•Chapter 4•

1.4K 201 5
                                    

BxB | Fantasy | Blood
.
Don't Like, Don't Read😊

Don't Like, Don't Read😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Permainan selesai. Congratulation."

Dua laki-laki tersebut saling mendekap dengan salah satu tangan masih setia tertaut erat. Bahkan, hingga master permainan mengakhiri permainan dengan menyalakan kembang api besar-besar di langit kota dan melepas otomatis choker yang tergantung di leher, mereka tak kunjung melepaskan pelukan hangat itu. Haechan dan Jaemin masih terlalu nyaman. Dan tak ingin lepas kembali.

"Permainan sudah benar-benar usai sekarang." Haechan membuka suara setelah sekian lama terdiam. Ditumpukkannya dagunya pada bahu bidang milik sang mantan kekasih tanpa berniat sedikit pun untuk beranjak dari rangkulan tangan hangatnya seraya menikmati kebebasannya dengan takzim. "Apa yang akan kau lakukan setelah kembali nanti?"

"Melanjutkan hidup, mungkin."

"Dengan bekerja?"

"Tentu saja. Tak ada opsi lain."

Laki-laki Juni itu hanya mengangguk, kemudian mengeratkan dekapan lagi tanpa berniat menanggapi jawaban Jaemin.

"Kau sendiri?" tanya Jaemin.

"Sama sepertimu. Hanya saja aku tak ingin melakukannya seorang diri."

"Masih banyak laki-laki yang ingin menjalani hidup denganmu. Kau bisa memilih salah satu," gurau lelaki Na itu. Namun Haechan dapat mendengar kekehan miris dari belah bibir tipis itu menerpa kedua rungunya.

Dan membuat dirinya cukup merasa bersalah.

"Aku mendengar ucapanmu kemarin lusa."

Jaemin terperanjat. Haechan dapat merasakan tubuh tegap milik lelaki yang masih dicintainya diam-diam itu menegang, seolah tak ingin rahasia besarnya terbongkar dan diketahui begitu saja olehnya.

"Lupakan saja. Bukan hal penting yang harus kau pikirkan," kilahnya. Membuat sudut hati Haechan spontan berdenyut nyeri.

"Mengapa kau tak membicarakannya padaku? Hubungan kita tak akan berakhir kalau tak ada komunikasi satu arah, kau tahu?"

"Ada luka yang kutoreh di hatimu. Dan wajahmu saat itu seperti menyuruhku untuk segera mengakhiri semua ini." Jaemin menghela nafas. "Lagipula kau sudah bahagia. Tak ada yang perlu dibicarakan lagi."

"Kau tahu apa soal bahagia, Jaemin?"

"...."

"Aku berniat menikahi calon suamiku, karena aku berharap diriku dapat menghapus segala memori tentang kita di masa lalu! Itu semua karena aku masih mencintaimu, bahkan hingga saat ini. Kau itu tak tahu apa-apa, Jaemin. Sungguh."

"Maafkan aku, Haechan. Kau benar, aku tak tahu apapun. Maafkan aku."

Tangis Haechan pecah. Ia tergugu cukup lama, lalu memukul dada bidang milik laki laki Na itu dengan gerakan tantrum, sampai membuat Jaemin harus memeluknya erat agar dirinya berhenti menyakiti dirinya sembari mengucap maaf berulang-kali.

"Lalu sekarang apa yang harus kulakukan agar kau berhenti menangis?"

"Menikahiku!"

Jaemin terkejut, meskipun setelahnya tertawa pelan sebab laki-laki bersurai cokelat itu merajuk seraya melesakkan wajahnya yang memerah ke dalam pelukannya. "Aku akan menikahimu, setelah kita benar-benar kembali ke dunia asal kita."

"Kalau kau berbohong kembali, aku akan menghajarmu."

"Ya, kau bisa menghajarku sampai mati kalau aku berbohong lagi."

CKLEK!

Lelaki bertubuh jangkung itu lantas reflek melepas dekapannya, tatkala mendengar pintu besar berwarna putih yang sedari awal permainan selalu tertutup rapat kini terbuka. Ia lalu berdiri dari duduknya, memandangi pintu yang mendadak terbuka dan menampilkan ribuan orang tengah menunggu mereka seraya melemparkan bebungaan mawar, pertanda perayaan kesuksesan keduanya melewati permainan ini dengan gegap gempita.

Haechan terperanjat melihat riuh rendah lautan manusia tersebut, namun tak lama kemudian ia merasakan kenyamanan hadir di tubuhnya melalui genggaman erat sang kekasih hati. Diam-diam ia tersenyum sembari memandang paras rupawan milik laki-laki Na tersebut lekat-lekat, seolah-olah hendak mematrinya dalam-dalam di ingatannya.

"Haechan?"

"Ya?"

Jaemin tahu situasi saat ini tak begitu tepat, namun ia tetap berlutut di hadapan Haechan dan membuat laki-laki Juni itu terkejut. Bak tengah menonton drama, sorak-sorai semakin menggila ketika tangan Jaemin bergerak menggenggam jari jemari kurus milik Haechan yang sedikit lecet di sana-sini. Akan tetapi ia tak peduli. Matahari kecilnya tetaplah terlihat cantik, walau parasnya lusuh karena keringat dan tanah maupun tercoreng sebab luka.

"Menikah denganku, ya?"

Haechan tersenyum, kembali menahan tangis sebelum akhirnya mengangguk mantap sebab ia tak ingin dirinya kehilangan Jaemin kembali. "Ya. I will."

Dengan gerakan cepat lantaran terlalu senang, Jaemin pun segera berdiri dan mendaratkan kedua belah bibirnya pada belah ranum sang kekasih, seolah tak ada lagi hari esok di dunia mereka berdua. Dalam pertemuan antar birai itu, Haechan tersenyum bahagia.

Dongeng selalu berakhir dengan sukacita.

Begitu pun dengan kisah cintanya.

Thank you kak johnj_ for this amazing story💕-Don't forget to visit another story_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thank you kak johnj_ for this amazing story💕
-Don't forget to visit another story_

End Game • JAEMHYUCK✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang