Hari ini seperti hari biasa lainnya, yang membuat spesial adalah Arata yang belum berbicara padanya. Maksudnya, tak ada kata-kata kasar yang diarahkan untuk Kazuya, bahkan pemuda itu memakan sarapannya. Sederhana memang, tapi ini sudah bisa membuat hati Kazuya senang.
"Kau mau kemana?" ini dia, Kazuya menunggu Arata seperti seorang maso(masokis). "Aku akan berangkat kerja. Ada apa?" Jawab Kazuya menstabilkan suaranya.
"Biarkan aku mengantarmu." Arata bangkit, meletakkan piring kotornya diwastafel. "Tunggu aku bersiap." Tanpa diberi kesempatan menolak, Arata pergi naik kekamar begitu saja.
Sabar Kazuya menunggu, akhirnya dia datang dengan setelan jas abu-abunya. Dia sangat cantik. Pikiran Kazuya salah kaprah, bagaimanapun Arata itu cantik seperti wanita. "Ayo."
Kazuya ingin mengemudi namun Arata menolaknya, ada apa hari ini? Apa Tuhan akhirnya mengubah takdirnya dari suami menyedihkan jadi suami beruntung? "Kita sudah sampai. Disini'kan tempatnya?" Kazuya menangkap sorot mata asing dari Arata. Itu.
"Apa kau menunggu Aiko, Arata?" Merasa ketahuan Arata membuang wajah, mendecih tak suka. Lalu pergi begitu saja sebelum Kazuya sempat berterimakasih. Ya sudahlah, paling Kazuya menertawakan dalam hati wajah memerah Arata yang lucu.
...
Kediaman itu sangat luas, bahkan memiliki taman bunga pribadi yang cukup lebar. Kazuya sempat minder dengan kemewahan yang dimiliki Arata. Sedangkan ia bukan apa-apa. "Shin-sama?" Ucap pelayan yang tadi memandu. Kazuya tersentak dan kembali berjalan. Ia sampai dirumah kaca.
"Hisashiburi ne Kazuya." Ah.. Itu adalah Minami. Kazuya mendatangi mertuanya tanpa sepengetahuan Arata. Ia duduk karena Minami memintanya. Sebenarnya tak ada alasan khusus Minami mengunjungi Kazuya terakhir kali namun gagal.
"Bukankah sulit mencapai tempa kerja mu, nak?" Tanya Minami menyesap teh. Kazuya menggeleng, "Tidak juga Minami-san, aku sudah terbiasa berjalan jauh untuk bekerja." Jawab Kazuya tersenyum. Minami tersentuh dengan perjuangan Kazuya. Ia kira Arata akan berubah setelah tinggal bersama. Tapi malah tega membiarkan suaminya berjalan jauh.
"Tidak seperti itu minami-san."
"Oya,,, Panggil Aku ibu saja, kau sudah kuanggap seperti puteraku sendiri." Kazuya megangguk. "En.. Ibu, Arata tadi pagi mengantarku kerumah sakit, aku bahkan mengira ia sakit hari ini?" Minami sukses membulat, kaget. Ia merinding namun juga senang jika Arata akhirnya menerima pernikahannya.
Perbincangan mereka terjeda karena satu panggilan dari suaminya, Mikazuki. Tak lama kemudian, sosok tegas Mikazuki bergabung bersama mereka. Bibirnya mengulas senyum simpul sederhana yang menawan. Isterinya bahkan mendusel ketubuh suaminya yang bahkan masih nyaman seperti dulu untuk dipeluk.
"Apa kabar Kazuya?" Tanya Mikazuki. Kazuya menjawab. Lalu obrolan mereka masuk lebih dalam. Seperti kepribadian Arata yang pasti sudah ia ketahui. Lalu apa saja yang membuat Arata bahagia walau sederhana dan lain-lain.
Ketika waktu semakin larut, Mikazuki menawarkan Kazuya tumpangan pulang kerumah. Sebenarnya itu basa-basi karena ingin bertemu dengan puteranya, ia sendiri merasa bersalah terakhir kali memaksakan kehendaknya pada Arata tanpa memikirkan perasaan anaknya.
"Tidak perlu Mikazuki-san, aku bisa pulang naik taksi. Kalian pasti lelah. Aku pulang. Ibu,, Mikazuki-san." Mikazuki melirik isterinya dan mengangguk.Panggilan 'Ibu terlihat pas diantara mereka.
Ketika keluar dari kediaman dan memanggil taksi, ada mobil hitam mendekat dan berhenti. "Apa yang kau lakukan disini Kazuya-san?" Tanya pria itu. Wajahnya datar bahkan saat bertanya pada suami kekasihnya. "Aku hanya berbicara tentang Arata sedikit didalam. Kalau begitu, aku pergi dulu Hiro-kun." Kazuya meninggalkan Hiro saat taksi berhasil terpanggil.
![](https://img.wattpad.com/cover/259079306-288-k700220.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Husband
RandomPernikahan bukan hal yang harus disepelekan. Status berubah membawa kewajiban yang harus di penuhi. Sewajarnya Isteri berada dibawah aturan suami agar dijaga. Tapi apa jadinya jika pernikahan terjadi diantara dua lelaki? Siapa yang berkuasa di atas...