- awal .

814 120 33
                                    




❀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




“cari kerjaan sana, kak.”

mama berkata padaku tiba-tiba, aku melotot kaget karena ucapan mama.

maksudku sekarang sedang masa pandemi, mencari pekerjaan di waktu yang seperti ini tentunya sulit, 'kan?

“lagi pandemi gini susah cari kerja lah, ma.” ucapku sambil meraih keripik.

mama menatapku tajam, tanganku ditepisnya dan toples keripik direbut dari pelukanku. sambil mengunyah keripik singkong dimulut, mama berkata,

“bosen mama liat kamu gitu-gitu aja tiap hari, hape terus yang dipegang. ngapain ge kamu.”

aku meringis. mama mendelik sebal padaku.

karena yang dikatakan mama itu benar adanya.

aku beranjak dari sofa dan membersihkan bekas keripik yang menempel dibaju, mama menatapku curiga.

“mau kemana kamu?”

“ke kamar, mau rebahAW

mama mencubit perutku kencang, cubitan seorang ibu itu sakitnya bukan main.

“ngapain rebahan!?”

“nyari kesibukan, 'kan kata mama bosen ngeliat aku main hape terus. yaudah aku rebahan aja.”

kali ini jidatku yang kena jitak, sampai merah. mama ku kalau sudah gemas tingkahnya jadi mengerikan.

terutama padaku.

“bukan itu maksud mama!” mama berseru.

lenganku ditarik agar aku kembali duduk disofa, mama menatapku nyalang.

“emangnya kamu gak mau punya duit?”

aku meneguk ludah, kemudian mengangguk dua kali dengan gerakan kaku. mengiyakan karena aku memang menginginkan lembaran kertas bergambar pahlawan tersebut.

walau sebenarnya aku tengah ketakutan setengah mati akibat tatapan mama yang begitu tajam mengarah padaku, sepertinya ini sudah menjadi batas kesabaran mama.

sudah sekitar enam bulan yang lalu aku lulus SMA, disebut sebagai angkatan corona yang gagal wisuda.

ku menangis.

ralat, aku lulus SMK.

banyak temanku yang sudah mendapat pekerjaan, tentu saja itu karena mereka aktif untuk mencari informasi dan juga koneksi mereka luas.

tidak seperti diriku yang tidak punya koneksi, dan selalu pasif berdiam diri didalam kamar meneriaki para pria gepeng.

mama selalu bertanya, apa teman-temanku sudah bekerja atau belum. dan aku selalu menjawab tidak tahu, kemudian mama akan mencubitku.

ya aku memang tidak tahu apa-apa soal kehidupan mereka, aku bukan tipe orang yang terlalu peduli soal kehidupan teman-temanku.

mungkin mama kesal karena itu, mama satu kontak dengan salah temanku. dan setiap temanku update status harian tentang dirinya yang sudah mendapat pekerjaan, mama menyindirku.

aku sih sudah siap-siap memasang telinga baja agat tidak mendengar ocehan mama.

mmf ma, tp ak ksl.

padahal aku sudah punya pekerjaan sendiri, independent lagi.

pengacara. keren, 'kan?

seperti tebakan kalian semua, aku pengangguran sok banyak acara. sebut saja begitu biar keren dan enggak melas banget.

mama mengomel panjang saat aku mengatakan hal itu padanya.

adikku ikut bicara untuk mengejekku, karena kesal aku sumpal mulutnya menggunakan kaos kaki yang belum ku cuci enam bulan diatas meja belajarku.

biar tahu rasanya kaos kaki busukku.

kembali lagi ke topik awal jalan cerita ini, mama mengomel panjang padaku.

tentunya soal pekerjaan, mungkin mama sudah kelewat kesal melihat anak gadisnya yang sudah seperti gelandangan dirumah sendiri.

“bikin lamaran sama riwayat hidup, besok mama anter ke tempat temen mama. kamu kerja disana, gk ada penolakan.” mama berucap tegas.

aku meneguk ludah.

“iya, ma.” aku mencicit pelan sambil menunduk.

kedua tanganku ditahan agar tidak kabur, kalau sudah begini aku hanya bisa menurut.

aku harap tempat kerjanya menyediakan makan siang nasi padang, karena sejak kemarin aku bm nasi padang :(

[tbc]

[a/n] :

hello! aku bikin cerita baru lagi hehe XD padahal masih punya utang dua book lagi yang belum selesai XD

sejujurnya ini aku ambil dari kisahku sendiri :'D gak semua, tapi cuma sedikit dan aku kasih bumbu gula gula yang banyak biar aku gak ketauan jomblo XD

udah gitu aja salamnya, see u again guys!❤

olshopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang