Beberapa kejadian dibawah ini berdasarkan pengalamanku pribadi di kantor beberapa waktu yang lalu.
Happy reading...
Dian kembali ke rutinitas hariannya, berangkat bekerja dari jam 8 pagi dan pulang jam 5 sore. Juga melanjutkan studi bahasa koreanya dari jam 6 sore hingga jam 8 malam.
Hubungannya dengan Doyoung juga terjalin baik, bahkan Haechan juga mulai dekat dengannya. Bahkan bisa dibilang, Dian lebih nyambung ngobrol dengan Haechan yang berisik daripada dengan Doyoung.
Suatu hari, Dian mendapat email dari alamat resmi milik agensi Doyoung. Email tersebut berisi undangan untuk menghadiri sesi wawancara pekerjaan.
"Kapan gue apply lamaran kerja ke SM ya? Lagian ini SM yang korea, makin nggak mungkin lagi." gumam Dian.
Tak diambil pusing, Dian melanjutkan pekerjaannya sesudah melaksanakan sholat dan juga makan siang.
Baru saja memasukkan password pada pc-nya, suara dering ponsel Dian terdengar dan terlihat nama MM nya tertera dilayar ponsel.
MM Pak Hari is calling.
"Halo, iya pak?" sapa nya.
"Mbak Dian tolong di cek chat dari saya, tadi saya sudah booking tiket pesawat buat ke Jakarta buat sampean sama Pak Thalib. Soalnya ada training dari HO."
"Baik pak, setelah ini saya cek."
"Tapi untuk hotel sampean booking sendiri ya, terus nanti habisnya berapa sampean bilang sekalian bawa bukti transaksi biar bisa di klaim ke kantor."
"Baik pak, terimakasih."
"Oh ya, sekalian tiket pulangnya sampean beli sendiri dulu nanti kalau sudah bisa di klaim."
"Oh iya pak, baik."
"Kemungkinan 5 harian mbak trainingnya, jadi kemungkinan nanti nginep di hotelnya 7 hari. Siapin uang yang cukup ya, tapi dideket gedung HO ada hotel yang lumayan murah tapi bagus kok, saya biasanya disitu."
Setelah panggilan telepon berakhir, tiba-tiba Dian mendapat panggilan video dari Doyoung. Dian bergegas menggunakan earphone wireless miliknya dan menyandarkan ponselnya dimonitor.
Sedang enak-enaknya ngobrol dengan Doyoung tiba-tiba saja ada ribut-ribut di meja sebelah Dian. Seorang Team Leader dari bisnis unit CE sedang memarahi anak buahnya dengan kata-kata yang kurang pantas.
Awalnya Dian tidak peduli, karena toh bukan urusannya dan juga berbeda bisnis unit. Tapi, karena dirasa ucapannya sudah keterlaluan Dian berdiri dan melupakan sambungan teleponnya yang masih terhubung dengan Doyoung.
"Mbak, tolong etikanya dipakai ya ini masih lingkungan kantor lagipula kesalahan kecil gitu bisa dibicarain baik-baik nggak perlu pakai kata-kata nggak pantes kaya gitu." tegur Dian.
"Lu tau apa emangnya? Karyawan rendahan kaya lu nggak perlu nasehatin gue." perkataan Lia itu menyulut emosi Dian.
"Mbak sadar nggak sih kalo golongan kita sama? Mbak sama saya itu sama, karyawan golongan 4B yang artinya sama-sama babu juga jadi nggak usah sok ngerendahin orang. Baru golongan 4B aja berasa jadi Manager." ujar Dian emosi.
"Lagian ya mbak, kita ini kerja di anak perusahaan bukan di perusahaan induk jadi kurang-kurangin deh sombongnya." Dian kembali duduk.
Lia yang tidak terima dinasehati oleh Dian semakin emosi dan menghampiri meja Dian.
"Anak bau kencur kaya lo tuh ngerti apa? Kerja baru beberapa tahun aja sok ngajarin yang udah senior. Posisi lo juga nggak penting-penting amat"
"Mbak, gini ya bisnis unit yang aku pegang tuh nggak bercabang kayak punya mbak. Disini cuma ada satu team buat handle area kota-kabupaten dan teamku juga dibatasi sama Head Office maksimal 10 orang. Kalo posisi aku nggak ada yang mau bertanggung jawab ke kepala kredit sam kepala cabang siapa?" ujar Dian yang mencoba tidak terpancing emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Friend | Kim Doyoung
Fanfiction[Slow Update] Gimana jadinya kalau fans dan idol yang sama-sama bermulut pedas jadi teman?. Dian yang judes dan Doyoung yang galak. "Lu mending minggat dari bumi aja deh Doy." Dian. "Heh! Dian! Katanya mau bawain Salak kalo kesini, nggak tau diri...