BAB 1

39 5 0
                                    

Pada tengah musim panas, Petra sedang berjalan menuju ke kolam renang yang ada di sebelah gedung Universitas Warta Wacana. Angin mulai berhembus, hampir mengangkat gaun putihnya setelah Petra memasuki kolam renang luar ruang. Di situ, dia melihat Ivan, teman dekatnya, yang sedang duduk santai di tepi kolam. Petra mulai mendekatinya.

"Ivan." Lelaki tampan itu mulai menoleh di sampingnya.

"Oh, Petra. Kau sudah di sini," balas Ivan.

"Iya, aku terima pesanmu. Kau bilang ada sesuatu yang ingin kau sampaikan."

"Iya, Pet."

"Uhm ... Sebenarnya, aku juga mau menyampaikan sesuatu ... Sesuatu yang penting."

"Oh, ya. Kau duluan."

Petra terdiam sejenak, lalu berkata "Aku ingin jujur denganmu ... Uhm ... A-aku ... Aku menyukaimu, Van."

Ungkapan dari gadis ini membuat Ivan terkejut seketika. "Aku menyukaimu ... Sejak SMA sampai sekarang, aku masih menyimpan perasaan ini. Kamu ini baik dan pintar. Jadi, aku harap kamu dapat menerima aku apa adanya karena kita lama sudah berteman," lanjutnya.

Setelah Petra selesai mengungkapkan perasaannya, tiba-tiba Ivan tertawa. Tawa darinya membuat Petra terkejut. "Kenapa ... Kenapa kamu tertawa, Ivan?" tanyanya.

"Petra, Petra. Tidak kusangka kamu itu gadis bodoh yang pernah kutemui,"ledeknya.

"Hah! Maksudmu apa, Van?"

"Aku tidak sebaik yang kamu bayangkan, Pet. Coba pikir, mana ada lelaki yang mau bersamamu."

Jawaban dari Ivan membuat jantungnya berdetak kencang. Ekspresi dari gadis itu berubah menjadi murung.

"Oh, ya. Ini yang mau aku sampaikan kepadamu. Sekarang aku sudah punya pacar yang jauh lebih baik daripada kamu," ungkap Ivan. Saat itu juga, muncullah seorang gadis berambut pirang dengan teman-temannya dari tempat persembunyian.

"Rosanna?" tanya Petra sambil melihat gadis berambut pirang itu.

Rosanna berjalan mendekati Ivan dan mulai bersandar dengan mesra padanya. Pemandangan ini seolah-olah membunuh Petra, menyesakkan napasnya. Ivan pun melanjutkan ungkapan yang meledek itu "Rosanna jauh lebih baik dan gadis murahan seperti kamu ... Tidak pantas untuk bersamaku." Lelaki itu menarik satu sudut bibirnya. Senyuman sinisnya menusuk jantung Petra.

"Tidak! Tidak! Aku bukan gadis seperti itu, Van!" teriaknya.

Rosanna mulai meledeknya, "Kasihan, ditolak ya sama Ivan." Teman-teman yang keluar menertawakannya. Petra mulai menutup kedua telinganya dari tawa mereka. Namun, hal itu sia-sia karena suara tawa yang menghina itu telah menembus gendang telinganya. Dadanya mulai sesak. Air mata mengalir.

"Kenapa? Kenapa, Van?" tanya Petra sambil berjalan mundur. Tanpa disadari, dia berjalan mundur ke arah kolam renang. Kakinya tergelincir.

"Ahh!" teriak Petra saat seluruh tubuhnya jatuh ke dalam kolam.

***

Petra terbangun dengan napasnya yang berat. Ternyata hanya mimpi. Mimpi yang sama, tidak berbeda dengan ... Hari itu, batinnya. Saat mencoba untuk tenang, ponsel yang ada di atas meja, berdering. Petra mengangkat ponselnya itu. "Halo," sapanya dengan napas yang masih berat.

"Akhirnya, diangkat juga! Ponselmu kenapa, Petra Anugrah Ningsih? Dari tadi kita chat, tidak dijawab!" teriak seorang perempuan.

Teriakan itu langsung membangunkan Petra yang masih setengah sadar, sampai hampir menjatuhkan ponsel di atas kasur. Dia mengenal suara perempuan itu dan membalas, "Astaga, Sherry. Kau ini kenapa sih? Pakai teriak-teriak segala."

Sunshine For My Stone Cold Heart [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang