4

620 123 9
                                    


(Name) meletakkan tangan kanannya di dada. Ia masih bingung dengan detak jantungnya yang aneh kemarin.

'Kemarin itu, kenapa jantungku berdetak cepat sekali? Apa aku sakit?' pikir (Name).

Kemudian (Name) teringat dengan percakapan nya bersama teman-teman sekelasnya beberapa hari yang lalu.
--
"(Name)-chan, apakah kamu punya orang yang disukai?" Tanya Minami padanya.

(Name) yang sedang melahap telur dadar hanya menggeleng pelan.

"Tidak, aku tidak menyukai siapapun," jawab (Name).

"Hee?! Masa sih?" Kaget Rika.

(Name) mengangguk pelan.

"Memangnya tanda jatuh cinta itu seperti apa?" Tanya (Name).

"Hmm, kalau kau bersama orang yang kau sukai, kau akan merasa betah dan nyaman. Lalu, jantungmu akan berdetak lebih cepat dari biasanya!" Jelas Yura.

"Hmm sou ka," gumam (Name).
--

'Tunggu, aku kan merasa seperti itu pada Shoyou,' pikir (Name).

'Apa jangan-jangan aku menyukai Shoyou?'

Pipi (Name) tiba-tiba memerah sendiri. (Name) mulai tersadar, lalu menepuk kedua pipinya. Kebiasaan yang sangat suka ia lakukan.

'Tidak tidak tidak, (Name). Kau tidak boleh jatuh cinta pada Shoyou, kau kan sudah berjanji untuk mendukungnya. Ya, kau harus menjadi sahabat yang baik untuknya,' tekad (Name).

"Yosh, aku akan berusaha melupakan perasaan ini!"

***

"Baiklah (Name)-chan, aku mulai ya?"

"Uun! Mulai lah!"

Hinata lalu kembali berlatih menyatakan perasaan dengan (Name). Tentu saja, ia menerapkan saran-saran dari (Name) selama beberapa hari terakhir. (Name) sendiri meletakkan tangannya di dada, menelan ludah.

'Detak jantungku menggila lagi,' pikir (Name).

"Bagaimana (Name)-chan?" Tanya Hinata meminta pendapat.

"E-eeh iya, sejauh ini sudah bagus kok," jawab (Name).

'Duh, kenapa aku jadi gugup begini sih,'

"Ne ne, (Name)-chan. Aku berpikir untuk sekalian memberikan bunga saat menyatakan perasaan nanti," ucap Hinata.

"Wahh, itu ide yang bagus Shoyou!" Puji (Name).

"Hontou? Kalau begitu bunga apa yang sebaiknya aku pakai?"

(Name) berpikir sesaat sebelum menjawab.

"Kalau menurut ku sih, lebih baik bunganya hanya 1 tangkai. Soalnya kalau buket, rasanya terlalu berlebihan. Untuk jenis bunganya bebas, semua bunga cocok untuk diberikan," tutur (Name).

"Sou ka, menurutmu bunga apa yang cocok?"

"Kalau aku sih, suka bunga matahari. Ah, tapi kan selera tiap gadis kan berbeda,"

"Hee, aku baru tahu kalau kau suka bunga matahari,"

"Ahahaha, begitulah,"

"Kenapa kau menyukai bunga matahari?" Tanya Hinata penasaran.

(Name) tersenyum lembut mendengar pertanyaan itu.

"Bunga matahari itu, cerah dan sangat bersinar. Hanya dengan melihatnya, hati yang tadinya sedih menjadi senang kembali. Bunga itu juga membawa kedamaian dan ketenangan untukku. Selain itu, aku juga punya kenangan tersendiri dengan bunga matahari," jelas (Name).

Hinata tak berkomentar, ia hanya diam mendengarkan.

"Ah, selain itu aku juga suka biji bunga matahari,"

"Ohh! Aku juga suka itu, rasanya enak!"

(Name) terkekeh kecil mendengar Hinata.

Hening, Hinata tampak berpikir. Mungkin ia memikirkan bunga apa yang harus ia pakai. Karena merasa risih dengan kecanggungan itu, (Name) pun berucap.

"Ne Shoyou, coba latihan sekali lagi, tapi kali ini pakai bunga,"

"Eh? Tapi kan disini tidak ada bunga," bingung Hinata.

"Tidak apa-apa, kita bisa pakai ini, anggap saja ini bunganya," tukas (Name) sambil memberikan pulpen miliknya.

"Oh, ok,"

Hinata menerima pulpen tersebut dan menggenggam nya. (Name) menghela napas melihatnya.

"Pegangnya jangan seperti itu," ujar (Name) sambil membenarkan tangan Hinata.

"Yosh, aku mulai ya?"

"Uun,"

Hinata menarik napas panjang sambil memejamkan matanya. Ketika ia membuka matanya, suasana mulai berubah.

"(Name)-chan, aku sudah menyukaimu dari dulu. Aku suka sekali dengan dirimu yang berpikiran positif dan selalu tersenyum ketika menghadapi masalah. Aku tahu, aku memang tak cukup baik untukmu. Tapi aku sudah berbicara dari hatiku yang paling dalam. Maka dari itu, kumohon, jadilah pacarku!"

(Name) tertegun, debaran jantungnya semakin menggila. Ia terpana menatap Hinata.

"Bagaimana menurut-- (Name)-chan, kau sakit?!" Seru Hinata cemas.

(Name) pun tersadar.

"E-eh, a-apa maksudmu?"

"Wajahmu merah, kau sakit ya?"

(Name) tidak menjawab, ia menundukkan kepalanya dalam-dalam.

'Ah, sial,'

𝐊𝐨𝐤𝐮𝐡𝐚𝐤𝐮 𝐋𝐞𝐬𝐬𝐨𝐧 ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang