4.

29 5 6
                                    

Pagi-pagi sekali Dian datang ke kantor, dia lupa kalau hari ini ada do'a pagi dan dihadiri para petinggi Head Office dan kantor cabang.
Dian tidak mau citranya sebagai karyawan teladan tercoreng karna telat datang.

"Mbak cepetan, si mamad ngamuk ntar." ujar Ryan sedikit berlari.

"Tungguin Yan, ganti sepatu dulu." ujar Dian yang mengeluarkan heels yang tersimpan dibawah meja kerjanya.

Kebiasaan Dian memang tidak pernah memakai sepatu kerja karena ruangannya berada dilantai 3 dan akan menyulitkan pergerakan Dian saat bekerja.

Dian hanya akan memakai sepatu kerja jika ada meeting dan keperluan formal lain diluar kantor, selebihnya hanya akan menggunakan sendal jepit.

Acara Do'a pagi yang biasanya hanya 45 sampai 60 menit kini harus lebih lama. Pihak dari Head Office banyak menyampaikan pesan kepada seluruh karyawan yang sudah berdedikasi dan mempunyai loyalitas tinggi pada perusahaan.

Dian yang berdiri dibarisan belakang sudah tampak lelah, berdiri hampir 2jam diatas heels 7cm bukan perkara mudah apalagi dia tidak terbiasa.

"Si anjir emang mamad, kaki gue rasanya udah mau lepas masih aja dia nggak berhenti ngomong." gerutu Dian yang tentunya dengan suara sepelan mungkin.

"Lepas aja sih mbak separuhnya." ujar Ryan yang berada disebelah kiri Dian.

"Nggak, ntar gue ribet makenya kalo bubar ini acara."

"Lagian mamad ngomongin apa sih mbak?"

"Potensi peningkatan kualitas konsumen sama keuntungan yang bisa di dapetin perusahaan triwulan kedepan. Lagian baru prediksi, tapi lu tau kan kalo prediksi mamad nggak pernah tembus? Lagian potensi keuntungan juga bukan tugas kita tapi tugas cabang,ngapain dia yang ribet." ujar Dian berbisik pada Ryan.

"Mbak Dian, silahkan maju kedepan." tiba-tiba suara dari orang yang sedang digunjingkan Dian terdengar. Dian yang bingung kenapa dirinya dipanggilpun hanya melirik kesana kemari.

"Saya pak?" tunjuk Dian pada dirinya sendiri.

"Iya, sini."

"Mati lu mbak, dimakan sama mamad lu." ujar Ryan tepat sebelum Dian melangkah.

Dian melangkah maju dan sempat menatap tajam pada Ryan.

"Nah temen-temen semua pasti udah kenal sama mbak Dian, ketua gengnya team marketing yang berhasil membawa banyak konsumen baik pada perusahaan. Tepuk tangan untuk mbak Dian."

Dian tersenyum canggung, karna sebenarnya Dian tidak suka menjadi pusat perhatian.

"Pak Fandi silahkan untuk memberikan hadiah, sebagai bentuk apresiasi Head Office kepada salah satu karyawan terbaik ditahun ini." ujar Pak Mamad lagi.

"Sebelum itu sambutan dulu dari mbak Dian." ujar salah seorang petinggi perusahaan yang Dian tidak tahu namanya.

"Ehemm, Semangat pagi semua!... Baik, mungkin sebagian besar sudah mengenal saya mungkin sebagian lagi belum. Perkenalkan nama saya Diandra Nathania Soeharianto atau biasa dipanggil Dian. Seperti yang teman-teman ketahui saya bertanggungjawab pada team marketing dan Alhamdulillah bisa mencapai hasil yang memuaskan. Hadiah ini seharusnya diberikan kepada anggota team saya yang sudah berusaha keras untuk memenuhi target yang perusahaan berikan. Untuk kedepannya mari kita berusaha lebih keras lagi mencari konsumen berkualitas dan tetap berikan pelayanan yang baik. Terima kasih." dengan lembut Dian menyuarakan sambutannya.

"Denger ya temen-temen SF, bersyukurlah kalian mendapat koordinator seperti ini. Oh ya, bisa diceritakan sedikit mbak supaya bisa memotivasi yang lain gimana kemarin jalan-jalan ke Singapore nya." Ujar Pak Hari selaku MM di Central Jatim 4.

Unexpected Friend | Kim Doyoung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang