Siang ini, matahari begitu terik terasa. Udara panas seakan mampu membakar semua orang, meskipun tidak menghalangi orang-orang untuk terus berlalu lalang menjalani kesibukan mereka. Jalanan begitu ramai, padat dengan kendaraan-kendaraan berpolusi mengantarkan penumpangnya untuk sampai ke tujuan mereka masing-masing.
Di sudut cafe terlihat seorang gadis sedang termenung sendirian. Tatapannya kosong menatap lurus kedepan. Tangannya sibuk memutar-mutar ujung sedotan minuman yang ada di depannya. Perempuan itu adalah Naziya Artha Narendra. Gadis manis berkerudung biru berusia dua puluh tiga tahun yang berprofesi sebagai seorang bidan di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta.
"Ya!" Tepuk seseorang di pundak Naziya tiba-tiba. Naziya pun terjengkat kaget. Membuang nafas kecil sembari mengeluarkan wajah jengkel setelah melirik siapa pelaku yang baru saja mengagetkannya.
"Kakak enggak bisa ya datang terus beri salam dulu gitu? Hobi banget ngagetin aku. Kalau tadi aku jantungan gimana coba?" kata Naziya mengomel, sedangkan Daffin yang diomeli hanya tersenyum dan mengusap kerudung Naziya pelan. Ya, laki-laki di depan Naziya ini Daffin, kakak satu-satunya Naziya.
"Ya maaf, habisnya Kakak gemes lihat kamu ngelamun kayak tadi. Kenapa sih, Dek? Masih kepikiran sama pernikahanmu yang batal?"
"Aku cuma lagi mikir saja, Kak. Memangnya Naziya kurang apa sih? Naziya kurang cantik ya? Atau ini karena aku yang terlalu menutup diri makanya..."
"Ssttt... kamu enggak kurang apapun, Dek. Kamu cantik, kamu baik dan bagi kakak kamu sempurna. Mantan kamu saja yang bodoh melepas kamu begitu saja."
"Tapi Kak..."
"Tapi apa, Dek?"
"Kakak bicara kayak tadi kan karena Kak Lusa kakak aku. Coba kalau bukan, apa iya kakak masih punya penilaian yang sama tentang aku?" tanya Naziya sambil tertunduk lesu. Daffin tersenyum. Dia bergeser duduk di samping adik perempuannya. Menggenggam tangan Naziya dan membawa Naziya dalam pelukannya lembut.
"Kakak tahu, ini enggak mudah buat kamu. Pernikahan impian yang mau kamu bangun dihancurkan begitu saja sama bajingan itu. Tapi kamu enggak bisa terus-terusan menyalahkan diri kamu seperti ini, Dek. Kamu enggak salah. Sama sekali enggak salah. Laki-laki itu saja yang begitu bodoh lepasin kamu untuk wanita murahan. Dia yang enggak pantas untuk wanita istimewa seperti kamu. Sudah ya sedihnya. Sudah cukup kamu menangisi laki-laki bajingan kayak dia."
"Aku capek, Kak." Tangis Naziya pecah dalam pelukan Kakaknya. Hatinya benar-benar rapuh saat ini. Pernikahan impian yang harusnya dilaksanakan syawal tahun lalu harus kandas. Dan yang lebih mengenaskan lagi, satu bulan lalu tepatnya tiga bulan setelah rencana pernikahannya dibatalkan, mantan calon suaminya menikah dengan dengan sahabat Naziya sendiri.
"Kakak tahu, Dek. Kakak ngerti. Andai saja kamu enggak melarang kakak untuk datang ke pernikahan mereka, sudah kakak acak-acak acaranya. Kakak pengen banget ngehajar bajingan itu. Bisa-bisanya dia menikah dengan sahabat kamu sendiri setelah dia membatalkan begitu saja rencana pernikahan kalian."
"Plis, Kak. Jangan! Aku enggak mau kakak kenapa-napa. Kak Emran bukan orang sembarangan. Kakak tahu itu."
"Tapi dia keterlaluan. Dia sama sekali tidak bisa menghargai perasaan kamu."
"Bukan salah Kak Emran kalau dia menikah dengan Shila, Kak. Hubunganku dan Kak Emran sudah berakhir. Akunya saja yang masih belum move on."
KAMU SEDANG MEMBACA
Syawal Halal
SpiritualNaziya Artha Narendara, harus mengubur impiannya untuk menikah Syawal awal nanti. Pernikahannya harus batal. Marah, kecewa, sedih dan sakit pasti Naziya rasakan. Rasanya dunia benar-benar sedang menertawakannya saat ini. Sampai suatu hari ia dipert...