"Eh? (Name)-chan belum pulang? Bukannya hari ini klub sastra libur ya?" Tanya Hinata.(Name) menoleh ke arah Hinata. Hinata memakai gakuran (seragam sekolah Jepang untuk laki-laki). (Name) berusaha untuk tetap tenang, ia kembali membersihkan mejanya.
'Padahal aku sudah sengaja pulang lama supaya tidak bertemu Shoyo,' batin (Name).
Hinata berjalan ke arah (Name). Matahari senja menyinari mereka dari celah jendela.
"Ah, karena kebetulan kau ada disini, bagaimana kalau kita latihan untuk yang terakhir kalinya?" Ucap Hinata.
(Name) merasa hatinya telah hancur berkeping-keping. Meskipun begitu, ia telah menguatkan tekadnya. Ia pun mengangguk, memaksakan diri untuk tersenyum.
"Boleh, ayo latihan untuk yang terakhir kali,"
Hinata menata surai jeruk miliknya. Setelah beberapa saat, rambutnya itu pun menjadi rapi. Kemudian ia mengeluarkan sebuah pensil dari saku celananya.
'Dia tidak melupakan bunganya,' batin (Name) tertegun.
"(Name)-chan," panggil Hinata.
"Ha-hai?" Kaget (Name).
Begitu menatap Hinata, (Name) justru lebih kaget lagi. Tatapan mata Hinata begitu dalam, membuatnya terpana.
"Aku sudah menyukaimu dari dulu. Aku suka sekali dengan dirimu yang berpikiran positif dan selalu tersenyum ketika menghadapi masalah. Aku tahu, aku memang tak cukup baik untukmu. Tapi aku sudah berbicara dari hatiku yang paling dalam. Maka dari itu, kumohon, jadilah pacarku!" Lanjut Hinata.
(Name) tertegun, ia hampir tak mampu berkata-kata. Ia tersenyum palsu menanggapi itu.
"Sugoii ne Shoyou, kau sudah berkembang pesat. Aku jamin gadis yang kau sukai itu pasti akan menerima perasaan mu," ujar (Name).
"Menurutmu begitu?! Arigatou! Kalau begitu aku pergi duluan ya! Ah, kau jangan kemana-mana dulu!" Seru Hinata dengan mata berbinar.
"U-uun," balas (Name).
Hinata berbalik dari pandangan (Name). Ia berjalan santai sambil sesekali bersenandung kecil. (Name) menggigit bibir bawahnya. Ia benar-benar sudah tidak bisa menahan diri lagi.
(Name) berlari menuju Hinata lalu memeluknya dari belakang. Hal itu membuat Hinata tersentak dan menghentikan langkahnya.
"(N-Name)-chan?" Panggil Hinata.
"Jangan pergi," lirih (Name). Ia menyembunyikan wajahnya di punggung Hinata.
Hinata terdiam, ia tak tahu mau berkata apa. Sedangkan (Name) semakin mempererat pelukannya.
"Aku tak mau jika Shoyou berkata seperti itu ke gadis lain. Aku tak suka membayangkan Shoyou menggunakan tatapan mata seperti itu pada gadis lain. Aku tak ingin Shoyou mengatur gaya rambut demi gadis lain. Tidak, aku tidak suka," ujar (Name) lirih di balik punggung Hinata.
Hinata tak menjawab, ia sedikit kaget begitu merasakan punggung nya basah. Ya, (Name) menangis disana.
"Aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa merasa seperti ini, aku sudah mencoba melupakan nya. Tapi Shoyou, kau membuat ini semakin sulit. Setiap hari kau bertambah keren di mataku, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain terpesona padamu," (Name) masih melanjutkan ucapannya.
"Aku tahu, kalau kau sudah menyukai orang lain. Tapi Shoyou, 1 hal yang harus kau tahu, aku--"
"Cukup!"
(Name) tersentak begitu Hinata bersuara. Hinata memutar badannya menghadap (Name). Lalu memegang kedua bahu (Name). Wajahnya tampak sangat serius.
"Jangan lanjutkan kata-kata mu tadi, aku tidak ingin dengar," tukas Hinata dengan mata tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐨𝐤𝐮𝐡𝐚𝐤𝐮 𝐋𝐞𝐬𝐬𝐨𝐧 ✔︎
FanfictionKetika rasa timbul dengan sendirinya, mengalahkan logika dan bekerja di luar harapan. Apa yang harus dilakukan? Menerima perasaan itu di dalam hati atau menolaknya mentah-mentah? 'jangan baper (Name), ini cuma latihan,' COMPLETED Original fanfcition...