-his new lover.

10 1 0
                                    

"Ckckck, lo tuh makanya kalo futsal kira-kira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ckckck, lo tuh makanya kalo futsal kira-kira. Udah lama gak main, masih aja nekat."

"Iye tuh, sok jagoan sih."

Adam tahu konsekuensinya pulang dengan kaki pincang akibat jatuh dalam posisi yang kurang tepat selepas futsal adalah omelan panjang Jio komentar Jundi, tapi apadaya.

Mau kemana lagi coba kalau tidak pulang kesini, ya kan?

"Yah, kok yang luka cuman lutut sih?" tanya Jidan kecewa. Membuat seisi ruang bingung seketika.

"Lah bersyukur kali yang luka cuma lutut." balas Dirga, tak terima. "Kenapa si kau tuh, dek??"

"Kan kalo misal muka bang Adam bonyok gitu kan siapa tau kita bisa punya teori lain. Misal Bang Adam kelar futsal dijotosin karena rebutan cewek-"

Belum juga Jidan menyelesaikan ocehannya, tangan Ansel dan Kenan sudah sigap membekap. Mencegahnya makin ngaco dalam mencetuskan hal-hal sinetron lain.

Maklum bun, Jidan memang otak sinetron. Cocoklah kalau debut jadi sutradara di Indosiar.

"Jidan mending lo balik kamar, belajar yang bener." Nasihat Hugo sambil mengupil. Tampaknya ini anak menikmati betul bagaimana Jidan, partnernya, ditahan oleh abang-abangnya.

"Go, ngaca."

"Lah gue mah udah pinter, Jid-EH ASU KOK RUPAKU MBOK BALANG BANTAL I LHO?!"

Jundi dan Jio yang sibuk membersihkan lecet di kaki Adam hanya bisa menghela nafas melihat Hugo dan Jidan kembali berulah, berlari kejar-kejaran mengelilingi rumah.

"Mulai lagi,"

Adam terkekeh, tapi detik berikutnya berjengit ketika kapas berbasuh revanol itu menekan lukanya sedikit keras. Sakit.

"Eh pelan-pelan, Ga." tegur Jundi ketika sadar Dirga, si pelaku, yang ingin ikut berkontribusi dengan kesembuhan Adam. "Kasian tuh si Adam. Meringis-ringis gitu."

"EH maaf bang!" Dirga berseru khawatir.

"Gak papa, santai santai."

"Ko bilang santai santai tapi hampir pula kau nangis kan." Ledek Ansel.

"Nggak lah gue gak cengeng. Gini doang, elah. Gue mah kuat."

Jio menggeleng-gelengkan kepala, "Iya, lo gak kuatnya kalo doi jalan sama yang lain ye."

"EAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKK."

Rasanya Adam ingin mengubur diri deh kalau berhadapan dengan Jio-padahal, bukankah abangnya yang satu ini bahkan tidak tahu apa-apa tentang Aninda, gadisnya?

Kenapa juga Adam merasakan efek ucapan Jio sedemikian dahsyatnya?

Apa karena benar adanya-bahwa Adam tidak sanggup membayangkan Anin menggandeng pria selain dirinya?

𝙎𝙥𝙖𝙘𝙚𝙨 ; YedamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang