03. Adventure Begin

120 42 17
                                    

Punggung sang putri menghantam sebuah batang pohon. Perih hingga ia meringis dalam bekapan telapak tangan itu.

"Mpphh--." Meski tengah dibekap, ia terus berontak hingga seseorang itu mulai kewalahan melawan.

"Tenang, Putri. Aku Natalia."

Mendengar respon dari seseorang yang membekapnya, ia langsung diam. Matanya terbuka seraya menemukan mata seorang yang sangat dikenalinya. Natalia menenteng lentera di samping wajahnya untuk memastikan Silvanna melihatnya.

"Kenapa membekapku, Bi?" tanya Silvanna bersuara lantang.

Natalia buru-buru menempelkan telunjuk di depan pintu mulutnya, "Sttt, suaramu bisa terdengar oleh para prajurit." Natalia memperingatkan. Silvanna menurut dan menunggu Natalia untuk menyampaikan maksudnya. "Aku memberikan izin padamu untuk pergi ke perbatasan Monastery dan Barren Land. Asalkan, kau mendengarkan nasehatku, Putri," kata Natalia halus. Meski begitu, ada perasaan tak rela yang menyelinap di antara kata-katanya.

"Apa yang akan bibi sampaikan?"

Natalia merogoh tas karung yang melilit di pinggangnya. Dikeluarkannya sepasang baju berwarna ungu lalu diserahkan pada Silvanna saat itu juga. "Putri harus menyembunyikan identitas selama pergi dari istana. Ini demi keselamatanmu juga karena bisa jadi orang-orang akan berbuat jahat padamu," jelas Natalia terlihat merasa berat memberikan baju itu.

Silvanna menerima baju itu, ia menatapnya. "Bibi jahitkan untukku?" tanya Silvanna dengan nada lebih rendah dari sebelumnya.

Natalia mengangguk lalu mengusap sebelah bahu Silvanna. "Aku tahu, kamu melakukan semua ini atas dasar ingin menyelamatkan Land of Dawn. Makanya aku tidak bisa mencegahmu untuk pergi. Aku jahitkan baju ini khusus untukmu agar kamu bisa pergi dengan aman. Tak ada yang bisa mengenalimu setelah ini."

"Terima kasih banyak, Bi." Silvanna memeluk pengasuh kesayangannya. "Hanya kamu yang mengerti aku sejak dulu." Suara Silvanna terdengar berat seraya semakin erat memeluk wanita yang sudah mengasuhnya sejak bayi.

Meski sedang terpejam, Natalia bisa merasakan setetes air mata yang hinggap di bahunya. Ia biarkan Silvanna menangis di pelukannya untuk sesaat.

"Cepatlah kembali. Bawa semua tujuanmu. Istana dan Kerajaan membutuhkanmu." Natalia tampak tegar saat melepas pelukan itu. Ia juga menyerahkan lentera yang dipegangnya pada Silvanna. "Ambillah. Setidaknya, kamu punya sumber pencahayaan."

Silvanna mengangguk lalu mengumpulkan segenap ambisi dan keberaniannya untuk memulai perjalanan panjangnya malam ini.

***

Langkah cepat dari sepasang kaki jenjang itu terus membelah jalan setapak yang terbentang di sepanjang hutan. Ia takkan berhenti sebelum memastikan diri jauh dari jangkauan istana. Silvanna harus berhati-hati karena tiap hero dari istana pasti berpatroli, tak terkecuali malam ini.

Sudah berganti pakaian bukan berarti ia sepenuhnya aman. Ia masih berada di hutan kawasan kerajaan yang mungkin saja dilalui oleh para hero yang sedang berpatroli.

Silvanna segera berlindung ke sebuah pohon yang cukup besar setelah menyembunyikan lenteranya kala melihat sekelebat kabel bercahaya yang melayang di antara pepohonan di sana. Silvanna yakin kalau itu Fanny. sebisa mungkin, ia bertahan di tempat dan posisi yang sama sampai gadis terbang itu menjauh darinya.

Dari sisi Fanny, ia yakin kalau baru saja melihat selingkar cahaya kecil di antara pepohonan. Fanny siap mendarat di sana, namun ada sekelebat burung yang menghantam tubuhnya. Beruntung, pegangan Fanny pada kabelnya cukup kuat sehingga gadis terbang itu tak perlu merasakan sakitnya menghantam tanah. Dengan Begitu, Fanny memutuskan untuk melanjutkan patrolinya dan melupakan selingkar cahaya kecil yang barusan dilihatnya.

Bring Back the LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang