Minggu pagi, terlihat dua orang remaja SMP dengan tinggi badan diatas rata-rata berjalan beriringan. Mereka ada Haruto dan Niki, teman sepermainan yang rencanaya ingin jogging. Tapi, kali ini mereka akan menjeput teman sepermainan mereka yang lain dulu.Kini keduanya sudah berada di depan rumah bercat putih.
"Jungwooonnnnnnn!"
"Jungwon jogging, yukkkkkk!"
Teriakan Haruto dan Niki terdengar bersahutan.
"Jungwon ayo jogging."
"Jungwonnnnnnn!"
"Jungwonnya nggak ada!" terdengar sahutan dari dalam rumah Jungwon.
Mendengar itu, Haruto dan Niki saling melempar tatapan.
"Goblok emang!" umpat Haruto.
"Ishh, nggak boleh ngumpat, To!" tegur Niki.
Haruto menoleh sebentar ke arah Niki, kemudian menghendikan bahunya acuh. "Jungwon keluar nggak lo! Cepetan elah!"
"Ck, iya iya! Biasanya juga langsung masuk, ini pake segala teriak dulu!" gerutu Jungwon yang baru saja membuka pintu rumahnya.
Niat Haruto ingin masuk ke dalam rumah Jungwon terlebih dahulu. Karena biasanya, jika mereka datang maka Tante Nayeon, Bunda Jungwon akan menyajikan sepiring cookies buatannya.
"Eitttsss! Mau kemana lo?" cegah Jungwon. "Nggak ada modus-modusan minta cookies! Sekarang langsung ke rumah Wonyoung aja!" lanjut Jungwon kemudian berjalan mendahului Haruto dan Niki.
"Ck, dasar perlit!"
Niki menepuk bahu Haruto. "Udahlah, mending langsung aja ke rumah Wonyoung."
Mereka bertiga pun berjalan ke rumah Wonyoung dengan Haruto yang menekuk wajahnya.
Sekedar info, di dalam geng mereka Wonyoung adalah satu-satunya betina diantara empat orang pejantan. Err? Pejantan?
Sesampainya di depan rumah Wonyoung, Haruto sudah bersiap-siap berteriak.
"Wonn---"
"Nggak usah teriak-teriak!" potong Wonyoung yang keluar dari dalam rumahnya menggunakan celana training hitam dan juga sweater oversize senada. Belum lagi topi hitam yang bertengger manis di kepala gadis itu.
Melihat penampilan Wonyoung, membuat Jungwon berceletuk.
"Lo mau ngelayat, Young? Pake item-item gitu."
"Ck, komen aja lo kek akun lambe!" sahut Wonyoung membuat Jungwon mendelik.
"Dih, sensian lo!"
"Diem lo!"
"Ck, mending langsung ke rumah Junghwan, daripada ngebacot gitu!" celetuk Haruto.
"Bener tuh kata Uto." Setuju Niki. "Kita jemput Junghwan, abis itu joghing di taman komplek. Kalo haus enak, tinggal minta ke Junghwan. Tante Irene 'kan baik banget tuh!"
Mendengar itu Wonyoung sedikit tak setuju. "Maksud lo nyokap gue nggak baik gitu?"
"Elah, nggak gitu, Young. Kan kita mau jogging, ya mending di taman terus kalo haus ke tempat Junghwan. Kan deket tuh, yakali mau balik ke rumah lo, 'kan?"
"Oh, yaudah." Sahut Wonyoung singkat. Gadis itu berjalan mendahului Haruto, Niki, dan Jungwon, membuat ketika remaja laki-laki itu mendelik.
"Ck, dasar betina!" decak Haruto.
Haruto, Niki, dan jungwon pun mulai melangkah, mensejajarkan diri dengan Wonyoung.
"Eh, gengs. Tau nggak?"
"Nggak." Kompak Wonyoung, Haruto, dan Niki.
"Lo pada kok gitu, sih!" kesal jungwon sambil cemberut. Melihat itu, Wonyoung yang berada di dekat Jungwon langsung menggeplak kepala laki-laki itu.
"Eh, Bambank! Lo belum ngomong intinya, yak! Seenak jidat langsung nanya tau nggak ke kita!" omel Wonyoung.
