• Bagian 1
"Ada surat untuk Nina."
Musim panas itu, datanglah sepucuk surat untuk Raja Pedang Nina Farion. Dataran Suci Pedang adalah tempat yang tertutup salju abadi, jadi tempat itu selalu dingin.
Tapi hari ini cukup hangat, seperti saat musim semi. Kepala Dojo, Dewa Pedang Gull Farion berkata,
"Kau boleh melakukan apapun yang kau mau hari ini. Kenapa harus menghabiskan hari seindah ini dengan berlatih?"
kemudian dia tidur siang.
"Surat?"
Karena Nina adalah murid yang rajin, dia tetap berlatih dengan giat hari ini. Namun dia segera berhenti saat surat itu datang.
"... Is ... sol ... te ... Ah!"
Sembari bermandikan keringat, Nina menerima surat itu dari pak pos dengan senyum lebar di wajahnya.
Di bagian belakang surat itu ada lambang Teknik Dewa Air, beserta nama orang yang sangat dia kenal.
Isolte Cruel. Beberapa tahun yang lalu gadis itu pernah menjadi partner latihannya, namun sekarang sudah menjadi ketua Teknik Dewa Air.
Saat ini Isolte bekerja sebagai pelatih pedang di Kerajaan Asura, sekaligus manager Dojo Teknik Dewa Air di sana.
Mereka berdua adalah teman baik, namun sudah tidak lagi saling bertemu semenjak Isolte meninggalkan Daratan Suci Pedang beberapa tahun silam.
Tumben sekali dia mengirimkan surat.
"... Mari kita lihat."
Nina merobek amplop itu dengan gembira, lalu mengeluarkan kertas dari dalamnya.
Namun, saat melihat tulisan yang berjubel di sana, dia mulai kebingungan.
"Aku penasaran apa yang dia tulis....."
Nina tidak bisa membaca huruf. Dia bisa membaca nama kenalan-kenalannya, namun kalau sudah melihat kalimat yang
panjang, dia mulai pusing.
Di Dataran Suci Pedang, buta huruf bukanlah hal yang aneh. Pasti ada orang lain yang bisa membacakannya untukku. begitulah pikirnya.
Nina lahir dan dibesarkan di Dataran Suci Pedang. Namun di antara beberapa murid Dojo, ada orang yang berpendidikan lebih baik darinya.
Pasti ada orang yang bisa dia tanyai. Nina pergi ke halaman belakang. Ada beberapa murid di sana yang sedang ngobrol sembari menikmati hari yang hangat.
Biasanya, Nina akan memarahi mereka karena malas-malasan. Oleh karena itu, mereka berdiri dengan panik, sembari membuat alasan.
Tapi, hari ini adalah hari langka yang dinyatakan libur oleh pemimpin Dojo.
Nina tidak memarahi mereka, tetapi bertanya apakah ada yang bisa membaca suratnya.
Para murid itu saling pandang, sebelum akhirnya salah satu di antara mereka mengangkat tangannya.
Nina memberikan surat itu padanya, sambil mengatakan,
"Jika kau bisa bahasa manusia, maka
bacakan surat ini untukku."
Sebenarnya isi surat itu cukup singkat.
Di sana tertulis beberapa peristiwa yang terjadi sampai saat ini.
Reida telah meninggal, sehingga Isolte lah yang meneruskan Dojo-nya. Sebagai seorang pelatih pedang, dia sering bertengkar dengan Ghyslaine.
Itu membuatnya teringat saat-saat bersama Nina. Nina bisa membayangkan wajah kesal Isolte yang hanya ditanggapi Ghyslaine dengan eskpresi polosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mushoku Tensei : Isekai Ittara Honki Dasu (Vol.20)
FantasySeorang pria berusia 34 tahun di Jepang yang tidak diketahui namanya diusir dari rumah setelah kematian orang tuanya. Mirisnya, ia tidak sedang mengenyam pendidikan atau pun bekerja. Setelah berkaca, melihat seperti apa keadaannya sendiri, ia menyim...