ChAPTer 3 : Memiliki Alur Baru

8 2 4
                                    

Udah jalan 3 bulan setelah gue tunangan sama Dirga. Dan rencananya 10 hari lagi, kita akan melangsungkan pernikahan dan mulai merakit bahtera rumah tangga. Fitting baju udah, EO udah pada jalan kerja semua, undangan juga udah dicetak, catering udah disiapin sama Dirga. Katanya, dia mau catering yang enak-enak, seafood. Soalnya resepsi kita bakalan berada di pinggir pantai yang juga deket sama hutan gitu. Keren banget Dirga bisa nemu tempat yang kece.

Semua tampak seperti biasa. Berjalan semestinya dan bahagia, sesuai dengan apa yang gue mau. Tapi, sesulit apapun gue mencoba bertahan di alur cerita yang gue bikin, tetep aja semesta kayak ga setuju.

'Ca, aku landing soon ya.' 19.40

'Jam berapa perkiraan sampe Soetta Capt?' 19.41

'Jam 20.20 perkiraan.' 19.41

'Oke, hati-hati Capt.' 19.41

'Pasti sayang.' 19.42

Jam delapan malem gue udah berada di sini. Sebuah tempat luas layaknya rumah kedua gue bersama lelaki gue. Gue selalu menunggu Dirga di Cafe de Flore di bandara sambil mengerjakan artikel yang harus gue serahkan ke atasan tiap awal minggu. Selalu kayak gitu.

Tapi tiba-tiba, ada suara informasi yang menggema di seluruh bandara.

"Panggilan ditujukan kepada Callista Denada, diharapkan segera kehadirannya di pusat informasi sekarang. Sekali lagi, panggilan ditujukan kepada Callista Denada, diharapkan segera kehadirannya di pusat informasi. Terimakasih."

Jelas, gue bingung banget kenapa gue dipanggil ke pusat informasi. Gue segera merapikan kerjaan gue dan langsung datang ke sana.

"Mbak Callista Denada?"

"Ya, dengan saya sendiri. Ada apa ya?"

"Anda ditunggu di EOC segera."

Saat disebut EOC, gue langsung panik. Pikiran gue langsung tertuju pada Dirga. Dan gue baru sadar, sekarang udah jam 20.45, pesawatnya delay.

Gue gamau Dirga kenapa-napa.

Gue berlari menuju EOC yang ga jauh dari apron.

"Mbak Callista,-" gue disambut dengan banyaknya orang di dalam ruangan itu.

"Mas, tolong katakan kalo Capt Dirga baik-baik aja." potong gue sambil melihat ke arah layar.

"Mereka oke mbak, tapi pesawat mengalami kerusakan. Roda depan pesawat ga mau keluar dari sarangnya."

oh God.

"Terus gimana mas?"

"Ini lagi kita pantau, tim ATC lagi mencoba komunikasi sama Capt Dirga. Nanti kalau sudah terhubung, EOC juga bisa dengar."

"Oke, di mana pesawatnya sekarang?" gue mencoba untuk tenang. Gue yakin Dirga bisa mengatasi ini.

"Pesawat lagi berputar-putar di atas Jakarta untuk meminimalkan bahan bakar. Udah jalan satu jam lebih dua puluh menit di udara. Pihak bandara, pemadam kebakaran, sama tim medis juga udah berjaga di staging area, terus- "

"Capt! Pesawat GA352 udah terhubung sama ATC."

"Sambungkan."

Semua konsentrasi orang-orang tertuju pada layar utama. Terlihat kamera di sepanjang runway dan juga ada yang menyorot ke langit yang sudah gelap. Gue ga bisa melihat dengan jelas pesawat di atas sana, hanya ada kerlip lampu pesawat yang terlihat.

"Garuda GA352. Di sini ATC, bisa diterima?" petugas ATC mulai bersuara.

"Diterima, silakan."  balas Capt Dirga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Landing SoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang