajibkan baca part² sebelumnya!!!-
-
-"Ya tuhan Candy!!!"
Tubuhku terhuyun kedapan. Dan bagaikan gerakan slow motion, aku bisa melihat wajah keras Dokter Justin bila tubuhku benar benar terjatuh. Bila aku ter jatuh... Bayiku!
'Kau anak yang tidak berguna...'
Tidak. Dengan gerakan reflek tanganku meraih lengan Dokter Nic yang berusaha untuk menahan tubuhku agar tidak tersungkur kedepan.
"Candy... Hati hati."
Aku mendongak dengan tubuh yang sudah bergetar. Aku melihat wajah Dokter Nic terlihat tegang. Namun tidak ada waktu untuk memikirkan reaksi nya, asam lambung ku semakin naik ke tenggorokan ku. Bila aku tidak segera bergegas aku akan muntah disini. Aku segera menahan tubuh ku agar tidak terjatuh saat berjalan melewati lorong badan bus yang melaju cukup cepat karena sudah masuk ke jalur tol.
Aku mengunci pintu toilet sebelum memuntahkan semua isi perutku hingga perut ku sedikit terasa perih.
"Ya tuhan" Aku mendongak an wajahku dan meremas perutku yang mulai terasa nyeri.
"Candy..." Pintu toilet di ketuk pelan dari luar. "Kau butuh sesuatu? Aku akan menyediakannya. Buka pintunya bila kau sudah selesai."
Aku menghiraukan suara Dokter Nic dan memilih menelungkupkan wajah ku di kedua tanganku untuk menenangkan diri.
Aku ini memang gadis yang cengeng. Aku ini memang gadis yang lemah.
Tak henti hentinya aku mengeluhkan semua itu. Tapi apakah salah, aku ingin mempertahan kan apa yang telah tuhan berikan untuk ku? Kenapa rasanya begitu menyiksa. Di satu sisi aku memiliki mimpi, dan di satu sisi lagi tuhan memberikan bayi ini kepada ku untuk ku jaga. Apa salah aku ingin memperjuang kan kedua nya?Tapi aku tau, di setiap dua pilihan pasti harus ada salah satu yang di korban kan. Walau pun untuk sementara. Namun untuk mengorban kan bayi ini demi mimpi ku? sungguh terdengar sangat egois. Seorang Candy bukan pembunuh. Ingat kan bila mimpi Candy kecil itu ingin menyelamat kan banyak nyawa dengan menjadi seorang Dokter ?
Maafkan aku. Aku memeluk perutku penuh penyesalan. Kenapa aku sempat ragu untuk mempertahan kan bayi ini. Sungguh bodoh. Mungkin ini yang menjadi ketakutan terbesar Dokter Justin. Ia takut anak ini pada akhirnya menjadi sebuah penghalang lagi untuk ibu nya. Dia dulu pernah mengalami nya. Maka dari itu dia bersikap seperti ini kepada ku.
Dia hanya ketakutan, bahwa anak ini akan kembali di hilang kan oleh ibu nya sendiri karena sebuah mimpi.
Aku mengusap ke dua pipiku yang basah. Mencoba untuk kembali bangkit berdiri sebelum membuka kunci pintu toilet.
"Ya tuhan, aku sangat khawatir. Kau pucat, apa kau dan..."
"Dokter Nic." Aku menyentuh lengan nya untuk menghentikan perkataannya. Bisa bahaya kalau semua orang tau tetang keadaan ku sekarang. "Aku baik baik saja. Aku hanya mabuk perjalanan."
Dokter Nic menatap ku dengan sorot yang cukup membuat ku tak nyaman. Namun aku mengartikan sorot matanya itu hanya sekedar sebuah ke khawatiran seorang pengajar untuk murid nya. Tidak lebih.
Memang nya apa lagi?
"Baiklah, kembali ke kursi mu. Aku akan mengambil air mineral untuk mu."
Aku tersenyum dan menatapnya penuh rasa terimakasih karena tidak semakin mempermasalahkan kondisiku saat ini.
Aku kembali melangkah kearah kursi ku. Sekilas aku memperhatikan Dokter Justin yang masih tenang tenang saja di kursinya. Dia masih menutup matanya dengan tangan terlipat di dada. Entah kenapa aku masih kecewa dengan sikapnya ini, walau pun aku sudah mencoba untuk menghiraukan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MD: Lost In Thought | 🔛
RomanceMy Doctor #Book2 Bukan hanya dirimu saja yang terkejut akan kehadiran nya. Dan bukan pula aku mencoba untuk menolaknya. Kehadirannya adalah suatu anugerah. Tapi... kenapa dia harus harus hadir di waktu yang tidak tepat ?. Dengan kondisi ku dan dirin...