Teratai ke Dua belas

8 0 0
                                    

Hai Tuan katak,

Aku kira melepasmu pergi dari danauku, semudah menerima katak baru,
Memahami cerita baru, mendapati telinga baru, Yang mau mendengar keluh kesah ku.
Tapi, rasanya tidak ada "hal" yang benar-benar bisa sama, dan serupa meskipun sudah aku usahakan menyamai, percaya bahwa itu hal mudah. Ternyata sulit.

Yah bagaimanapun.
Aku akan tetap menulis cerita ini, sampai aku lelah sendiri.

Kata-katamu memang konsisten, tidak pernah goyah, hanya karna menjaga perasaan, agar orang yang ada di sekitarmu tidak pergi meninggalkanmu.

Tuan, aku hanya minta.
Kalau takdir menemukan kita ntah itu karna, petir, angin, ataupun banjir.
Aku harap Tuan masih bisa menyapaku, dimanapun kita dipertemukan.

Aku tidak berharap, Tuan menyapaku dengan akrab, tidakk..

Senyum tipis dan 2 kali lambaian tangan aku rasa cukup.

Walaupun Tuan memaksaku untuk pergi dan berhenti.
Tuan tidak bisa mengatur,
Masih ada Tuhan yang memberi aku jalan dan kesempatan.

Tenang Tuan.
Aku tidak lagi memaksa, dan berharap.
Aku hanya butuh beberapa hari atau mungkin bulan untuk menghapus beberapa moment yang dulu sempat membuatku merasa "beruntung"
Itu saja!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sahabatku Tuan KatakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang