"Ohayou, (Lastname)-san," sapa seseorang pada (Name).(Name) melukiskan senyum kecil menanggapi sapaan dari orang tersebut. Itu adalah Hana, anak kelas sebelah. Kebetulan, Hana juga mengikuti klub sastra seperti (Name).
"Ohayou, Suzukawa-san," balas (Name).
"E-etto (Lastname)-san, b-bisa minta tolong?" Tanya Hana malu-malu.
"Tentu saja! Apa yang bisa kubantu?" Balas (Name).
Hana mengeluarkan amplop putih dari saku rok nya lalu menyerahkannya kepada (Name).
"B-bisa tolong berikan itu pada H-Hinata-kun? A-aku terlalu gugup untuk memberikannya sendiri," ujar Hana.
(Name) menerima dan memandangi amplop tersebut.
"Baiklah nanti akan kuberikan," ucap (Name) pada akhirnya.
"Yatta! Arigatou (Lastname)-san, aku berhutang budi padamu,"
"Ahahaha, tidak usah dipikirkan,"
"Menurut mu, apakah perasaan ku akan berbalas, (Lastname)-san?"
(Name) tampak berpikir.
"Mm aku tidak jamin, soalnya kata Shoyou, dia sedang menyukai seseorang sekarang," beritahu (Name).
"A-aah, begitu ya," kekecewaan tergambar jelas di wajah Hana. Membuat (Name) merasa bersalah telah memberitahukan hal itu.
"T-tapi mereka kan belum pacaran? Kau masih bisa merebut hati Shoyou! Semangat!" Dukung (Name).
Wajah Hana menjadi tenang kembali.
"Kau benar, terima kasih (Lastname)-san!"***
"Shoyou, tadi ada yang menitipkan surat untukmu," beritahu (Name) sambil memberikan surat Hana.
"Heee?! A-aku punya penggemar?!" Kaget Hinata sambil memandangi surat itu tidak percaya.
"Sebenarnya bukan penggemar sih, tapi ya ga salah juga," gumam (Name).
(Name) membuka kotak bekalnya. Seperti biasa, hari ini ia duduk menghadap ke belakang.
"Bagaimana? Suzukawa-san itu orangnya manis lho!" Ujar (Name).
Hinata menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Yah, aku sangat menghargai perasaan nya. Tapi, kau kan tahu sendiri kalau aku sudah menyukai orang lain," ucap Hinata.
"Hmm sou ka," tanggap (Name).
'Suzukawa-san yang segitu manisnya saja ditolak? Pasti gadis yang disukai Shoyou itu sangat sempurna,' pikir (Name).
"Ayo (Name)-chan, kita lanjutkan latihannya!" Seru Hinata bersemangat.
Ah, (Name) hampir lupa untuk membantu Hinata berlatih.
"Oh benar juga, kalau begitu coba mulai! Nanti akan ku koreksi lagi,"
Hinata menarik napas panjang sebelum akhirnya memulai.
"(Name)-chan, aku sudah menyukaimu dari dulu. Aku suka sekali dengan dirimu yang berpikiran positif dan selalu tersenyum ketika menghadapi masalah. Aku tahu, aku memang tak cukup baik untukmu. Tapi aku sudah berbicara dari hatiku yang paling dalam. Maka dari itu, kumohon, jadilah pacarku!"
(Name) mengerutkan dahinya, ia sedikit bingung.
"Etto Shoyou, kenapa kau memandang ke bawah? Aku ada disini lho!" Tegur (Name).
"O-oh iya benar juga, akan ku ulang!"
Hinata pun mengulang kembali ucapan nya. Kali ini, (Name) memiringkan kepala saking gemasnya dengan tingkah Hinata.
"Shoyou, arah matamu kemana? Aku ini tepat di depan mu kan?"
Hinata menggaruk pipinya gugup. (Name) menghela napas melihatnya.
"Baiklah Shoyou, pelajaran kedua. Jika kau berbicara, tatap mata gadis itu. Percuma saja jika kata-kata mu bagus, tapi arah matamu berlarian," jelas (Name).
"M-maksudmu aku harus--"
(Name) memegang kedua pipi Hinata, berusaha mengarahkan mata Hinata ke arahnya.
"Ya, kau harus menatap tepat di mata gadis itu," potong (Name) sambil melepas pipi Hinata.
"Ehh?! Haruskah?!" Hinata terdengar tidak terima.
"Tentu saja harus! Kalau tidak, percuma saja kau bicara sepanjang apa pun, nanti bisa-bisa dia menganggapmu tidak serius!" Balas (Name).
Hinata mengangguk paham, walau sebenarnya ia agak kaget mendengar nada suara (Name) yang sedikit lebih keras dari biasanya. Tidak, (Name) tidak marah pada Hinata. Ia hanya merasa sedikit gemas dengan Hinata.
"Baiklah baiklah, akan kucoba," ucap Hinata.
"Bagus, kalau bisa, gunakan tatapan mata yang serius,"
"Uun wakatta,"
Hinata memejamkan matanya, bersiap-siap untuk memulai. Beberapa saat kemudian ia membuka matanya perlahan. Sorot mata nya begitu dalam dan wajahnya terlihat sangat serius. (Name) sampai tertegun melihatnya.
"(Name)-chan, aku sudah menyukaimu dari dulu. Aku suka sekali dengan dirimu yang berpikiran positif dan selalu tersenyum ketika menghadapi masalah. Aku tahu, aku memang tak cukup baik untukmu. Tapi aku sudah berbicara dari hatiku yang paling dalam. Maka dari itu, kumohon, jadilah pacarku!"
(Name) terdiam, tidak berkomentar sama sekali. Ia jatuh kedalam pesona Hinata. Membuatnya tak sadar dengan keadaan di sekitarnya.
"(Name)-chan, bagaimana?" Tanya Hinata meminta pendapat.
"Iya, aku mau," gumam (Name) pelan.
"(Name)-chan?" Hinata merasa bingung dengan jawaban (Name).
Saat itulah (Name) tersadar. Ia mengerjapkan kedua matanya lalu menepuk kedua pipinya.
"A-aah maaf, maksudku tadi itu bagus! Lakukan saja seperti itu!" Tukas (Name).
"Heee, berarti yang tadi itu sudah keren?!"
"U-uun, begitu lah,"
"Yatta! Sudah kuduga, aku ini memang keren!"
"Hinata-san, ada senpai yang mencarimu!" Beritahu teman sekelas mereka dari pintu.
"Eh? Wah itu kan Sugawara-san! (Name)-chan, aku pergi dulu ya! Besok kita lanjut kan!"
"Oh i-iya, oke," sahut (Name) gugup.
Hinata pun berlari menuju luar kelas. Meninggalkan (Name) yang masih bingung dengan keadaan dirinya sendiri.'Tadi itu, jantungku kenapa?' batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐨𝐤𝐮𝐡𝐚𝐤𝐮 𝐋𝐞𝐬𝐬𝐨𝐧 ✔︎
FanfictionKetika rasa timbul dengan sendirinya, mengalahkan logika dan bekerja di luar harapan. Apa yang harus dilakukan? Menerima perasaan itu di dalam hati atau menolaknya mentah-mentah? 'jangan baper (Name), ini cuma latihan,' COMPLETED Original fanfcition...