Soulmate

99 5 0
                                    

Ini pertama kalinya ia menginjakkan kaki di rumah Lisa yang besarnya setara bak istana, membuktikan jika keluarga Manoban itu benar - benar kaya raya.

Ia mungkin sudah kehilangan akalnya karena menginjakkan kakinya disini padahal harga dirinya tinggi. Namun ia sangat terganggu dengan pesan Lisa yang seadanya tadi.

Otaknya terus bertanya-tanya apakah Lisa cemburu atau marah karena perkara balasan pesan yang seolah - olah menganggap Lisa sebagai orang yang ingin dia hindari karena sejak pertunangan terjadi tunangannya itu terus menempelinya.

Ketua pelayan mengantarnya sampai di depan pintu kamar membuat ia mengucapkan terimakasih lalu dengan segera membuka pintu tanpa mengucapkan permisi lagi. Beruntunglah pintunya tidak terkunci.

Lisa yang sedang menyusun bucket lego bunga mawar yang nyaris selesai diatas ranjang king size nya menyadari ada orang yang masuk lansung membuatnya menoleh. Mata besarnya makin membulat terkejut mendapati kehadiran Jennie.

"Ngapain kesini?"

Jennie menaikkan sebelah alisnya, "Ga boleh?" Balasnya lalu meletakkan ranselnya di kursi belajar sang tunangan

"Ya bukan gitu, harusnya istirahat aja dirumah."

"Disini juga bisa."

Jennie dengan acuh bergabung diranjang lalu merebahkan tubuhnya disana.

"Kalo gitu harusnya kabarin aku, biarku jemput."

"Ck! Udah terlanjur."

Lisa menghela nafasnya berat lalu kembali menyusun lego nyo sembari membalas bersungut, "Ya emang selalu gitu. Apa - apa ga pernah ngabarin kalo keluar dari rumah. Harus aku dulu yang nanya."

Tanpa diberitahu pun sebenarnya Jennie sudah tahu jika ia salah, namun ego dan gengsinya terlalu memenuhi dirinya sendiri.

"Ya maaf! Gue suka lupa karena udah kebiasaan apa - apa sendiri."

"Ga jadi masalah, aku juga apa - apa sendiri. Ini tentang niat mau mencoba terbuka atau engga nya."

"Jadi maksud lo disini gue ga berusaha buat hubungan ini gitu?!" Nada bicara Jennie naik, ia terbawa emosi.

Akhirnya lego yang disusun selesai, tubuh Lisa beralih sepenuhnya menghadap ke arah gadis bermata kucing.

"Ga ada maksud kayak gitu. Maksud aku, kamu kalo mau hubungan ini berhasil ya kita harus kerja sama. Mau sebanyak apapun aku berusaha, kalo kamu ga buka pintu hati kamu buat aku masuk ya sama aja sia - sia."

Mata kucing Jennie berair, perkataan Lisa benar. Ia masih takut untuk membuka hatinya karena ia tidak ingin seseorang masuk kedalam dan membuatnya lemah.

Harusnya tidak begitu.

Jika di kilas balik, sejak pertunangan mereka terjalin, sikap Lisa benar - benar berbeda, baik dari tutur kata maupun perlakuannya ia tidak menjadi Lisa yang menyebalkan dan pengganggu seperti dulu. Melainkan Lisa yang menjadi tunangannya sekarang mau menunjukkan perhatian dan kasih sayang kepadanya tanpa malu - malu.

"M-maaf.... hiks~"

"Emangnya kamu ada salah apa hari ini?"

"Mmaaf uudah hiks~ bikin kamu kesel sama cemburu hiks!"

Senyum Lisa melebar sampai eyesmilenya terlihat, gadis bermata kucing itu sudah terisak dengan mata puppy yang melihatnya seperti anak kecil minta dikasihani.

Lucu dan bangga sekali karena beberapa hari ini ia sudah membuat Jennie yang kuat, dingin tak tersentuh kata orang - orang itu akhirnya dapat menangis.

Tangan kanan nya menepuk - nepuk kecil pucuk kepala Jennie lalu mencubit pelan sebelah pipi chubbynya. 

"Udah jangan nangis, karena aku anaknya cakep, baik, rajin menabung dan tidak sombong.... aku maafin hehe—aduh!"

