❀
tepat pukul 10 pagi atsumu sudah sibuk dengan peralatan praktek miliknya, sambil duduk di lantai beralaskan karpet bulu yang nyaman atsumu fokus menatap kotak peralatan.
osamu juga tidak jauh berbeda, sibuk dengan lembaran kertas yang di jepit menggunakan papan jalar di tangan. mengecek list tugas yang akan di kerjakannya hari ini dari para guru.
miya kembar duduk saling berhadapan di ruang tengah toko dengan meja ceper sebagai penghalang mereka, segala macam komponen dan alat listrik tertata di atas meja.
setelah mengecek keseluruhan isi kotak peralatannya, atsumu menyetting webcam.
"pasang yang bener, pokoknya gue harus keliatan ganteng."
"siapa?"
"gue."
"yang nanya."
"kok bisa ya bunda mungut anak biadab kayak elo?"
"harusnya elo bersyukur punya muka hasil jiplakan gue."
"najis."
"elo, dong?"
aku menggelengkan kepala, agenda harian miya kembar setiap harinya tidak berubah. setidaknya mereka akan bertengkar satu hari sekali, atau bahkan lebih jika salah satunya sedang ingin bergelut.
suara denting oven terdengar, tanda bahwa waktu memanggang sudah selesai. dengan segera aku meraih sarung tangan oven dan memakainya, kemudian mengeluarkan kukis cokelat yang aku buat.
karena masih pagi dan pekerjaanku sedang kosong, aku iseng membuat kukis cokelat untuk pendamping miya kembar belajar.
bunda miya tidak keberatan saat dapur toko aku gunakan, kebetulan bahan bahannya juga lengkap, jadi aku buat saja sekalian banyak.
dengan hati hati aku menyusun kukis cokelat di toples, yang ini untuk bunda miya. sisanya aku pisahkan di piring yang nanti akan aku berikan pada miya kembar.
di lemari ada teh herbal, jadi sekalian saja aku buatkan. lumayan untuk menghilangkan setres saat sedang sekolah daring.
setelah semuanya sudah siap, aku meletakan cemilan di nampan dan mengantarkannya pada si kembar.
"samu colokannya jangan lupa di pasang."
"iye."
"nanti lo lupa kayak kemaren kan malu, udah nungguin solder lama taunya colokan belom kepasang."
"iya bawel, gak usah di ingetin napa."
osamu terlihat sewot, muka marahnya lucu juga ternyata.
aku tersenyum geli, walaupun mereka sering bertengkar tapi mereka tetap hormat satu sama lain.
gemas sekali melihat tingkah si kembar, ingin aku peluk keduanya lalu aku unyel-unyel terus aku masukin karung untuk di bawa pulang.
tapi itu ilegal, jadi jangan di lakuin.
"permisi, mas. aku ganggu gak nih?"
atsumu dan osamu menoleh padaku, yang tadinya mereka memasang wajah masam karena kesal langsung berubah menjadi manis ketika melihat nampan yang aku bawa.
"eh, teh [name]. enggak, kok, teh." ujar atsumu sambil tersenyum lembut padaku.
osamu menyingkirkan peralatan yang tidak terpakai di atas meja dan menatapku, "makanannya taro di atas meja aja, teh."
atsumu menendang paha osamu dari bawah meja, "yang sopan napa." kata atsumu marah.
"padahal pengen kuenya juga itu." cibir osamu yang memanyunkan bibir untuk mengejek atsumu.
"udah jangan berantem." ucapku untuk melerai mereka berdua.
nampan aku letakan di bagian kosong meja yang sudah osamu bersihkan, sementara teh herbal nya aku letakan terpisah di nakas kecil samping sofa.
"kue nya di makan, ya. biar semangat onlen sekul nya." aku tersenyum lebar dengan kedua tangan yang mengepal untuk menyemangati mereka.
di balas dengan cengiran hangat khas si kembar, "makasih, teh [name]." seru mereka kompak.
"sama sama."
setelah itu aku kembali ke tempatku dan melanjutkan pekerjaan yang telah aku tinggal.
[omake]
"teh." panggil atsumu.
[name] yang sedang mengecek stok di etalasi menoleh pada atsumu dan osamu yang menatapnya, "iya?"
"..."
"kenapa?"
"bisa minta tolong pasangin colokan? osamu lupa pasang tadi."
"..."
[tbc]
KAMU SEDANG MEMBACA
olshop
Fanfiction♀♂✗ karena pekerjaan inilah aku bertemu dengan kalian hq © furudate haruichi 2020