ᴅᴜᴀ

106 8 0
                                    

Jangan lupa untuk mengkritik!
Happy reading
۝

Hujan sudah reda, pria itu menunggu wanita yang akan dijadikan korbannya keluar dari toko bunga, memang sepertinya semesta sangat-sangat mendukung dirinya malam ini.

Zirco tersenyum smirk, "Aku akan menangkapmu malam ini, Cila."

Zirco keluar dari mobil dan mengikutinya dari belakang.

Wanita itu sepertinya menyadari, sedari tadi ada yang mengikutinya dari belakang. Ia mempercepat langkahnya dengan kepala yang terus menoleh ke depan dan belakang. Napasnya sudah tidak teratur, perasaannya mulai tidak karuan.

Ada perasaan sedikit lega ketika mengetahui pria itu tidak mengikutinya lagi.

Deg.

Langkahnya terhenti di saat Zirco menghadangnya.

Cila melangkah mundur sedikit demi sedikit, di pikirannya jika ia sedikit menjauh dari pria itu, ia bisa berlari.

Zirco mengangkat tongkat kayunya.

Ini waktu yang tepat untuk wanita itu melarikan diri. Belum sempat berlari, lututnya sudah melemas.

Pria itu mengambil ancang-ancang.

Dan...

Bugh!

Ia memukul tengkuk sebelah kiri Cila dengan tongkat, tubuhnya langsung ambruk, dengan setengah sadar wanita itu terus berusaha meraih ponselnya yang terlempar sedikit jauh.

Bugh!

Bugh!

Zirco menendang perutnya dan yang terakhir ia menendang kepala sebelah kirinya cukup keras, cairan kental berwarna merah keluar dari pelipis sebelah kirinya.

"Tolong saya," lirih wanita itu.

Cila sudah tidak menyadarkan diri.

Pria itu langsung mengangkat tubuh Cila dan memasukannya kedalam mobil silver yang berada di depan toko bunga tadi. Beruntung jalan yang ia lewati sangatlah sepi.

***

Zirco menghancurkan mobilnya untuk menghilangkan jejak, karena ia tahu pasti ada CCTV yang menyorot dirinya saat melakukan aksi.

Ia menidurkan Cila di ranjang yang sudah disediakan di tengah-tengah ruangan. Alena menangis histeris saat melihat Zirco membawa korban lagi.

Pria itu langsung mengikat kedua tangan dan kaki Cila. Ia membawa air hangat dan kain untuk membasuh darah yang keluar dari pelipis wanita itu tadi.

Cila terbangun dengan nafas yang belum teratur, ia berteriak sekeras yang ia bisa.

"Sssttt," Zirco menyimpan telunjuknya di bibir Cila dan langsung melepas topengnya.

"K-kak zir-zirco?" ujar Cila ketakutan.

"Lepasin Cila kak, lepasin. Tolong, ada orang disana?" teriak Cila histeris.

Zirco langsung menyuntikan obat penenang di lengan sebelah kiri Cila.

"Lepasin Cila kak, tolong," lirihnya dengan tubuh yang kembali lemas, untuk bicara saja ia sudah tidak kuat.

Pria itu mengelus lembut pipi Cila, "Diam! Aku tidak suka wanita yang terlalu banyak bicara."

Ia memasukan Cila ke dalam sel yang masih kosong, hanya Cila yang sedari tadi berteriak meminta tolong, ke lima wanita lainnya sudah pasrah.

Alena terduduk dilantai dengan gaun pengantin yang sudah lusuh, dengan antusiasnya ia melahap makanan yang di berikan Zirco, seperti orang yang tidak di beri makan berminggu-minggu.

Zirco keluar untuk membeli beberapa barang yang ia butuhkan dan membeli kue kesukaan wanita yang dulunya menjadi kekasih pria itu.

Ia mendengar gosipan beberapa ibu-ibu yang sedang berkumpul di toko kue.

"Aku dengar, gadis cantik yang kemarin sore datang ke toko kue mu ini, ia menghilang," seru seorang ibu satu membuka awal pergosipan.

"Aku dengar dia berlibur bersama prianya," sahut ibu dua, pemilik toko kue itu.

"Tidak ada yang bisa menghubungi dia dan tidak ada juga kabar darinya, ia benar-benar menghilang," ujar ibu satu meyakinkan.

"Tapi, wanita yang tempo hari di culik, kurus-kurus, 'kan?" tanya ibu dua.

"Sepertinya tersangka mengincar wanita yang kurus," sahut ibu tiga.

"Kenapa dia tidak mengincar wanita gemuk sepertiku?" celetuk ibu satu.

"Hei, kamu tidak menyadari? Jika tersangka itu menculik mu, ia akan terlalu terbebani ketika mengangkat mu." cemooh ibu tiga.

"Sembarangan! Gemuk-gemuk seperti ini aku masih menarik tahu," ketus ibu satu.

Zirco terkekeh mendengar gosipan ibu-ibu itu, entah mengapa ia bisa hampir tertawa hanya mendengar percakapan receh seperti itu.

***

Dua orang polisi datang ke tempat persinggahan Zirco.

"Tidak ada CCTV satupun di daerah sini," seru polisi satu.

Polisi kedua melihat-lihat. Ia memasuki pabrik pembuang dan penghancur mobil yang diikuti oleh polisi satu.

"Halo. Pak," sapa polisi satu kepada pak Surya.

"Apa yang membawa kalian kemari?" tanya pak Surya. "Apakah kamu mau membuang mobil?"

Polisi itu menunjukan kalung name tagnya. "Saya polisi. Kami disini untuk mencari mobil, mobil berwarna silver keluaran 2013. CCTV di depan toko bunga menunjukan kalau mobil itu melaju ke arah pabrik ini. Apakah anda pernah melihatnya baru-baru ini?"

Jantung pak Surya berdebar-debar tetapi ia menutupinya dengan rasa acuh tak acuh terhadap kedua polisi itu.

"Tidak," jawab santai pak Surya, ia kembali pada pekerjaannya yaitu membongkar mesin mobil.

"Apakah anda pemilik tempat ini?" tanya polisi dua.

"Bukan. Bos saya sedang pergi." seru pak Surya.

Polisi dua mengacak-acak plat nomor yang berceceran disana.

"Jika anda melihat mobil itu, hubungi kami di nomor ini," polisi satu memberikan kartu namanya.

"Baiklah."

Kedua polisi itu pergi dari sana dengan rasa penasaran yang belum terobati ke tempat itu.

***

Hai Ges.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya xixi.

𝐓𝐞𝐫𝐬𝐚𝐧𝐝𝐞𝐫𝐚 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang