Dirumah Keluarga Kim, Hanbin seorang suami yang sudah ditinggal mati istrinya dari 10tahun yang lalu kini sedang berada di kamar anak perempuannya—Jennie Kim.
Hanbin bekerja sebagai seorang direktur dari Perusahaan cabang Manoban Company di Korea Selatan. 6bulan yang lalu saat acara tahunan perusahaan, Ayah dari CEO perusahaan : Marco Bruisweller secara pribadi meminta Jennie menjadi menantu keluarga mereka. Sejak saat itu, Hanbin terus saja membujuk anaknya untuk menikah untuk menjamin masa depan anaknya.
"Appa! tapi J baru masuk kelas 3 SMA!! J juga gamau nikah sama orang yang lebih tua dari J 8 tahun!!" Pekik Jennie kesal karena hanbin terus menampakkan wajah belas kasihan.
"J ini semua demi kebaikan kamu, appa juga yakin Presiden Manoban bakal ngerti. Presiden Manoban juga cantik banget kok! Appa yakin kamu ga bakal nyesel!"
Mata Jennie melotot tak percaya, "Appa pokoknya J gamau!!!"
Hanbin menghela nafas dan mengusap-ngusap wajahnya kasar. Ini adalah terakhir kalinya dia membujuk anaknya karna besok Presiden Manoban itu akan tiba si Seoul untuk memeriksa perkembangan perusahaan.
"Arraseo, tapi appa ga yakin setelah kamu nolak gini, appa bisa terus jadi direktur di perusahaan." Hanbin berjalan lesu keluar dari kamar anaknya yang keras kepala. Baru setelah appa nya keluar, Jennie mulai memikirkan segalanya.
saat makan malam, Jennie sesekali melirik appa nya yang makan sedikit dengan wajah yang murung. Ia ikut merasa sedih karena hanbin adalah satu-satunya anggota keluarga. ia akhirnya menghabiskan makan dengam cepat sebelum kembali ke kamar berkata kepada hanbin. "J mau nikah."
1 kalimat itu membuat sudut bibir Hanbin melengkung keatas, ia lansung menghubungi calon menantunya.
-----
Esok harinya, Lalisa Manoban duduk dengan tenang di sofa rumah hanbin dengan tatapan dingin melihat sosok calon istrinya. Jennie tampil sederhana dengan dress putih selutut dengan bahu terbuka. Gadis itu sekarang meremas roknya gugup tidak berani menatap Lisa yang sangat mendominasinya.
Hanbin yang baru melihat CEO ini secara lansung untuk pertama kalinya juga merasakan sekujur tubuhnya dingin, sosok yang didepan mereka ini tampak sangat tangguh dan sepadan dengan Raja.
"Karna 6bulan ini aku sibuk untuk memeriksa perkembangan perusahaan dan proyek apartement mewah di gangnam, mari kita sah kan pernikahan ini gereja dan catatan sipil terlebih dahulu sekarang. Pernikahan besar akan diadakan di Paris setelah gadis ini lulus sekolah." Lisa akhirnya bersuara.
"Sekarang?!! Tapi----
"Aku benci ditolak." Lisa dengan dingin memotong ucapan Jennie. Ia hendak melangkah pergi namun Hanbin lansung menghentikannya. "Tunggu Presiden Manoban! Maafkan Jennie-ku, dia hanya terkejut. Mari kita ke gereja sekarang untuk pernikahan."
Lisa melirik kearah Jennie "Kemarilah, pergi dengan mobilku. Biar Appa mu menyetir mobilnya sendiri."
dengan gerakan kaku, Jennie sekarang sudah berada disamping Lisa. Perbedaan tinggi mereka sangat jauh membuat gadis bermata kucing itu tampak kecil. Mereka berjalan masuk kedalam van hitam mewah.
Diperjalanan, ia melirik Jennie yang nampak gugup dan ingin bicara. "Bicaralah." Perintahnya sambil menatap gadis itu.
"Presiden Manoban... kalo aku menikah, siapa yang jagain appa?" Pertanyaan polos Jennie mampu membuat bibir Lisa sedikit melengkung keatas.
"3 Art baru akan menjaga Appamu mulai hari ini." Mendengar itu, Jennie menghela nafas lega. Ia memutuskan untuk diam begitu lisa sibuk dengan tabletnya.
Akhirnya Jennie dan Lisa pun mengucap janji suci di gereja dihadapan pendeta lalu menandatangi surah nikah yang dibawah oleh hakim dan pengacara sipil.
[ Ebook, Maret ]