"Bagaimana Soobin?"
"Dia baik Bu, sangat baik, dia akan punya pertandingan dalam waktu dekat, Ibu mau hadir dan menonton?"
"Tentu saja, tentu Ibu mau."
"Baiklah. Soobin pasti semakin semangat."
"Tentu saja dia harus semangat. Dia kan harus siap menang." Ibu Irene tertawa, disusul tawa Irene.
"Oh ya, sudah lama sejak kau kemari bersama Seokjin. Apa dia sibuk?"
Tawa Irene memudar. Hatinya rasanya sesak dan kesal setiap kali Ia mendengar nama Seokjin. Hanya ada rasa marah.
"Ya. Dia sedikit sibuk belakangan ini." Irene membawa nampan berisi dua gelas kopi ke sofa tempat Ibunya duduk. Ia meletakkannya di meja, mengambil gelasnya, dan duduk bersama Ibunya.
"Tapi sempatkanlah datang, apa dia sudah lupa dengan Ibu Mertuanya ini?" Ibu Irene mengambil segelas kopi di meja dan meminumnya.
"Datanglah, Ibu akan masak untuk kalian semua, kau, Soobin, dan Seokjin. Mari kita berkumpul dan bicara, sudah lama kalian tak berkunjung bersama kesini."
"Tentu." Irene meminum kopinya. Ia tak bersungguh - sungguh dengan jawaban itu. Bahkan, Ia sekarang berpikir Ia tidak ingin lagi Seokjin menginjakkan kaki di rumah Ibunya.
"Ibu juga akan minta Eunbi untuk siapkan semuanya, mari kita mengadakan makan malam yang menyenangkan, Ibu juga rindu dengan Soobin."
"Iya." Irene membalas kata - kata Ibunya dengan ucapan seadanya. Ia tidak betul - betul mendengarkan apa - apa yang dikatakan Ibunya. Pikirannya ada di tempat lain.
"Jadi kapan kau bisa kesini dengan Seokjin dan Soobin?"
"Bu aku tidak bisa lama - lama, aku harus pergi jemput Soobin di sekolah, aku pergi dulu ya Bu." Irene meletakkan gelasnya di meja. Ia berdiri dan berpamitan dengan Ibunya.
"Ah kau ini, ya sudah."
••
"Kau harus banyak tenaga untuk pertandingan kan."
"Iya, tapi kan ini semua tidak perlu Bu." Soobin mendorong troli sambil melihat barang - barang yang berada di troli. Beberapa susu karton, ham, bacon, jus karton, roti, dan beberapa makanan ringan lainnya.
"Yah, tidak apa - apa, menyenangkan kan kalau selalu punya sesuatu untuk dikunyah." Irene melihat - lihat barang yang dilaluinya.
"Benar." Soobin tertawa.
"Oh ya, guru musik Lia itu sepertinya menyenangkan ya Bu? Guru musik di sekolah kami tidak seperti dia." Soobin masih mendorong troli.
"Ya, dia kelihatannya menyenangkan." Irene menambahkan tiga pack ramyeon ke troli.
"Mungkin aku bisa belajar musik dengannya juga. Bagaimana menurut Ibu?"
"Kau mau belajar musik?"
"Entahlah, tidak juga, hanya saja mungkin bila suatu saat nanti aku jadi tertarik dengan musik, dia bisa jadi guruku."
"Ibu kenal banyak teman Ibu yang pandai musik juga, tak perlu khawatir."
"Tapi guru musik Lia itu kelihatannya lebih menyenangkan."
Irene berjalan mendahului Soobin. Membuat Soobin berhenti mendorong troli karena Irene berdiri di depannya. Mereka berhenti tepat di depan etalase alat - alat dapur, lebih tepatnya pisau - pisau.
"Kau ingin dia jadi gurumu?" Irene melihat pisau - pisau yang ada disitu. Bermacam - macam ukurannya.
"Ya, karena dia kelihatannya orang yang baik dan menyenangkan, Lia sering cerita tentangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO WIVES
Fanfiction⚠ ADAPTASI DARI 'THE WORLD OF THE MARRIED' ⚠ ⚠ ADAPTASI DARI 'V.I.P' ⚠ plot : Irene berusaha menguatkan hatinya untuk bertahan bersama suaminya, Seokjin, yang memutuskan untuk memadunya dengan wanita yang lebih muda, Jisoo. Irene pun merancang takt...