001. Episode 1: Anak-Anak Nakal

5 0 0
                                    

Brak!

Selusin gelas plastik berjatuhan ke lantai. Semua orang memandang heran gadis yang ada di depan mereka. Napas gadis itu naik-turun tidak teratur. Gadis itu menaikkan kepalanya, memandang lekat-lekat semua orang ketakutan yang ada di sekitarnya.

"Bagaimana bisa kalian memalak anak baru itu? Sudah tidak punya hati kalian?!" bentak gadis itu membuat semuanya menunduk.

"Ta-tapi, Bos, kita, kan, preman."

Brak!

Gadis itu memukul meja dengan sangat keras.

"Gue tahu kita memang preman. Tapi ingat apa tujuan kita, melindungi sekolah dari serangan pelajar lain. Kita adalah preman yang berprinsip, bukan sekedar palak sana palak sini terus terkenal dan disegani seluruh orang di sekolah, paham kalian?"

"Memangnya ada preman yang berprinsip?" bisik salah satu anak.

"Lo, kumis tipis rambut klimis alis bergaris yang kesannya najis ...," ujar gadis itu menunjuk anak yang berbisik tadi. "Mulai besok tidak perlu lagi datang kemari."

"A-ampun, Bos! Saya tadi hanya bercanda!"

Gadis itu tidak bergeming dan tetap melanjutkan diskusinya kepada anggota lainnya.

Dikacangin? batin lelaki malang itu.

"Sudah jelas semuanya? Istirahat nanti, kalian bertiga harus minta maaf kepada anak yang kalian palak tadi," ujar gadis itu dengan tegas.

"Baik, Bos!"

"Jangan panggil aku 'bos'!" bentak gadis itu. "Sudah kukatakan berkali-kali, panggil aku Ju. Aku lebih senang dipanggil dengan nama asliku."

"Baik, Bo—eh, Ju!"

"Bagus. Pertemuan kali ini cukup sampai di sini saja, karena—"

Perkataan Ju terhenti oleh sebuah teriakan heboh yang mengarah ke arah tempatnya berkumpul. Seorang anak buahnya muncul dengan napas terengah-engah seperti dikejar sesuatu dan wajah paniknya.

"Kenapa lo?" tanya Ju cemas dan dengan sigap menuju ke arah anak buahnya itu.

"Itu ... anu ... ada ...," ucapnya dengan jeda napas panjang setiap katanya.

"Apa?"

"Itu ... eh, aku ke sini tadi ngapain, ya? Ah!" serunya setelah berhasil mengatur dirinya. "Semuanya, pergi dari sini! Guru BK akan melakukan sidak! Cepat pergi mumpung masih ada waktu! Aku tidak bohong."

Tidak butuh waktu lama, semua orang yang berada di situ panik melarikan diri. Ju memandang satu persatu anak buahnya yang mulai pergi. Entah kerasukan apa, Ju malah menonton anak buahnya yang lari kocar-kacir. Tidak sedikit dari mereka terpaksa menyeret Ju pergi dari tempat itu. Akhirnya, Ju tersadar. Ia bersiap mengambil langkah seribu. Nahas, belum sempat dirinya berlari, sebuah tangan menghentikan langkahnya.

Ju menelan ludah. Dengan perlahan, kepalanya menoleh ke belakang. Seorang pria bertubuh kekar dengan kumis lebat seperti sapu ijuk tersenyum seram.

"Eh, Pak Kusno. Pagi, Pak. Yuk, duduk-duduk dulu ngadem di sini. Masa pagi-pagi bawaannya panas mulu." Ju menoleh kembali ke depan, berharap ada seorang anak buah yang akan membantunya. Namun yang dilihatnya hanya angin kosong.

Sial, mereka memang pecundang.

"Ngadem di BK saja, yuk, Ju. Kan, di BK ada AC-nya." Pak Kusno memberikan seringaian seram yang membuat Ju merinding. Dengan perlahan, diseretnya Ju yang malang ke Ruang BK.

"TIDAK!"

Pada akhirnya, Ju tidak punya tenaga untuk melawan tubuh Pak Kusno yang besar. Ia hanya pasrah saat dirinya diseret begitu saja ke Ruang BK. Ju didudukkan pada sebuah kursi yang di hadapannya duduk tiga orang guru BK ter-"kejam" yang pernah ada.

"Bagaimana kamu akan menjelaskan ini, Ju?"

Ju tidak menjawab. Ia menunduk dan hanya memainkan ujung jarinya. Sebuah aroma mencubit hidungnya tiba-tiba. Ju mengangkat wajah. Aroma itu membuatnya tenang, seperti sesuatu yang sangat akrab.

Entah apa, sebuah gambaran abstrak muncul di kepala Ju.

______________________________Hai, terima kasih sudah mampir! Bagikan juga ke teman-teman kalian, ya, siapa tahu suka. Karena, dukungan dari kalian semua sangat warbyasah!

Find me on social media

IG: @dernatasw or @dahelartFB: Derna Taswara

ChamomilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang