Lima orang remaja SMP yang terdiri dari Wonyoung, Haruto, Jungwon, Niki, dan Junghwan kini sudah duduk di rerumputan taman. Mereka mengibas-ibaskan kaos yang mereka pakai. Kecuali Wonyoung yang memakai sweater. Gadis itu terlihat mengibaskan tanganya untuk meredakan rasa panas. Ya, mereka baru saja berlari santai mengelilingi komplek, dan berakhir menggelosor di taman."Wan, Wan ambil minum dong di rumah lo."
Mendengar itu oknum bernama Junghwan, atau kerap disapa Wawan itu menoleh.
"Mager, Won. Capek banget gue." Tolak Junghwan membuat Jungwon menggembungkan kedua pipinya. "Gini, deh. Mending kalian pada ngambil minum di warungnya Bang Mark. Tenang, gue yang bayar," lanjut Junghwan yang langsung membuat wajah keempat sahabatnya cerah. Terlebih Wonyoung.
"Ahh, ayoooo. Siap gue! Gue aja yang ngambil minumnya!" seru Wonyoung yang tiba-tiba langsung berdiri.
Haruto berdecak, "Ck, bilang aja lo mau modus ke Bang Mark. Dasar cabe!"
"Susu gue, dong!"
Haruto, Junghwan, Niki, dan Jungwon mendelik. Bahkan Niki sampai terbatuk. Keempat remaja laki-laki itu menatap aneh ke arah Wonyoung.
"Apa?! Apa?!" tantang Wonyoung. "Otak lo pada ngeres semua, 'kan? Dasar bocah SMP omes!"
"Lagian omongan lo ambigu, njir!" balas Jungwon.
"Bodo amat!" sengit Wonyoung. "Lo pada mau minum apa? Biar gue ambilin."
"Gue terserah."
Mendengar itu Wonyoung mengangkat sebelah alisnya. "Air comberan mau, Wan?"
"Heh! Ngadi-ngadi ya lo! Masih mending gue mau bayarin minuman kalian!"
"Canda elah, Wan." Ucap Wonyoung membujuk Junghwan. "Lo semua terserah juga aja, yak. Biar gue yang pilih, oke. Bye!" lanjut Wonyoung yang tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya, langsung berlari menuju warung Mark, alias warung milik keluarga June.
Melihat itu bahu Haruto melemas, membuat Jungwon menepuk bahu sahabatnya itu. "Sabar, To. Lo harus berjuang lebih keras."
"Bener banget, To. Sekalipun saingannya Bang Mark, Lo harus tetep berjuang!" imbuh Junghwan.
Niki hanya menatap ketiga sahabatnya. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. "Eh, To!" panggil Niki. Membuat Haruto menoleh ke arahnya.
"Lo tenang aja. Wonyoung nggak akan ketemu Bang Mark kok di warung."
"Hah?"
"Lo lupa, To? Tadi 'kan Bang Mark pergi sama Bang Vernon. Menurut gue, pasti mereka belum pada balik, sih."
"Lah? Iya, ya." Ucap Haruto yang baru menyadari itu.
"Lah? Berarti Wonyoung---"
"Hahahahaha!" tawa Jungwon. "Sia-sia dia ke warung, hahahaha."
Mereka pun mentertawakan kebodohan sahabat mereka, Wonyoung. Tak butuh waktu lama, Wonyoung datang dengan sekantong kresek hitam. Berbanding terbalik seperti saat berangkat tadi, kini wajahnya tertekuk.
"Gimana, Young? Ketemu nggak sama Kakak bule?" tanya Jungwon menggoda. Dia menaik turunkan alisnya, membuat Wonyoung mendengkus kesal.
"Ishh, nyesel gue!" kesal Wonyoung. "Sia-sia banget parah!"
Mendengar itu Jungwon, Junghwan, dan Niki tertawa lebar. Sedangkan Haruto? Remaja itu pindah posisi duduk di samping Wonyoung. Tangannya meraih sebotol minuman yang ada di dalam kresek yang dipegang Wonyoung.
"Makanya jangan jadi cabe, Young!" ucap Haruto sambil melirik ke arah Wonyoung.
Wonyoung merengut, "Ya gimana gue nggak jadi cabe coba?" tanya Wonyoung. "Orang Kak Mark aja gantengnya nggak ada obat!"
