Seminggu berlalu, tanpa basa basi, Arata mulai menunjukkan sifat aslinya. Kazuya yang pulang lebih lama dari biasanya dikalahkan oleh rekor penghuni lainnya hingga tengah malam. Bukannya Kazuya tak berperasaan, ia sudah terbiasa dengan kelakuan Arata yang menjadi-jadi. Ambil saja contoh hari ini.
"Awas saja kau jika mengatakan hal ini pada ibuku..!!!" Desis Arata tak senang. Baru saja ia menyudahi kegiatan dengan Hiro beberapa menit yang lalu, dan kekasihnya itu sudah pulang. Itu saja karena desakan, jika tidak Hiro pasti dimintai untuk tidur dimansion mereka malam ini.
"Tidak akan." Jawab Kazuya dengan sabar. Ia sebenarnya tak ingin menguping, keluar pun hanya untuk mengambil segelas air panas. Usai dengan percakapan singkat mereka, Kazuya pamit undur diri lebih awal. Ada pekerjaan yang harus membuatnya bergadang semalaman.
Arata mulai tak suka dengan sikap acuh Kazuya yang boleh juga, terbukti seminggu ini tidak ada komplain dari ibunya akibat pengaduan. Masa bodohlah, yang penting ia bisa terus bersama Hiro tanpa khawatir. Yang orang tuanya tahu ia sudah tinggal bersama pasangan kontrak dan hidup bersama.
Pagi-pagi sekali, Kazuya berangkat bekerja setelah membuat sarapan untuk Arata. Ia bukan iblis berhati dingin seperti Arata, meski diabaikan, ia memikirkan kesehatan Arata dan berusaha tak membuat pria angkuh itu kelaparan.
Butuh waktu lama baginya menemukan halte bus, walau sudah ketemu pun, perjalanan kerumah sakit tempatnya bekerja cukup jauh, bisa memakan waktu duapuluh menit, itupun jika tidak bertemu lampu merah. Karena itu sebisa mungkin dirinya pergi lebih awal dari biasanya sebelum menikah.
Satu hal lagi, semua rekannya adalah orang perhatian, mereka tak menanyakan hal yang sia-sia untuk dijawab Kazuya. Menikahi seorang pewaris konglomerat pasti hal yang sulit dijalani orang biasa tanpa kesabaran lebih layaknya Kazuya.
"Sensei..." Panggil suara cempreng balita yang berlari. Mata bulatnya bersinar terang seperti bulan, ia adalah Aiko. Seorang anak dari pasien yang ditangani salah satu bagian rekannya. Senyum terbaik Kazuya berikan dan menggendong bocah perempuan itu ditangan.
Para suster yang melihat kegemasan tercipta dari keduanya merasa bahagia. Potret senyuman indah yang bahkan sulit untuk wanita single menerimanya. Begitu mudah Kazuya berikan untuk anak-anak. Bukan iri namun kagum dengan kerja kerasnya.
"Ah sensei. Apa Aiko menyusahkan anda lagi?" Satu lagi suara lembut wanita masuk kedalam ruangannya. "Kaa-chan..." Anak itu merentangkan tangan, pose minta dipeluk. Kazuya memberikannya karena ia(Aiko) pasti merindukan ibunya.
"Ah. Itu tidak benar. Ai-chan sangat tenang disini. Akupun dibuat tersenyum dengan tingkah lucunya." Balas Kazuya tersenyum. Keakraban Kazuya dengan anak-anak bukan tanpa sebab, dirinya yang berprofesi dengan bagian Pediatri mengaharuskannya akrab dengan paseien melalui berbagai cara. Karena tidak semua anak berprasangka sama dengan orang dewasa. Ia harus belajar mengambil hati mereka.
"Kalau begitu, kami pulang dulu sensei.. Hora Aiko, katakan sampai jumpa pada sensei..." Nyonya Shina membujuk puterinya. "Aligatou Sensei.. Mata Ashita nee.. Bay Bay..." pamitnya dengan bahasa khas cadel. Kazusa melambaikan tangan kearah ibu anak itu. Senyum manis terus ia tebar selama anak itu masih menengok kebelakang.
Sudah waktunya ia menjenguk pasiennya dalam NICU dimana seorang ibu yang baru melahirkan anaknya secara prematur harus dirawat lebih dulu dalam inkubator. "Bagaimana keadaan bayi kecil kita, senpai?" Kazuya memakai stetoskop Littmann Infat miliknya dan memeriksa sendiri bayi mungil yang diberi nama Lily tersebut.
"Pagi tadi kami sudah memeriksanya, ada sedikit kekurangan darah tapi beruntung kami segera mengatasinya. Sekarang ia harus dirawat lebih lama lagi." Meski sedih mendengarnya, Kazuya yakin bayi mungil yang masih merah itu bisa melewati semua dengan mudah. Ia percaya Tuhan pasti memiliki alasan mengapa Lily keluar lebih cepat dari bayi lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Husband
RandomPernikahan bukan hal yang harus disepelekan. Status berubah membawa kewajiban yang harus di penuhi. Sewajarnya Isteri berada dibawah aturan suami agar dijaga. Tapi apa jadinya jika pernikahan terjadi diantara dua lelaki? Siapa yang berkuasa di atas...