Lisa terkekeh karena Jennie menampar bahunya karena balasannya main - main.

"Ga lucu! Hiks~"

"Iya kan yang lucu itu kamu, baby."

"I'm not baby!"

"Yes you are!"

Lisa makin terkikik melihat mata kucing gadisnya melotot, karena tak ada balasan lagi ia meletakkan lego bucket bunga yang sudah jadi kepangkuan Jennie.

"Aku tadinya hari ini mau ngajak kamu ke mall beli lego terus nyusun lego ini bareng sama kamu. Kita lego date gitu tapi kamunya mau minggu tenang yaudah aku aja yang beli sama nyusun sendiri. Rencananya pas udah jadi lego nya aku mau ke rumah kamu ngasih ini, tapi kamunya udah kesini duluan. Happy valentine ya, baby J."

Jennie ingin menangis lagi rasanya. Ia hari ini sudah terlalu jahat. Harusnya ini menjadi perayaan valentine pertama mereka, tapi ia mengacaukannya.

"Lisa gue beneran minta maaf... maafin gue~ hiks!"

"Lho kok nangis lagi? Aku kan udah maafin kamu."

"Tapi gue udah jahat banget hari ini hiks~ lo harus hukum gue hhuhu~"

"Yakin mau di hukum?"

Jennie menanggukkan kepalanya cepat sambil tangannya terus menerus mengusap air matanya yang mengalir.

"Okay. Ini taroh dulu."

Lisa mengambil lego, menaruhnya di sofa lalu kembali bergabung diranjang.

"Sini." Lisa menepuk - nepuk pahanya

"Maksud?"

Pipi chubby Jennie memerah, bohong sekali jika tidak mengerti maksudnya.

Lisa berdecak, "Ck! Duduk sini, katanya mau di hukum."

Bibir Jennie mengerut, ia akhirnya duduk menyamping kepangkuan.

"Hukumannya ap—hmph!"

Belum sempat bertanya sampai selesai, bibirnya sudah dilahap habis oleh bibir tebal Lisa. Mata kucingnya membulat sempurna karena tunangannya menciumnya secara brutal.

Usahanya bahkan sia - sia mendorong bahu Lisa, tunangannya itu malah memiringkan kepala lalu menggigit bibirnya membuatnya mengerang.

"Aah! Nggh~"

Mata kucingnya menjadi berkunang - kunang begitu ciuman Lisa semakin dalam, lidah tunangannya masuk mengabsen deretan giginya serta menyesap lidah dan bibir bawahnya dalam - dalam membuat darahnya mendidih dan perutnya tergelitik.

"Uu-udah! Ngh~"

Tubuhnya bergetar saat ciuman Lisa beralih turun ke lehernya. Menggigit dan menyesap dalam - dalam sampai meninggalkan bekas.

Ia merasa tak berdaya, belum lagi satu tangan besar Lisa kini sudah mendarat di payudara kanannya, meremas asetnya membuatnya makin mendesah tak tertahan.

"Ooh! Ahh~ ngh! u-uudah huhh~"

Menghentikan ciuman namun masih meremas payudaranya, tunangannya itu membalas, "Udah?"

"I-iiya...ngh~"

"Mau nakal lagi gak?" Tanya Lisa dengan deep voicenya, Kini remasannya berpindah ke payudara yang satunya, ia harus memperlakukan secara adil.

"Enng~ga~ nggh!"

"Good, baby girl."

Cup!

Lisa sepenuhnya berhenti setelah mencium lembut dahi Jennie yang kini berkeringat akibat perbuatannya.

Gadisnya yang sementara menjadi jinak dengan lunglai ingin meminta pelukan. Ia terkekeh pelan, membaringkan tubuh mungil Jennie ke ranjang, diikuti dirinya yang berbaring juga.

Lengan kanannya menjadi bantalan untuk kepala Jennie, lalu ia membawa tubuh mungil tunangannya kedalam dekapan.

"Time to sleep. Goodnight, baby J."

— Soulmate —

SOULMATE EBOOK
[READY]
266 Halaman

Rp. 23.925.—

WhatsApp 0882-9314-8263 for order/beli

Understanding MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang