BAB - 3

9.3K 642 145
                                    

SELAMAT MEMBACA

-Tiga alasan gue benci sama dosen itu: 1. Mukanya datar mirip nilai gue, 2. Sok cool tapi jadinya kek orang gagu, 3. Sok ganteng, tapi emang sih-


Sepanjang waktu berjalan, baik itu penjelasan maupun pelajaran, semua mahasiswi terpana dengan katampanan dosen mereka, yang bernama Fadil.

Sorotan mata mereka tak beralih dari wajah tampan dosen muda tersebut. Meskipun suara yang pria itu miliki terbilang berat, justru hal tersebut menambah kharisma dosen itu.

Namun lain halnya dengan Nada, sorot pandangan kesal serta tak suka terus ia tunjukkan kepada siapa pun yang ada di dalam sana. Ada rasa menyesal dalam hatinya, jika ia tahu bahwa dosen barunya adalah pria ini, lebih baik ia tidak pergi kuliah sekalian.

"Hey kamu, kenapa cemberut? Tidak suka dengan saya?" Suara beratnya kembali terdengar, mengisi keheningan kelas.

Seketika pandangan para wanita tertuju kepada Nada, sorotan tajam mereka seakan menunjukkan bahwa Nada adalah gadis yang bodoh. Padahal mereka tidak tahu, seperti apa sifat dosen yang mereka kagumi itu.

"Enggak Pak, cuma sakit perut aja," jawab Nada ketus. Tangannya memainkan pena yang ia putar-putarkan.

"Hufft, kalau sakit perut, pergi ke klinik," suruh Fadil, kembali menuju kursinya yang awalnya ia berdiri.

"Mager."

"Heh Nada! Sopan dikit dong sama dosen baru kita, apalagi dosen ganteng gitu, lo gak demen?" Anis bersuara, sangat jelas ia tengah mencari perhatian dosen ganteng itu.

"Iya nih Nada, aneh banget, giliran sama dosen tua demen!" timpal Gea, membuat keributan kelas muncul seketika.

"Heh, gue gak kayak kalian, ngeliat cowo ganteng dikit langsung teler!" sahut Nada yang tak terima dirinya diprovokasi.

Dosen itu berdiri, melerai perdebatan yang terjadi di hadapannya. "Sudah, sudah. Kalian jangan ribut, sekarang saya minta, kalian baca biografi tokoh menteri keuangan Indonesia, jika selesai silakan tidur."

Seisi kelas melongo, kecuali Nada. "Tidur, Pak?" tanya Abim yang duduk di belakang tak percaya.

Fadil mengangguk santai. "Iya, tidur, kenapa? Gak mau?"

"Eh, ya mau dong Pak!" sanggah Abim cepat. Ia tak mau kehilangan kesempatan ini. Jarang-jarang ada dosen yang menyuruh muridnya tidur.

"Tapi hanya lima menit, setelah itu silakan catat di buku tulis big boss, pakai pena merah untuk judul, dan pena biru untuk nama, untuk penjelasan menggunakan pena hitam, spasi yang digunakan harus selaras, setiap paragraf baru awal kata harus menjorok ke dalam, bila perlu kalian gambar tokohnya. Selamat mengerjakan."

"WHAT?!"

***

"Wah, gila tuh dosen, baru aja masuk, udah ngasih tugas ribetnya minta ampun, gimana kalo udah lama?"

Sejenak Nada menarik napas panjang, sebelum ia berbicara lebih panjang. "Kan udah gue bilang, wajah tampan gak menjamin kepribadian Gea, lo semua gak tau sifat tuh dosen kek gimana."

Dikhitbah Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang