C I N T A

4K 83 42
                                    


Hiuffttttt, huuuuu.

Aku menarik nafasku dalam – dalam, lalu mengeluarkannya perlahan. Pikiranku lagi kalut dan sangat tegang sekali. Aku sekarang lagi duduk didepan ruang persalinan, disebuah rumah sakit terkenal dikota ini.

Aku duduk disini, karena istri tercintaku sedang bertaruh nyawa didalam ruangan sana, untuk melahirkan buah hati kami tercinta.

Aku tidak sanggup mendampingi istriku didalam sana, karena aku terlalu pengecut mendengar rintihan kesakitannya dan aku terlalu pengecut untuk melihat darah yang keluar dari tubuh mulus istriku. Aku tidak sanggup mendengar dan melihat semua itu.

Kalau aku tetap memaksakan diriku untuk masuk dan berdiri disebelah istriku, bisa – bisa bukan istriku yang ditangani oleh dokter, tapi aku yang pengecut ini yang akan ditindak didalam ruangan sana. Assuuu.

Padahal, segala bentuk perkelahian tersadis pernah aku lihat dan aku jalani waktu itu di Kota Pendidikan. Aku sudah biasa melihat orang terbunuh dihadapanku, bahkan aku sendiripun pernah membunuh. Entah berapa orang yang sudah menjadi korbanku. Aku pernah mematahkan kaki, tangan, leher, punggung, bahkan hidung preman jalananpun, pernah aku buat rata dengan wajahnya.

Bau amis darahpun sudah biasa aku hirup dan aku rasakan disetiap pertempuranku. Tapi aku justru takut, ketika aku melihat darah dan rintihan kesakitan dari orang yang aku cintai itu. Bajingan.

Kondisi istriku yang sudah tidak muda lagi dan bayi kembar kami yang ada diperutnya, membuat kekhawatiranku semakin menjadi. Dan diusia kami yang sudah diatas 40 tahun ini, memang rentan sekali bagi kami untuk mempunyai momongan. Terlalu banyak resiko yang akan dihadapi, selama istriku mengandung dan ketika akan melahirkan. Apalagi istriku bersikeras untuk melahirkan secara normal.

Hiuuffttt, huuuuu.

Oh iya. Namaku Aldo, Aldo Septian Hadi. Aku berasal dari Kota Pendidikan. Aku lahir dan besar dilingkungan yang keras, sekeras permainan bola yang selalu diterapkan klub kebanggaanku dikota itu.

Aku menikahi seorang wanita yang cantik dan sangat kucintai. Aku mencintai wanita ini pada pandangan pertama, saat kami bertemu waktu itu.

Bertahun – tahun yang lalu di Kota Pendidikan.

"Do, kodew." Ucap Satria sahabatku, ketika kami berkumpul tidak jauh dari sekolah kami. (Kodew = wedok = wanita)

Satria ini kakak kelasku di STM, tapi dia lebih senang bergabung dengan kami anak kelas satu.

Aku pun langsung melihat kearah wanita yang disebutkan Satria tadi. Dan benar saja, Diseberang jalan sana rombongan wanita cantik dengan perkaian putih abu – abu, berjalan dari ujung jalan dan akan melewati kami.

"Kodew, kodew, kodew." Tiba – tiba semua temanku yang melihat rombongan para wanita itu, langsung menoleh kearah para wanita itu juga.

Ya biasalah kalau anak – anak STM melihat para wanita, apalagi dari SMEA, pasti mata mereka seperti mau keluar saja.

"SMEA Negeri iki ker." (SMEA Negeri ini bro) Ucap temanku yang bernama Dono.

"Ayu ne rek, rek." Sahut temanku yang bernama Eko.

"Wani' a nyedek'i.?" (Beranikah dekatin.?) Ucap Dono kepadaku, ketika rombongan para wanita itu sudah berada disebarang jalan dan tidak terlalu jauh jaraknya dengan kami.

Semua temanku yang berjumlah belasan inipun, langsung melihat kearahku.

"Cuukkk'i, lapo ndelok'i aku.?" (Cukkk'i, kenapa ngelihatin aku.?) Ucapku lalu aku menghisap rokokku.

C I N T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang