Malam telah tiba. Konohamaru sebagai kapten tim memerintahkan muridnya segera berbenah. Di Siang hari tepatnya Tim 7 tengah berlatih demi mempersiapkan diri, berlatih dengan penuh semangat tanpa adanya yang mengeluh. Tentunya sang guru memantau latihan yang sedang berlangsung selama 3 jam lamanya.
Semua peralatan ninja masing-masing telah digenggam. Saatnya mereka beraksi dan bergegas meninggalkan area kamar.
Hizori tengah menunggu di depan sambil termenung menatapi masa depan desanya yang kini dalam ancaman.
Konohamaru membungkuk hormat lalu berdiri tegar menghadap Hizori. "Kami sudah siap Hizori-san!" Ucap Konohamaru. Hizori berbalik lalu menepuk pundaknya pelan. "Aku berterimakasih banyak padamu Sarutobi. Kau memang layak menjadi seorang pemimpin bagi muridmu itu. Aku cuma bisa berharap kembalilah dengan selamat!" Titah Hizori tersenyum.
"Ha'i dimengerti Kore!"
"Oh ya, sebelum itu Aku akan memberimu ini Hizori-san!" Konohamaru mengorek sakunya dan mengenggam sebuah mercon lalu diberikan kepadanya.
Dia terbingung, alisnya sedikit terangkat seakan bertanya apa maksudnya ini.
Hizori mengernyitkan dahinya bingung. Mercon? Untuk Apa? Tanya Hizori.
"Ini sebagai penanda jika disaat desa ini diserang oleh mereka. Anda bisa menekan bagian ini dan mercon ini akan terbang ke udara lalu meledak disana!" Jelasnya dengan nada tenang dan sopan. Hizori mengangguk paham.
"Tak kusangka kau memang berpikir ke depan Sarutobi. Dirimu sangatlah mirip dengan mendiang kakekmu itu ya!"
"Ya, Kakek ku memanglah pria yang hebat di masanya. Sebagai Anaknya Aku harus meniru kedisiplinannya juga!" Kata Konohamaru
"Nii-chan kapan kita berangkatnya. Hari semakin malam!" Tanya Boruto sambil menyenderkan tubuhnya di dinding terbuat dari kayu.
Alih-alih Sarada melirik Boruto sekilas, Pemuda itu terlihat menggerutu kesal. "Hei, Biarkan Sensei berbicara Boruto. Jangan memotongnya!" Timpal Sarada.
"Hm..? Kenapa kau marah, Aku hanya bertanya saja apa salahnya. Lagian Sensei sudah selesai berbicara ttebasa! Kerutan dahi Sarada muncul, tangannya gatal sekali ingin menjitak kepalanya. "Sialan kau!"
Taps
Deg!
"Mitsuki!" pemuda surai biru tersebut menghentikan aksi Sarada. Sesenti lagi tinjunya segera mendarat di kepalanya jika Mitsuki tak cepat bertindak. "Tahan emosimu Sarada. Dia cuman bertanya saja jangan berlebihan. Kau tampak lebih bodoh kali ini Sarada!" Tegas Mitsuki. Sontak Sarada tersadar lalu meminta maaf dengan segera.
Dengan wajah tertunduknya dan rasa bersalahnya, Sarada meminta maaf dengan penuh keikhlasan. "Maafkan Aku, tak semestinya Aku bertindak kasar padamu. Tiba-tiba emosiku tak terkendali, sekali lagi Maafkan Aku ya, Boruto!" Boruto meraih dagunya dengan maksud tak merendahkan dirinya sendiri. "Sudahlah Aku mengerti. Tak perlu menunduk begitu, perasaan seorang wanita memanglah sensitif, Aku memakluminya dattebasa!" Lanjut Boruto.
"Aah.. Baka Sarada. Kenapa dirimu yang disini kelihatan begitu bodoh, bahkan dirimu melebihi kebodohannya Shannaroo!" Batin Sarada meronta-ronta karena kebodohannya.
Konohamaru menghela nafasnya. Dia salut dengan kedewasaan Boruto. Biasanya dia sering mendebatkan suatu yang tak berguna dengan sang Uchiha tersebut.
Kini dia angkat bicara, kondisi telah menenang dari ketegangan antara Boruto dan Sarada tadi. "Hizori-san kami segera berangkat. Sekali lagi Aku mengingatkan Anda, gunakan benda itu sebaik-baiknya!" Ucap Konohamaru dan berbalik menghadap muridnya. "Ayo, kita berangkat kore!" Perintah Konohamaru. Lantas ketiganya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ BoruSara ] Change the Future ( Hiatus )
Adventure[ akan dilanjutkan setelah cerita "The Famous Girl" mencapai 10 chapter ] jangan lupa mampir Uchiha Sarada telah kehilangan semuanya. Satu-satunya Manusia yang selamat dari kepunahan. Suami tercintanya yaitu Uzumaki Boruto telah gugur disaat perang...