Hidup ini memiliki banyak sekali titikDari sekian banyaknya titik itu
Aku memiliki beberapa titik penting dalam hidupku
Titik dimana untuk pertama kalinya aku melihat dunia
Untuk pertama kali diri ini dibelai lembut tangannya
Untuk pertama kali tangisanku didengarnya
Dan untuk pertama kalinya aku bisa merangkak, berjalan, kemudian berlari
Selayaknya manusia biasa yang tak sempurna,
Aku pernah jatuh,
Ke dalam sebuah palung kehidupan
Palung gelap tanpa sebuah cahaya
Adalah titik terendahku yang pernah ada
Sunyi, tentu ku rasa
Pertikaian diri dengan jiwa , sudah menjadi biasa
Perasaan menghantui perasaan
Semesta memberi ku harapan
Tapi kemudian menghancurkan
Dalam kegelapan,
Aku mencoba mencari jalan
Pagi membantuku bangkit
Siang menerangiku dengan cahayanya
Sore memperlihatkan senja
Dan malam, menenangkanku dalam keheningan
Ternyata semesta begitu baik
Harapan itu bukan semesta yang memberikan
Tapi aku yang teramat mendambakan
Hingga akhirnya aku sadar
Terkadang diri ini yang menghancurkan
Aku yang mendamba, tapi ku salahkan semesta
Semesta, maaf
Alfabeth

KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Alfabeth
PuisiSelamat pagi, Untuk mu, cahaya bumi pertiwi Yang selalu memberi harapan Kala pagi mengawali kehidupan Selamat siang, Untuk mu mentari Yang selalu menerangi bumi Kala daun mulai kedinginan Selamat malam, Untuk cahaya indah nan terang Yang setia me...