Jari telunjuk Laksmana langsung tertuju pada pasangan di depan, seorang lelaki tinggi dan gadis berambut pirang. Mereka adalah Ivan dan Rosanna. Hanya dengan melihat mereka saja, hati Petra mulai membeku. Matanya terbakar dengan amarah dan rasa cemburu. Petra hanya bisa diam.
"Kenapa mereka berdua ada di sini?" tanya Sherry dengan kesal.
"Mereka pasti menghabiskan liburan. Tahu lah, anak orang kaya," sindir Laksmana.
"Iya sih, tapi apa yang harus kita lakukan?"
"Apa sebaiknya kita pindah ke toko lain saja?" saran Laksmana.
Saat itu juga, Rosanna mulai mengetahui kehadiran mereka. Itu si gadis murahan dengan temannya. Apa yang mereka lakukan di sini?Ahh, aku harap Ivan tidak melihat mereka, batinnya.
Rosanna segera menggenggam lengan pemuda di sampingnya dengan erat, membuat Ivan menghadapnya. "Sayang, ayo kita cari makan di lantai atas," ajak Rosanna.
"Lho, tadi kau bilang belum lapar," jawab Ivan.
"Iya ... itu kan tadi...."
Tanpa disadari oleh Rosanna, Ivan menghadap ke arah depan dan melihat Petra bersama kedua sahabatnya. "Itu bukannya Petra ya? Dengan Sherry dan Laksmana," tunjuk Ivan.
Rosanna terkejut dan menoleh ke arah depan. Sial, ketahuan. Bagaimana ini? batinnya sambil menggigit bibir.
"Bagaimana kita bertemu mereka sebentar, lalu kita lanjut makan?" usul Ivan.
Rosanna hanya diam. Gawat, dia mau ketemu dengan mereka. Tidak, tidak. Ini tidak boleh terjadi. Pokoknya, Ivan tidak boleh bertemu dengan gadis murahan itu. Aku harus segera memikirkan cara untuk mengalihkannya, pikirnya.
Rosanna mulai memegang perutnya dan membuat ekspresi seperti orang kelaparan. "Aduh, sayang. Perutku sudah lapar nih. Kita makan dulu saja ya," sahutnya.
"Uhm ..."
Lalu, Rosanna memegang kakinya. "Kakiku juga sakit setelah jalan-jalan seharian, tidak kuat untuk berdiri lebih lama lagi. Kita istirahat dulu saja ya," rengeknya dengan manja.
Tidak kuat dengan kemanjaannya, Ivan akhirnya menjawab, "Baiklah."
Rosanna tersenyum. "Terima kasih, sayang. Kamu memang yang terbaik," pujinya.
Lalu, mereka berdua segera menuju ke lantai atas untuk makan siang. Saat itu, Rosanna menoleh ke belakang dan menarik salah satu ujung bibirnya. Lihatkan, Petra. Kali ini, Ivan lebih memilihku daripada kamu, batinnya.
Saat Petra dan kedua sahabatnya berdiskusi, Laksmana kembali menghadap ke depan dan melihat pasangan tersebut sudah pergi. "Hei, mereka berdua sudah pergi," ucapnya.
"Hmph, biarkan saja," gerutu Sherry.
"Jadi, bagaimana kita lanjut jalan di sini atau pindah?" tanya Laksmana.
"Sebenarnya aku masih ingin lanjut jalan di sini. Tapi, si Petra bagaimana?" jawabnya.
"Sudahlah, Sher. Aku tidak apa-apa kok," balas Petra dengan datar.
"Yakin nih?"
"Yakin. Sudahlah, kita seharusnya ke toko buku kan? Kita langsung ke sana sekarang," jawabnya.
"Oke-oke, tapi kalau ada apa-apa, bilang ya," ucap Sherry.
Mereka bertiga segera menuju lantai bawah untuk ke toko buku.
Ivan, aku tidak tahu kenapa kau lebih memilih dia daripada aku, batin Petra.
Di toko buku, mereka mulai mencari perlengkapan yang dibutuhkan dan melihat buku-buku yang ada. Tiba-tiba, Sherry langsung pergi ke rak bagian "Fiksi".
"Hmm, di mana ya?" ucap Sherry sambil mengacak tumpukan buku dengan berbagai macam warna sampul pada rak tersebut. Kemudian, Petra melihat tingkah laku sahabatnya di situ. "Cari apa, Sher?" tanyanya.
