Tw: Rough s*x, Harsh words, Sp*nking, BD*SM, dkk.
🔞
🔞
🔞
🔞
🔞
🔞
🔞
🔞
🔞
Berdiri menatap pemandangan indah nan merangsang didepannya, Mark mulai mengerutkan alisnya dan menatap Renjun dengan ekspresi menakutkan. Mark mulai mengambil borgol yang ada didekat Renjun yang masih bergetar seluruh tubuhnya berkat vibrator dildo yang masih menyala. Ia mengambil kedua tangan Renjun, memborgolnya ke ranjang dan mengikat kedua pergelangan kaki pria kecil itu dengan tali yang juga datang satu set dengan 'mainan-mainan' nakal tersebut.
Renjun dalam hati tersenyum karena merasa mendapatkan kemenangan yang telah ia rencanakan beberapa hari ini. Tapi, kemenangannya hanya berlangsung sebentar berkat Mark yang kini menyetel vibrator dildo itu ke level getaran tertinggi lalu menutup mata Renjun dengan penutup mata berbahan kain renda, yang membuat pria kecil itu sekarang menjadi santapan seksi dominannya.
Mark lalu membawa bibirnya dekat dengan telinga Renjun dan berbisik
"This is what you want, huh? Let's give you the punishment then."
Ia lalu membasahi telinga Renjun dengan sedikit salivanya dan melanjutkan,
"'Yellow' is your safe word. And don't you dare call my name. You are only allowed to call me Master."
Renjun hanya mengangguk, dengan seluruh tubuh yang masih bergetar. Kini penisnya sudah tak tahan ingin mengeluarkan cairannya berkat dildo yang sedari tadi menusuk nikmat prostatnya. Tapi, Masternya tidak akan membiarkannya keluar dengan mudah. Mark memegang penis Renjun dan menahan lubangnya agar tidak mengeluarkan cairan.
"AHHH I WANTHH TO COME-"
"Then beg for it, slut."
"MASTERHH AHH I WANTHH TO COMEE PLEASE AHHHH"
Kini penutup mata berwarna putih itu dibahasi oleh air mata si submissive yang memohon untuk diizinkan mencapai puncaknya. Mark melepaskan tangannya dan cairan putih keluar dari penis Renjun dan membahasi perut mulus pria kecil itu. Mark lalu menarik keluar dildo dari anal merah muda Renjun.
Renjun pikir permainannya telah berakhir. Ia lupa bahwa masih ada masalah penis Mark yang harus diselesaikan. Renjun mendesah kesakitan ketika tiba-tiba Mark menjepit kedua putingnya dengan penjepit nipple dan menghubungkannya dengan vibrator yang membuat ransangan datang lagi dari puting merah muda yang bergetar itu.
Kini Mark mengambil posisi diatas Renjun, mengapit kepala pria kecil itu dengan pahanya yang kuat.
"Open your mouth"
Kata Mark yang lalu memasukkan penisnya yang sudah tegang kedalam mulut hangat Renjun yang terbuka lebar. Mark mulai menggerakkan pinggulnya dan menusuk tenggorokan belakang Renjun berkali-kali dengan penis besarnya. Penutup mata yang submissive itu kenakan kini sudah penuh dengan air mata yang keluar karena nikmat yang didapat. Mark kini puas mengolok-olok tenggorokan Renjun dan kini mulai melepas tali yang mangikat kaki Renjun. Apakah permainan akhirnya selesai? Tentu tidak. Ia mengangkat kedua betis Renjun keatas bahunya dan memasukkan penisnya ke anal sempit Renjun.
"You like that fucking plastic better than my big dick, huh?"
Teriak Mark sambil mendorong kasar penisnya kedalam lubang Renjun.
"UGGHH NO MASTERHH, YOUR AHH DICK IS BETTERHH"
Mark menyeringai sambil menghentakkan pinggulnya berulang kali dan kini mulai memukul keras bokong pria kecil itu, masih dengan penis berada di lubang Renjun.
"Count the spank." Perintahnya.
"ONE AHHH"
"Just count. No moan allowed"
kata Mark dengan tegas dan melayangkan pukulan kedua yang lebih keras dari pukulan pertama.
PLAK-
"TWO"
PLAK-
.
.
.
"NINE"
Di hitungan kesembilan Mark menghentikan pukulannya dan Renjun merasakan cairan yang kini membasahi bagian dalamnya. Ini sebenarnya pelepasan ketiga Mark. Yang pertama, ia melakukan pelepasan sambil menggosok penisnya sendiri dengan memandang kekasihnya yang bergetar sangat menggoda setelah ia menaikkan getaran dildonya. Yang kedua yakni ketika blow job selesai, ia mengeluarkannya dan membahasahi wajah pria kecil itu dengan cairannya.
Bagaimana dengan Renjun? Ia mulai menyerah menghitung pelepasannya setelah yang keempat, staminanya yang kurang dibanding Mark tak dapat membuatnya menahan cum lebih lama dari dominannya itu.
Mark kini melepaskan mainan-mainan yang ada ditubuh Renjun dan berbaring disamping kekasihnya itu sambil memeluknya erat.
"I am sorry, babe. I am too immersed."
Bisiknya pelan sambil mengelus punggung Renjun dan menjatuhkan ratusan ciuman di berbagai sisi wajah Renjun.
"It's okay, babe. Don't feel guilty. I asked for it tho."
Jawab si submissive yang kini tersenyum dan melumat bibir dominannya.
Mereka saling berpelukan hangat seakan kejadian-kejadian tadi tidak pernah terjadi. Tentu, masih dengan mainan-mainan nakal yang berserakan mengelilingi mereka.
END
Hehehe.
Maaf yah guys kalau part ini ngga sesuai ekspektasi. I am trying my best cause this is my first time writing something like "this" T^T
Anyway, salam MarkRen!💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Sanity | Markren 🔞
FanficMarkren Oneshot SMUT compilation. 🔞 (Kumpulan Oneshot Smut Markren)🔞 Read at your own risk. 🇮🇩