"Aku berangkat dulu Bu." Soobin menghabiskan jus jeruknya.
"Buru - buru sekali?"
"Justru berangkat sekarang supaya aku tak terburu - buru."
"Ya sudah, hati - hati."
"Iya." Soobin mencium pipi Ibunya.
"Jaga dirimu."
"Selalu." Soobin mengedipkan sebelah matanya.
"Oh? Kau berangkat sekarang?" Seokjin muncul ke ruang makan.
"Iya Ayah."
"Hati - hati."
"Oke. Aku pergi."
"Baiklah."
Soobin berlalu ke pintu depan. Walau hari ini hari libur, ia punya jadwal latihan rutin untuk persiapan pertandingan baseball-nya mendatang.
"Aku juga mau pergi." Seokjin memakai mantelnya.
"Iya." Irene tak menggubris Seokjin, sibuk merapikan meja makan.
"Irene." ucap Seokjin.
"Hm?" Irene masih tak menoleh kepada Seokjin.
"Aku pergi."
"Iya." ucap Irene. "Aku sudah tahu kau mau kemana. Hati - hati." Irene masih sibuk meletakkan piring di mesin pencuci piring.
"Jangan memulainya." ucap Seokjin.
"Memulai? Memulai apa?" balas Irene sembari masih merapikan meja.
"Irene." Seokjin 'mencegat' Irene yang terus bergerak kesana kemari memindahkan piring kotor. Irene berhenti dan menatap Seokjin.
"Aku sedang tak ingin bertengkar denganmu." ucap Seokjin.
"Ya. Aku juga tak ingin bertengkar denganmu, jadi tolong lepaskan aku, dan pergilah."
Seokjin menatap Irene sebentar sebelum melepaskan Irene. Irene kembali berkutat dengan dapurnya. Seokjin lagi - lagi menatap Irene singkat, berharap Irene mengucapkan sepatah - dua patah kata, tapi tidak. Seokjin lalu mengambil kunci mobilnya dan pergi. Irene akhirnya berhenti setelah Seokjin hilang dari pandangannya. Ia duduk di kursi meja makan. Ia memejamkan matanya dan menghembuskan nafas berat - berat.
Ia tahu Seokjin akan pergi menemui Jisoo. Itu sangat menyakitkan bagi Irene bahkan hanya untuk membayangkannya. Ia memang tak bisa berbuat apa - apa. Ia sendiri dengan perkataannya sendiri setuju untuk dimadu dengan Kim Jisoo, wanita yang lebih muda darinya. Ia tak pernah menyangka, suaminya, yang ia kenal selama bertahun - tahun, Ayah dari putranya, benar - benar datang kepadanya suatu hari dan bilang bahwa ia mencintai wanita lain. Satu - satunya alasan Irene menyetujuinya adalah Ia tak ingin pernikahannya hancur. Hal itu terjadi pada mendiang nenek Irene, Ibu Irene, dan Irene mungkin jadi selanjutnya.
Seokjin dan Jisoo menikah, benar - benar menjadi sepasang suami istri. Sudah tiga tahun sejak pernikahan mereka terlaksana. Tiga tahun sudah Irene menjalani rumah tangga yang tak normal. Saat semuanya baru dimulai, Irene tak bisa menghadapinya. Ia terus - menerus menangis dalam diam. Lama - kelamaan, rasa sakit itu pudar, Irene mati rasa. Soobin tak pernah tahu soal Jisoo, Irene tak ingin Ia tahu. Irene tak ingin Soobin merasakan hal yang sama sepertinya.
Perjanjian utama adalah, Irene tak ingin ada apapun yang berhubungan dengan Jisoo di rumahnya. Irene akan berusaha bersikap seolah Jisoo tak ada. Ia tak ingin menemui Jisoo, membicarakannya, atau menyebut namanya.
Jisoo adalah wanita muda terpelajar. Ia baik hati dan manis. Ia pernah bertemu dengan Irene, sekali. Tentu Irene tak ingin menemuinya lagi. Ia tinggal di rumah yang berbeda dari Irene. Seokjin datang hampir setiap hari. Terkadang ia bermalam disana, tidak sering. Seokjin lebih sering bermalam di rumahnya bersama Irene, dan Jisoo tak keberatan dengan hal itu. Ia mengerti dimana posisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO WIVES
Fanfiction⚠ ADAPTASI DARI 'THE WORLD OF THE MARRIED' ⚠ ⚠ ADAPTASI DARI 'V.I.P' ⚠ plot : Irene berusaha menguatkan hatinya untuk bertahan bersama suaminya, Seokjin, yang memutuskan untuk memadunya dengan wanita yang lebih muda, Jisoo. Irene pun merancang takt...