Page Two : Peridot

586 111 3
                                    

I dunno what I just wrote, I was smiling like an idiot, but it was fun. geez.

.
.
.
.
.

Sudah seminggu Lucas dan Mark melakukan apapun sebisa mereka, entah dari membagi tugas, bermain game, memperhitungkan pengeluaran, dan rencana lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah seminggu Lucas dan Mark melakukan apapun sebisa mereka, entah dari membagi tugas, bermain game, memperhitungkan pengeluaran, dan rencana lainnya. Namun sekarang, rasa bosan melanda keduanya. Tawa keduanya beberapa kali terdengar, saat ini mereka tengah menonton acara dengan genre komedi.

"Laperrr! Bosennn!" Lucas tiba-tiba mengerang kesal. Mark hanya menggelengkan kepalanya pelan ketika melihat tingkah bayi milik suaminya. "Oh iya, Mama nyuruh ke rumah."

"Hm? Mau ngapain emangnya?" Fokus Mark masih pada layar televisi, namun ketika pipinya menjadi sasaran empuk telunjuk panjang milik Lucas, fokus Mark berpindah. "Palingan minta bantuin ngurus taneman tuh, baru beli kemarin, banyak." Mark hanya mengangguk singkat.

Lucas mengambil tangan yang lebih kecil dari miliknya dan setelahnya memutuskan untuk berbaring dengan berbantalkan paha milik Mark. "Pelihara kucing enak kayaknya." Mark mengernyit heran. "Jeno ga bisa kesini kalo gitu. Terus kamu mau Bunda ngomel?" Tangan kecil milik Mark Lucas arahkan menuju surai miliknya, minta dielus ceritanya.

"Enggalah! Kalo kamu yang ngomel sih aku dengerin."

"Cari gombalan yang mutu dikitlah." Lucas hanya menampakkan senyuman khasnya saat raut milik pemuda kelahiran Agustus itu berubah kusut. "Kamu gamau lanjut kuliah?"

"Boleh emang?" Manik milik Mark menatap Lucas dengan pandangan bertanya. "Ya bolehlah? Masa engga?" Mark hanya mengangguk kecil, jemarinya masih nyaman menyisir surai halus milik Lucas.

"Nanti aku pikirin.. kamunya lanjut juga ga?"

"Gamau pisah banget?" Tangan yang sedari tadi sibuk mengelus pun langsung melayang pada bibir milik Lucas. "Kalo ngomong tuh ga usah sembarangan."

"Dih!" Lucas langsung menenggelamkan wajahnya di perut rata milik Mark. "Papa nawarin buat langsung kerja sih, abisnya ya kalo kuliah ribet."

"Emang kalo kerja ga ribet?"

"Ya ribet, tapi ribetnya ngehasilin uang."

"Emang ada yang mau nerima kamu?" Bibir milik Lucas melengkung kebawah saat mendengar perkataan istrinya itu. "Adalah!" Lengan milik Lucas sudah melingkar pada pinggang Mark dengan wajahnya yang masih ia benamkan pada perut milik si sulung Pranata itu.

"Ditawarin papa?" Lucas hanya mengangguk singkat.

"Yaudah, ambil aja kalo emang gitu. Lumayan kan?"

"Hmm.." Mark mengernyit, maniknya melirik pada jam yang tergantung di dinding, sudah hampir pukul 12 siang. "Bangun, Cas. Jangan tidur.. Mau masak nih, jam makan siang. Tadi katanya laper."

"Ga." Bukannya melepaskan pelukannya, Lucas malah makin mengeratkan pelukan tersebut, bukan hanya itu, wajahnya sudah ia usak-usakan sehingga membuat Mark mau tidak mau merasa geli. "Inget umur, ga usah sok jadi anak kecil deh."

Book Two : Cafuné et AcaronarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang