-his tape

15 1 0
                                    

Rumah Babeh,06:22 WIB

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah Babeh,
06:22 WIB

Weekend adalah saat paling membahagiakan bagi mahasiswa. Biasanya mereka bisa menghabiskan hari dengan berleha-leha, tidur dan bermain game sepuasnya-pokoknya apapun aktivitas pelepas kepenatan setelah seminggu penuh menghadapi beban berupa tugas yang menggunung bak Himalaya.

Begitu juga di rumah indekos yang ditempati Adam dua tahun ini-Adam dan yang lain lebih senang menyebutnya Rumah Babeh atau RB karena pemiliknya, Ucok Soedarwanto, senang sekali dipanggil Babeh daripada 'Pak' atau 'Om'.

Rumah ini dihuni oleh 13 orang dengan kepribadian berbeda ini tentu biasanya ramai dengan ocehan sana-sini, teriakan peringatan, tawa, nyanyian dan sebagainya-tapi pada saat weekend, semua berkompromi untuk senyap dengan dunianya sendiri.

Begitupula dengan Adam, yang selepas subuh berniat merebahkan diri lagi sebagai self-reward setelah melalui seminggu kuliah yang padat, andai saja Mavin tidak menegurnya.

"Dam," panggil cowok kolektor gantungan kunci itu, "Katanya mau bersih-bersih kamar? Kenapa pula rebahan? Keburu siang, malas nanti."

Mavin adalah tetangga kamar Adam-usianya satu tahun lebih tua, tapi pola pikirnya sangat dewasa dan untuk perkara kebersihan, Mavin selalu maju paling depan untuk mengingatkan.

Macam ibu kost.

"Bentar bang, ngantuk kali."

"Paksakan lah Dam. Gitu aja kok gak mampu pula kau," cibir Mavin lantas berlalu, berniat mengintervensi kamar Awan, yang paling muda, untuk membereskan cucian.

Adam merenggangkan tubuh. Dalam hati, ia membenarkan kata Mavin-kalau makin siang, makin malas pula nanti. Padahal rencananya untuk membereskan rak buku yang super berantakan dan kardus-kardus yang teronggok di sudut kamar sudah disiapkan jauh-jauh hari.

"Dibantu nggak, Dam?"

Mavin muncul kembali di pintu kamar Adam yang terbuka lebar, kali ini di pundaknya bertengger kanebo dan di tangan yang lain ada kemoceng. Macam staf di Kanjeng Mami itu-tepat ketika si pemilik kamar membongkar satu demi satu kardus using berdebu itu.

Adam nyengir, "Bang Apin mau bantu memangnya?"

"Kalau nggak ada pula privasi-privasi di kardus yang mau kau bereskan itu, sini dah dibantu."

"Ahahaha," Adam tertawa mengingat seminggu lalu Mavin si seksi kebersihan rumah kena semprot Ben karena membereskan satu kardus penuh kenangan miliknya. "Masuk, bang. Nggak ada pula kok aku sembunyikan rahasia disini."

Maka duduk lah dua anak manusia itu, membongkar satu demi satu barang yang hampir setahun ini tidak tersentuh, tertutup debu. Sesuai perkataan Adam, tidak ada rahasia yang tersimpan dalam kardus-kardus itu. Hanya ada buku-buku teori, kumpulan kertas praktikum dan sisa catatan, toples origami harapan, CD band lawas kesukaan, dan bolpen tidak terpakai.

Membuat Mavin mendecak heran, bisa pula ini anak hidup dengan sampah sampah gak guna macam ini?????

"Dam, kau koleksi casette tape gitu?"

Adam mendongak bingung, "Tape apa bang?"

Adam mendongak bingung, "Tape apa bang?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Noh, kau tengok lah sendiri. Banyak kali nih."

Adam membelalak melihat kardus kecil yang disodorkan Mavin. Namun, bukannya menerima, Adam malah beranjak berdiri dan membongkar container box dibawah kasurnya; membuat alis Mavin terangkat tiba-tiba. "Cari apa pula kau Dam? Mau kau buang juga itu container kau?"

"Nggak bang, gue-AHA INI DIA!"

Adam tidak mengerti kenapa hatinya begitu senang begitu mendapati bahwa tape recorder yang bertahun lalu disimpannya itu masih ada. Tangannya lalu bergerak meraih salah satu casette tape yang ditempeli label 'mixtape', dan memasangnya.

Lantas berikutnya, dari kamar kecil si pemuda, suara gadis yang selalu diingatnya itu mengudara. Menenggelamkan Adam dalam memori lama, dan mengubur Mavin dalam tanya.

"Halo, Adam? Aku sengaja bikin rekaman ini. Khusus buat kamu, soalnya kamu suka rese telfon kalo aku lagi belajar, HAHAHA jadi aku rekam aja deh ya biar kamu nggak rese dan aku bisa belajar lebih tenang."

Adam menarik nafas, hatinya meledak dalam euforia perih dan luka. Mengabaikan Mavin yang masih menatapnya curiga.

"Adam, semangat ya! Aku tau kedepannya hidup nggak akan membawa kamu ke jalan yang mudah, tapi aku harap kamu bakal selalu nikmatin prosesnya. Sama seperti hubungan kita yang mengalir apa adanya. Dan lagi, aku yakin, kamu juga bakal makin keren dari hari ke hari. Well, dan aku, pastinya, juga bakal makin sayang sama kamu hari ke hari HAHAHAHA ENGGA DING CANDA."

"........."

"Adam, aku sayang kamu. Tolong terus bahagia, ya?"

Rekaman itu mati.

Melemparkan Adam kembali ke dunia nyata, bahwa barusan bukan gadis kesayangannya yang ada disana. Hanya suaranya saja yang tersisa.

"Itu.....pacar kau, Dam?" tanya Mavin, ragu.

"Dulunya, iya."

Senyum pedih Adam terbentuk perlahan, menjadi jawaban.

[]

[]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝙎𝙥𝙖𝙘𝙚𝙨 ; YedamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang