❀
“samu, colokannya udah dinyalain belum, sih?” sahut atsumu sambil memperhatikan solder ditangan.
osamu dari tempatnya menyahut, “ya udah lah, tadi kan udah minta teh [name] buat colokin.”
atsumu menatap tak yakin pada adiknya, karena kalau colokannya sudah menyala kenapa solder ditangannya tidak berfungsi dengan baik?
soldernya memang panas, bau hangit khas besi yang terbakar pun tercium olehnya, tapi ketika dipakai untuk melelehkan timah pada papan pcb, timahnya tidak meleleh dengan baik.
[name] berjalan melewati ruang tengah toko sambil membawa dua tumpuk kardus kecil ditangan, matanya melirik atsumu yang tengah memandang sengit alat solder.
penasaran dengan apa yang dilakukan si pirang, [name] pun menghentikan langkah.
“tsumu kenapa?” tanya [name] pada osamu.
osamu mengalihkan atensinya dari lembar tugas dan menatap [name], “gak bisa make solder teh si tsumu. payah dia mah.” jawabnya dengan sedikit ejekan.
“masa, sih?” sahut [name] tak yakin.
pasalnya mereka berdua sudah kelas dua sekolah menengah teknik, tidak mungkin atsumu payah dalam menyolder, kan?
[name] bimbang, dia ingin melanjutkan pekerjaannya tapi dia juga penasaran dengan atsumu.
dan pada akhirnya rasa penasaran memang selalu menang, [name] melangkah mendekati atsumu. dua tumpuk kardus kecil dia letakan di samping sofa, lalu berjongkok di depan atsumu.
“kenapa?” tanya [name] sambil memandang papan pcb ditangan atsumu.
atsumu yang masih menatap sengit solder dan timah pun mendongakan kepala, dia sedikit terkejut melihat [name] yang tahu-tahu sudah berjongkok di depannya.
memang sih keduanya terhalang oleh meja ceper sofa, tapi atsumu merasa sedikit malu saat gadis itu menatapnya lekat dengan sorot mata penasaran.
“anu, teh, ini soldernya rusak kayaknya. masa dari tadi timahnya enggak meleleh, sih.” keluh atsumu pada [name].
[name] menganggukan kepala, lalu dia berpindah tempat ke samping atsumu. “coba sini liat soldernya,” pintanya pada atsumu.
solder beralih tangan, lalu diamati dengan seksama dan teliti. “soldernya harus diasah dulu sedikit soalnya ada timah yang nempel, sama kamu megang soldernya yang lurus biar timahnya meleleh.” tutur [name].
dengan seksama [name] mengasah solder dengan amplas halus, di sampingnya atsumu ikut mengamati dengan lekat.
“pantes aja, tempelan diujungnya banyak banget gitu.” gumam atsumu.
“nah, ini udah agak mendingan. kamu coba lagi, deh.” [name] menyerahkan kembali solder pada atsumu, tapi ditahannya ketika melihat tangan gemetar si pirang.
dengan mata yang memicing tajam [name] bertanya, “kamu abis begadang main game, ya?”
yang ditatap sontak menegang, pandangan mata atsumu teralih ke lantai guna menghindari kontak mata dengan satu-satunya perempuan yang ada.
“cuma sampe jam 2 aja kok, bentar itu.” sanggah atsumu.
“bloon.” celetuk osamu dari tempatnya.
“gak usah ikutan, deh, lo!”
“gue bilangin bunda juga nanti wifi lo diblokir.”
“emang ye bocah mah maennya ngaduan, cupu banget lo. lakik bukan???”
“ya LAKIK lah! emangnya lo? nyolder aja gak bisa, ew.”
“udah jangan kalian berantem, tsumu kamu biar teteh bantuin ya megang soldernya. mumpung teteh lagi free juga gapapa kalo bantu kamu sebentar.” lerai [name].
walau sudah dilerai kembar nakal ini tetap melayangkan lirikan tajam satu sama lain, yah, kalau punya saudara tapi tidak berkelahi kan tidak asik.
“nanti ngelunjak, teh, dia mah, jangan dibantuin nanti malah manja.” seru osamu yang mulai emosi.
“bocah sirik aja.” ejek atsumu congkak.
[name] menghela napas, agak lelah juga menghadapi perkelahian mereka. mari kita berdoa saja agar tokoh utama kita bisa betah bekerja disini.
[omake]
“pinjem tangannya sebentar, ya, tsumu.” [name] meraih kedua tangan atsumu dan membimbingnya untuk menyolder.
keduanya terlihat tenang, namun tidak bagi osamu yang melihatnya.
dari tempatnya duduk terlihat jelas atsumu yang wajahnya merah padam karena dirangkul dari belakang oleh [name].
“ngaku cassanova tapi ditempelin cewek dikit meleyot.”
[tbc]
KAMU SEDANG MEMBACA
olshop
Fanfiction♀♂✗ karena pekerjaan inilah aku bertemu dengan kalian hq © furudate haruichi 2020