(Name) menata buku pelajaran nya di atas meja. Beberapa menit lagi bel masuk akan berbunyi. Ia menatap ke belakang, lebih tepatnya ke arah kursi kosong di belakang nya.
'Kemana dia? Kenapa belum datang juga?' batin (Name) bertanya-tanya.
Tepat setelah itu, pintu kelas dibuka. (Name) refleks menoleh, dan tersenyum mendapati orang yang membuka pintu tadi. Orang itu berjalan lemas menuju kursi miliknya.
"Ohayou Shoyou, kau terlambat bangun?" Sapa (Name) pada Hinata.
"Ahh begitulah, tadi malam aku tidur terlalu larut," ungkap Hinata sambil mendudukkan diri di kursinya.
(Name) menatap Hinata prihatin.
"Kan aku sudah bilang, latihan itu boleh tapi jangan berlebihan," nasihat (Name).
"Ha'i ha'i, kau ini makin lama makin mirip ibuku," komentar Hinata.
(Name) terkekeh kecil lalu kembali menghadap ke depan.
(Name) dan Hinata sudah berteman sejak kecil. Mereka sekolah di TK yang sama, SD yang sama, SMP yang sama, dan juga SMA yang sama. Tak jarang juga mereka bisa sekelas. Rumah mereka tidak terlalu jauh satu sama lain, sehingga kadang-kadang mereka berangkat dan pulang sekolah bersama.
Namun, akhir-akhir ini Hinata mulai jarang pulang bersama (Name). Hinata kini sudah mulai aktif di klub voli, dan itu membuat harus pulang malam. Yah, sebenarnya kegiatan klub hanya sampai jam 6 saja, tapi kalian kan tahu sendiri Hinata dan Kageyama itu orangnya bagaimana.
(Name) sendiri tidak mempermasalahkan hal tersebut, karena kadang-kadang Hinata menyempatkan diri untuk menyapanya di klub sastra.
Intinya, mereka berdua adalah bestie yang tak pernah terpisahkan. (Name) merasa sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Hinata. Hinata selalu ada untuknya baik di saat senang maupun susah. Hinata juga selalu menghibur di saat (Name) sedang down. Benar-benar sahabat yang baik bukan?
***
"(Name)-chan! (Name)-chan!" Panggil Hinata dari bangku belakang.
Saat ini sedang jam istirahat. (Name) sendiri baru saja membuka kotak bekalnya. (Name) memutar kursinya ke arah belakang, lalu mulai memakan bekalnya.
"Ada apa, Shoyou?" Tanya (Name).
"Eh itu, ada yang mau aku tanyakan," ujar Hinata ragu-ragu.
"Hm, pelajaran apa? Perlu ku ajari?" Balas (Name) sambil melahap telur dadarnya.
"Eh, b-bukan begitu! Bukan soal pelajaran!" Elak Hinata dengan wajah memerah.
'Kawaii,' batin (Name).
"Bukan? Jadi soal apa?" Tanya (Name).
"I-i-ini soal itu, emh, duh bagaimana ya," gugup Hinata.
(Name) menaikkan salah satu alisnya. Baru kali ini ia melihat Hinata salting. Aneh.
"Shoyou, ada apa?" Tanya (Name) lembut.
Hinata menatap mata (Name) lalu mengalihkan pandangannya. Ia mengusap tengkuknya canggung. Terlihat benar-benar gugup.
"A-aku rasa, aku sedang menyukai seseorang," ucap Hinata pada akhirnya.
Mata (Name) membulat kaget. Bagaimana tidak kaget? Jika yang mengucapkan itu adalah teman perempuan nya, dia masih bisa maklum. Tapi ini Hinata loh, si bocah jeruk yang polos itu. Dia belajar cinta-cintaan dari mana?
'Ah, pasti ini ulah temannya di klub voli,' pikir (Name).
Beberapa saat kemudian (Name) tersadar dari pemikirannya itu. Ia menepuk kedua pipinya. Membuat Hinata sedikit bingung.
'Astaga, apa yang kupikirkan? Tidak baik berprasangka buruk!' batin (Name).
"Etto, (Name)-chan?" Usik Hinata.
'Yang harus kulakukan adalah, mendukungnya untuk saat ini. Ya, itu adalah pilihan yang tepat sebagai sahabat yang baik. Astaga, Shoyou ku sudah dewasa, ia sudah mengerti persoalan remaja seperti ini!' pikiran (Name) terus berkecamuk.
(Name) kemudian menepuk kedua bahu Hinata. Hinata tersentak.
"Bagus Shoyou, aku turut bangga padamu! Kau sudah bertambah dewasa!" Puji (Name) dengan mata berbinar.
"Memangnya kau Ibuku?" Ujar Hinata.
"Apa yang dapat kulakukan untuk bisa membantumu? Beritahu aku!" Pinta (Name).
"Em yaa, aku memang ingin meminta bantuan mu sih,"
"Apa itu? Jika aku sanggup pasti akan kulakukan!"
"K-kau tahu? A-a-aku ingin m-menyatakan perasaan ku padanya, tapi aku tidak tahu bagaimana caranya,"
"Wahh, kau mau menyatakan perasaan?! Gercep sekali!" Komentar (Name).
"I-iya! Aku ingin menyatakan perasaan ku dengan gentle! Seperti whoosh, swushh, dan boom begitu!" Ucap Hinata bersemangat.
(Name) tertawa, ia sudah hafal dengan kebiasaan Hinata jika sudah terlalu bersemangat seperti ini.
"Tenang saja, aku pasti akan membantumu," janji (Name) sambil tersenyum manis.
"H-hontou?! Arigatou (Name)-chan! Kau memang sahabat terbaik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐨𝐤𝐮𝐡𝐚𝐤𝐮 𝐋𝐞𝐬𝐬𝐨𝐧 ✔︎
FanfictionKetika rasa timbul dengan sendirinya, mengalahkan logika dan bekerja di luar harapan. Apa yang harus dilakukan? Menerima perasaan itu di dalam hati atau menolaknya mentah-mentah? 'jangan baper (Name), ini cuma latihan,' COMPLETED Original fanfcition...