"Udahlah, To. Biarin aja, susah ngomong sama cabe selevel Wonyoung, mah." Celetuk Jungwon yang membuat Wonyoung kembali menekuk wajahnya.
"Eh, kebetulan banget ada kalian di sini!"
Celetukan seseorang, membuat kelima remaja itu menoleh ke arah suara. Terlihat Heeseung berjalan santai ke arah mereka, dengan kedua tangan dimasukan ke dalam saku Hoodienya.
"Kak Heeseung cakep juga, yak." gumam Wonyoung yang masih dapat di dengar oleh Haruto dan Niki yang ada di sampingnya.
"Eh! Apaan lo! Abang gue itu, ya! Awas aja lo macem-macem!" ancam Niki. Sedangkan Wonyoung kembali mendengkus. Tapi tak berlangsung lama, karena gadis itu segera memasang wajah manis saat Heeseung sudah berada di dekat mereka.
"Lo pada ntar ikut kumpulan, ya."
"Kumpulan?" tanya Jungwon. "Emang mau bahas soal apaan, Bang?"
Heeseung menatap laki-laki berlesung pipi itu. "Nanti juga tau, kok. Ntar gue jelasin pas kumpulan aja. Biar sekalian," jawab Heeseung. "Oiya, gue mau minta tolong sekalian, nih."
"Kak Hee mau minta tolong apa, Kak? Pasti Wonyoung bantuin, kok!" sahut Wonyoung manis, membuat Niki menendang kaki gadis itu pelan.
"Diem lo cabe!" seru Niki.
"Niki, nggak boleh gitu, Dek!" tegur Heeseung pada adiknya.
"Tuh dengerin! Nggak boleh gitu tau!" seru Wonyoung dengan senyum kemenangan. Niki hanya merotasikan matanya malas.
"Jadi gini, tolong kalian kasih tau ke anak-anak lain kalo ntar kita bakal kumpul."
"Kenapa nggak di WA aja, Bang?" tanya Haruto.
"Mager ngeWA mereka satu-satu," sahut Heeseung.
"Kalo gitu, mending bikin GC aja, Bang. Biar kek anak-anak gaul gitu punya GC anak-anak sekomplek." Usul Junghwan.
Mendengar itu Heeseung tersenyum lebar. "Ide bagus tuh, Wan! Ahh, thanks banget Wan udah ngasih ide bagus."
"Sama-sama, Bang. Pinter 'kan gue Bang?!" seru Junghwan jumawa, membuat sahabatnya berdecih sinis.
"Gitu doang bangga anjir!"
"Gelay banget sih, Wan!"
Heeseung terkekeh geli melihat remaja SMP itu saling melempar ledekan.
"Kalo gitu, gue balik duluan. Mau bikin GC dulu, lupa nggak bawa hp gue." Pamit Heeseung mulai melangkah. Namun langkahnya kembali terhenti, ia berbalik ke arah remaja SMP itu. "Oiya, Ki. Pulangnya jangan siang-siang. Ntar Ibu marah tau lo belum sarapan."
"Iya, Bang. Bentar lagi pulang, kok," sahut Niki. Heeseung mengangguk, kemudian kembali melangkah pergi.
"Bang Heeseung care banget ya, Ki. Pacar able banget," ceplos Wonyoung menatap punggung Heeseung yang mulai menjauh. Niki menatap sinis gadis itu.
"Cih, tadi aja Bang Mark. Sekarang abang gue. Pokoknya nggak ya kalo abang gue!"
"Posesif banget sih, Ki." Ucap Wonyoung cemberut.
"Bodo amat!"
"Lagian lo cabe banget sih, Young. Baru aja beberapa waktu lalu mau modus ke Bang Mark, sekarang Bang Heeseung. Dasar cabe!"
"Ya gimana lagi? Darah cabe sudah mendarah daging dalam diriku, Won!" sahut Wonyoung sambil memasang mimik wajah yang terlihat menjijikan di hadapan sahabatnya.
"Najis!" seru keempat remaja laki-laki itu kompak.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata Damai
Teen FictionPermata Damai Sebuah perumahan elit namun penduduknya tak seelit perumahan itu. Sebuah perumahan dengan tingkat kewarasan penduduk yang bisa disetarakan dengan pasien rumah sakit jiwa. Sebuah perumahan yang merangkap sebagai hutan liar, karena pen...