Suara teriakan memberi semangat menggema dari belakang garis start hingga ke pinggir sirkuit. Mereka berdiri ditempat dengan mendukung idolanya masing masing.
Dilain sisi, kedua rival kini sedang bersiap dibelakang garis start dengan menunggangi kuda besi masing-masing. Si pemotor merah menatap remeh kearah pemotor hitam yang sedang meliriknya tajam.
Nampak seorang perempuan berpakaian minim datang dengan membawa saputangan dijemarinya. Hitungan detik setelahnya saputangan di layangkan ke udara. Tepat setelah saputangan menyentuh aspal, kedua pembalap itu melesat dengan kecepatan tinggi membelah sunyinya langit malam.
Udara dingin ditambah cuaca mendung ditengah malam yang gelap ini tak membuat mereka gentar untuk mencapai finish dengan gelar juara.
Setelah beberapa lama beradu sengit, akhirnya pemotor hitam unggul meninggalkan si pemotor merah dibelakang. Mencapai garis finish, teriakan dan sorakan penuh semangat terdengar dari kubu hitam.
Seorang yang berada diatas motor hitamnya itu kini ganti menatap remeh kearah lawannya yang baru sampai di garis finish.
"Pemenang kali ini, Queen lagi!"
🌠🌠🌠
Di pagi yang cerah ini, Ilona berangkat ke sekolah menggunakan sepeda BMX merahnya sembari bersenandung kecil.
Sepeda BMX memang kendaraan sehari seharinya untuk bepergian. Bukan karena dia miskin atau tidak punya motor dan mobil, dia hanya berusaha menyelamatkan bumi dari kesengsaraan yang diperoleh dari perbuatan manusia. Singkatnya mengurangi polusi udara, juga sekaligus menyehatkan tubuhnya sendiri.
Karna didalam tubuh yang kuat, terdapat jiwa yang sehat.
Gadis itu menebar senyum ke seluruh orang yang ia lewati. Sesekali ia membalas sapaan orang di jalan yang memang sudah hapal akan keberadaannya di jam-jam seperti ini, pendeknya yang sudah mengenalinya.
Didepan sebuah rumah berpagar kayu, gadis itu berhenti saat melihat wanita yang kiranya sudah berkepala lima sedang menyiram bunga.
"Oma!" panggil gadis itu dari atas sepedanya
Wanita tua yang dipanggil itupun mendongak lalu tersenyum "Eh, Afa. Mau berangkat sekolah?"
Ilona mengangguk sembari tersenyum "Aku ada hadiah buat Oma. Nanti pulang sekolah aku kesini lagi, Aku bakal tunjukin hadiahnya. Pasti Oma suka"
Kinaya, wanita yang kerap dipanggil Oma oleh Ilona itu memasang senyum keibuannya lalu mengangguk "Udah sana Afa berangkat, nanti terlambat loh"
Ilona bergerak meraih tangan Kinaya lalu mengecup punggung tangan wanita itu pelan "Hehe, aku pergi ya, Oma"
🌠🌠🌠
Setelah memarkirkan sepedanya dikumpulan sepeda lain, Ilona berjalan santai di koridor utama menuju kelasnya. Selama berjalan di lorong, banyak pasang mata menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Ilona tak peduli, toh juga tak bisa membuat perutnya kenyang.
Di SMA Antariksa ini, ia tak mempunyai satupun sahabat perempuan. Bukan karna ia memilih-milih atau bagaimana, hanya saja perempuan terlalu sukar ditebak.
Mungkin hal ini yang membuat tatapan para manusia yang Ilona lewati tadi seperti itu. Namun Ilona seperti ini juga karna ada alasan pasti yang membuatnya menghindari untuk terlalu percaya dengan yang namanya teman apalagi yang berjenis kelamin perempuan. Hanya demi untuk menghindari pengalamannya sewaktu SMP.
Kala itu, ia memiliki 2 sahabat perempuan yang cukup dekat dengannya, namun kedok kedua manusia itu akhirnya terbongkar, bahwa mereka berteman dengan Ilona hanya karena ingin derajat sosialnya tinggi disekolah. Singkatnya, mereka hanya ingin famous dengan Ilona yang dijadikan sebagai alat bantu. Kebetulan juga Ilona adalah siswi pintar dan cantik disekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATURNUS [COMPLETED]
Teen Fiction"Gue muak sama lo! Gue udah capek! Gue bahkan pernah mimpi lo hilang dari bumi, dan itu mimpi paling indah di hidup gue!" "Ah masa? Kalo gue pergi beneran nanti lo nangis gimana?" "Gak akan!" ---- Saturnus Virzea Araja, pemuda cuek namun galak yan...