Aku tidak melakukan apapun. Sungguh..!!
Stranger pov.
Beberapa saat sebelumnya..
Terlambat sudah. Batinku. Posisi ini, situasi ini, dan tempat ini pula, siapa yang tidak curiga aku melakukan sesuatu pada Arata.
"Arata..!!!" Teriak seorang wanita cantik, ia langsung memeluk Arata.
"Kau... Apa yang sudah kau lakukan pada anakku yang manis ini?" Ia bertingkah histeris tapi aku bahkan tak melihat air matanya keluar. Seringaian kecil tertangkap ujung mataku yang dibekukan. Ah.. Aku mengerti sesuatu, ia sedang memainkan sandiwara.
"Minami-san.." Panggil seorang pemuda dibelakang mereka.
"Ah. Hiro.. Bagaimana ini?" Wanita yang kupercaya adalah ibu Arata melirih.
"Apa yang kalian lakukan disini?" Lagi dan lagi sosok pria lain dengan wajah tegasnya masuk.
Ia memerintahkan seorang dokter masuk , maksudku, apa mereka tidak lihat aku juga dokter yang berusaha menolong anaknya? Tentu saja mereka tidak tahu, karena aku tak memakai seragam lab. Dan juga siapa yang akan mengenal dokter sepertiku?
Aku diam tak berkutik kala pria dewasa itu duduk dihadapanku. Aura dominan menyebar keseluruh ruangan dan membuatku cukup sulit mengelak. Ia memperhatikan sekelilingnya. Perasaanku tidak enak. Aku menelan saliva kasar. Sangat berbeda dari semua orang diruangan sempit ini.
"Mikazuki-san.. Arata-kun wa..!!" Ragu dokter senior. Aku segera menghampiri tubuh anaknya. Memeriksa denyut jantung dan sebagainya.
""Kita harus membawanya ke rumah sakit."" Ujarku dan dokter senior itu berbarengan. "Bawa dia.." Seolah kepala keluarga Mikazuki bermaksud padaku, aku membawa Arata ala bridal. "Tunggu.. "ucap si pria muda yang ada dibelakang kami.
"Hiro-kun.. " Ibu Arata menatap pria bernama Hiro penuh tanda tanya. Aku hampir lupa, jika tidak salah Arata tadi menyebutkan namanya. Sepertinya aku mulai mengerti sesuatu lagi disini.
"Tunggu apa lagi? Siapkan mobilnya segera." Sela Mikazuki-san terlihat marah. Aku yang sejak awal bertanggung jawab mengayuh kedua kaki dengan cepat.
Sebuah mobil mewah terparkir elok didepan motel membuatku tercengang. Maksudku, aku tahu mereka keluarga tersohor, namun melihat secara langsung tentu saja berbeda dari berita.
Suhu tubuh Arata menurun drastis, berbeda dari terakhir kali. Ibunya sudah berlinang air mata saat mendampingi kami didepan. Ah, aku lupa mengatakannya. Mobil yang kunaiki saat ini, secara mengejutkan dibawa oleh sang kepala keluarga sendiri.
Dan pria bernama Hiro tadi, ia ada dibelakang mobil kami bersama anggota lain. Awalnya ia memaksa untuk mengemudi namun dilarang.
"Arata..hiks.hiks.." Nyonya Mikazuki terus saja menangis memanggil nama anaknya yang mengigil dalam pangkuanku. Sejak awal Arata tak menggunakan apapun selain sweater milikku. Selimut dari motel yang bahkan tak lupa kubawa untuk membungkusnya tadi mulai basah.
Aku menenangkannya, semua pasti akan baik-baik saja, itu yang kukatakan padanya. Mikazuki-san tak banyak bicara dan fokus mengemudi.
Tak terasa dengan kecepatan pembalap, kami tiba di salah satu rumah sakit. Lucunya itu adalah kepemilikan dari klan Mikazuki.
Perjuangan kami tak sampai disini, para dokter sudah menanti, tapi aku tak memberikan kesempatan mereka mengambil Arata. Jadilah aku yang mengantarnya ke ruang gawat darurat untuk ditangani. Jika sejak awal aku membawanya ke rumah sakit. Ini tidak akan terjadi.
"Kita perlu menjalankan operasi.." Semua tercengang, tak terkecuali aku. Separah itu? "Lakukan.. " Mikazuki-san mengizinkan. Isterinya telah pingsan sebelum sempat berbicara. Mikazuki-san membawanya keruangan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Husband
RandomPernikahan bukan hal yang harus disepelekan. Status berubah membawa kewajiban yang harus di penuhi. Sewajarnya Isteri berada dibawah aturan suami agar dijaga. Tapi apa jadinya jika pernikahan terjadi diantara dua lelaki? Siapa yang berkuasa di atas...