Mendengar itu, Jungwon nyengir kuda. Menampilkan sepasang lesung pipinya.
"Ya mangap."
"Lo aja yang mangap!" sahut Haruto.
"Maaf elah," pasrah Jungwon. "Jadi gini, kalian tau 'kan rumah di samping rumah gue. Katanya sebentar lagi bakal ada yang nempatin."
"Ohhh," lagi-lagi Wonyoung, Haruto, dan Niki berseru kompak.
"Aelah! Nggak asik banget sih lo pada! Capek-capek gue ngjelasin, eh cuma dijawab oh doang. Sakit hati dedek, Bang." Ucap Jungwon mendrama.
"Cih, drama!"
"Terus kita harus respon gimana, Won?" tanya Niki. "Harus bilang wow sambil koprol? Atau sambil kayang, huh?!"
"Tau, ah!"
"Dih, ngambek. Kek cewek lo!" seru Wonyoung.
"Inget lo cewek ya, Young!" ingat Haruto pada Wonyoung.
"Oiya, lupa!" ucap Wonyoung menepuk jidatnya. "Ehh, betewe. Siapa ya kira-kira yang bisa beli tuh rumah? Secara harga tanah di sini 'kan mahal banget."
"Harga tanah di sini emang mahal. Bahkan lebih mahal dari harga diri lo, Young!" celetuk Jungwon.
"Lo ada masalah apa sih sama gue, hah! Ngajak ribut mulu!"
"Masih pagi udah pada erisik aja."
Ucapan seseorang membuat keempat remaja SMP tadi menoleh.
"Eh, ada Kak Vernon sama Kak Mark." Ucap Wonyoung yang tiba-tiba menjadi manis. Ketiga sahabat laki-laki Wonyoung pun merotasikan matanya.
"Dasar cabe!" seru ketiganya.
Mendengar itu membuat Wonyoung mendelik tajam ke arah mereka. Sesaat kemudian kembali menatap ke arah Vernon dan Mark.
"Oiya, Kak Vernon sama Kak Mark mau kemana, Kak?"
"Kepo banget sih cabe!"
Bukan, bukan Vernon atau pun Mark yang menyahuti Wonyoung, melainkan Haruto.
"Diem lo kembaran Naruto!"
Vernon dan Mark terkekeh geli melihat remaja SMP di hadapan mereka. Melihat itu, Wonyoung menatap penuh kagum ke arah laki-laki yang lebih tua darinya beberapa tahun itu.
"Awas ada laler masuk, Young!" seru Haruto membuyarkan fantasi Wonyoung. Sedangkan Wonyoung hanya mendelik.
"Btw, kalian mau jogging, ya?" tanya Mark.
"Iya, Kak." sahut Wonyoung. "Kalo kakak?"
"Kalo Kakak?" ulang Jungwon dan Haruto yang menirukan gaya manis Wonyoung. Membuat Wonyoung menggeplak kepala sahabatnya itu.
"Kalian ya, berantem mulu. Giliran nggak ketemu aja nyariin." Ujar Vernon. "Daripada berantem, kalian lanjutin gih joggingnya. Kita duluan, ya." Lanjut Vernon kemudian mulai beranjak bersama Mark.
Wonyoung menatap kepergian Vernon dan Mark dengan tatapan kagum. "Ganteng banget sih Bule."
"Gantengan juga gue," sahut Haruto m
Wonyoung mengangkat sebelah alisnya, menatap Haruto. "Iya gantengan lo. Kalo diliat dari puncak monas!" sarkas Wonyoung kemudian mulai melangkah.
Sedangkan Jungwon dan Niki mentertawakan Haruto.
"Sabar, To. Ntar juga takluk kok," ucap Jungwon sambil menepuk bahu Haruto.
"Semangat, bro!" ucap Niki.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata Damai
Teen FictionPermata Damai Sebuah perumahan elit namun penduduknya tak seelit perumahan itu. Sebuah perumahan dengan tingkat kewarasan penduduk yang bisa disetarakan dengan pasien rumah sakit jiwa. Sebuah perumahan yang merangkap sebagai hutan liar, karena pen...