."Nah, ini dia." Gadis berkacamata itu memasang wajah senangnya dan menunjukkan buku bersampul merah dengan gambar mawar pada Petra. "Oh, 'Chasing Red'," ucapnya
"Iya, sudah lama aku menunggu terbitnya buku ini, Pet. Karena saking penasaran dengan lanjutan cerita kemarin. Kamu mau baca ini juga, Pet?"
"Oh, tidak. Aku tidak terlalu tertarik dengan cerita romansa." Petra mengangkat tangan kanannya.
"Hmm, sebaiknya kamu coba membaca satu dari buku-buku ini, Pet. Nanti aku bisa pinjamkan satu dari rumah."
"Tidak perlu, Sher. Aku lebih suka membaca buku thriller atau crime daripada romansa,"
Sherry mengangkat salah satu alisnya. "Oh, apakah karena Ivan tidak menerima ungkapanmu, kau tidak membaca novel romansa lagi?"
"Haish ... Bukan begitu juga, Sher. Hanya ... Hanya tidak tertarik saja."
"Hmm ... Ya, tidak masalah kalau kamu tidak suka romance. Tapi jika berubah pikiran, kamu punya nomornya."
Petra mulai terkekeh.
"si Laks di mana?" tanya Sherry.
"Oh, dia di bagian 'Komik." Petra menunjuk jarinya ke rak buku di seberang".
"Ya, biasa. Anak wibu," canda Sherry sambil terkekeh.
"Iya. Lebih baik kita segera bayar, daripada keburu sore," saran Petra.
Sherry membalas, "Oke, aku panggil Laks dulu. Kau duluan saja."
Sherry meninggalkan bagian "Fiksi" menuju ke bagian "Komik" untuk memanggil Laksmana. Sementara itu, Petra pergi menuju ke meja kasir untuk membayar keperluan kuliahnya.
***
Pada malam harinya, Petra tampak berbaring di kamar tidurnya sambil mengingat kejadian saat di mall. Matanya tidak salah melihat. Ivan dan Rosanna, tampak mesra dan serasi pada waktu itu. Dia mulai membayangkan bagaimana mereka menghabiskan waktu liburan bersama. Mengingat kejadian itu, dia mulai menggerutu dan sempat mengeluarkan air matanya. Dia mulai mengumpat, "Sial!" Petra melemparkan tangannya ke kasur. Saat masih kesal, ponselnya mulai bergetar. Petra mengecek dan melihat ada chat masuk. Dari sahabat-sahabatnya.
Sherry : "Hei, Pet. Soal tadi, jangan diingat terus ya. Aku tahu ini menyakitkan, tapi seperti yang kubilang tadi. Tunjukkan dirimu dan sukses ke depan. Siapa tahu dapat yang lebih baik dari Ivan. Semangat kuliah besok, ya."
Laks : "Hei, Gadis Dingin. Maaf terus panggil kau itu, tapi cocok sih. Ingat ya, besok kalau misalnya bertemu dengan mereka, jangan reaksi berlebihan, ya. Tetap handle mereka dengan kepala dingin. Jangan khawatir juga. Tetap semangat dan ingat... Live until the fullest."
Mengingat bahwa masih memiliki sahabat yang peduli, Petra berjanji pada dirinya akan bangkit kembali dari masa yang sengsara dan menghadapi semester baru dengan baik. Saat ingin mengakhiri harinya dengan senyum, sebuah pesan masuk. Setelah membaca nama pengirimnya,Petra terkejut.
Ivan : "Halo, Petra. Bagaimana kabarmu?"
Ivan : "Aku melihatmu tadi siang, bersama Sherry dan Laks."
Ivan : "Ingin bertemu, tapi Rosanna tiba-tiba kelaparan dan minta makan di lantai atas"
Ivan : " Aku minta maaf ya."
Tidak tahu apa yang sebenarnya dirasakan oleh Petra setelah menerima pesan dari laki-laki yang dulu dia cintai. Sebagian dirinya merasa senang setelah sekian lama. Sedangkan, diri yang lain merasa kesal atas perbuatan Ivan. Jantungnya mulai berdetak kencang, tapi dengan sakitnya. Air mata mulai menetes pada layar kecil itu.
Bagaimana? Bagaimana aku bisa memaafkanmu? batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine For My Stone Cold Heart [HIATUS]
RomancePetra, seorang gadis yang dingin dan cuek, tidak sengaja bertemu dengan lelaki Jepang-Indonesia yang tampan, Aditya. Selain penampilannya yang menarik, Aditya memiliki karakter seperti matahari. Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka makin dekat...