(Seluruh dialog yang terjadi dibawah ini anggap aja udah di translate pake apps)
WARNING!!!!
Typo itu bonus.
Awas bosen!! Part lumayan panjang biar lebih puas ngehaluin Doyoung nya. Hahahahahah...
Oke enjoy the story.
2 hari waktu yang diperlukan untuk mengurus semua keperluan administrasi Doyoung agar bisa kembali ke korea.
Sekitar jam 10 pagi, Dian mendapat informasi bahwa surat-surat yang diperlukan Doyoung sudah bisa diambil dikantor.
"Ke Surabaya naik motor aja kali ya biar cepet." ujar Dian sambil memperhatikan chat dari konsulat korea.
"Tapi Doyoung mau nggak ya naik motor? Kalo naik mobil bisa sih, tapi kan lagi dibawa pulang kampung. Bodoamat lah, yang penting dia bisa pulang ke korea. Lagian staff nya nggak ada niatan ngehubungin Doyoung apa ya?." lagi-lagi Dian menggerutu kesal sendiri.
Akhirnya setelah banyak pertimbangan dan pemikiran, sudah diputuskan bahwa mereka ke Surabaya dengan menggunakan motor kesayangan Dian.
Awalnya Doyoung ragu, apalagi jika diingat jarak dari rumah Dian ke Surabaya lumayan jauh. Belum lagi Dian yang akan mengendarai motor tersebut pulang-pergi.
Setelah 1 jam lebih perjalanan dengan motor akhirnya mereka sampai, sejujurnya Doyoung merasa takut disepanjang perjalanan. Bagaimana tidak, Dian memacu motornya dengan kecepatan 60-80km/jam.
Bagi Dian itu hal biasa, tapi bagi Doyoung itu seperti mau menjemput kematian. Belum lagi bypass arah Surabaya sangat banyak kendaraan besar.
Urusan administrasi dan lain-lain yang diperlukan Doyoung sudah siap, karena hari semakin siang Dian memutuskan untuk mengajak Doyoung makan.
Dian bingung, mau makan apa mereka?
Permasalahan klasik Dian setiap harinya kala istirahat makan siang.
Dian tidak tau makanan apa yang disukai Doyoung, dan dia tidak tau restoran korea di Surabaya punya rasa yang sama atau tidak dengan makanan aslinya di korea.
"Eumm, Doyoung-ssi...." ujar Dian meminta atensi Doyoung yang sedang duduk di jok motor.
"Yaa.."
"Mau makan apa?" ujar Dian.
"Dian mau makan apa?" Doyoung malah balik nanya.
"Gatau."
"Pork?"
"No, aku nggak makan pork." ujar Dian.
"Oh sorry."
"Eumm, fastfood?" satu-satunya hal yang terlintas dipikiran Dian hanya Fastfood.
Sebenarnya diwilayah Darmo park banyak pilihan tempat makan bahkan ada restoran korea. Tapi yang menjadi pertimbangan Dian adalah harga makanannya, ini Surabaya cuy bisa dipastikan harganya lebih mahal sedikit jika dibandingkan dengan harga di kota tempat tinggal Dian.
Sebisa mungkin Dian harus menekan pengeluaran karena Doyoung sama sekali tidak membawa kartu debit ataupun kredit hanya ada beberapa lembar uang korea dan beberapa uang Indonesia. Dian masih punya kesadaran diri bahwa dia tidak akan meminta uang dari Doyoung.
"Boleh."
"Oke."
Yang dipikirkan Dian hanya ayam kakek ataupun MD terdekat atau apapun yang sekiranya ada paket hemat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Friend | Kim Doyoung
Fanfiction[Slow Update] Gimana jadinya kalau fans dan idol yang sama-sama bermulut pedas jadi teman?. Dian yang judes dan Doyoung yang galak. "Lu mending minggat dari bumi aja deh Doy." Dian. "Heh! Dian! Katanya mau bawain Salak kalo kesini, nggak tau diri...