Part 31

169 22 4
                                    

Sudah sepuluh hari pak Andika masih di Purwokerto. Urusan kantor di handle oleh pak Sekretaris alias pak Ibra.

"Sayang..", panggil pak Andika pada istrinya pada suatu malam.

"Ya....". Jeda sejenak.

"Ada apa mas?". Tanyanya lagi.

"Mas mau  ngomong serius".

"Ini udah ngomong".

"Gimana kalau kamu resign aja dari kantor, aku nggak tega nanti kalau kamu hamil".

"Belum juga hamil, ntar aja kalau aku pas hamil akan resign".

"Beneran?". Isti menunjukkan dua jarinya pada suaminya.

"Ayo sekarang buat kamu hamil".

"Apaan sih mas". Isti memukul lengan suaminya.

"Aku ngebayangin kita mempunyai keluarga kecil, punya anak yang lucu-lucu". Kata suami Isti lagi sambil menerawang.

"Ntar kalau aku hamil, mas yang ngidam lo".

"Kok gitu".

"Biar nggak aku semua yang nanggung, mas yang enak, aku yang capek".

"Istriku kok gitu"

"Emang harus gitu", jawabnya cuek.

"Istriku kok jadi gini ya, bener ini istriku?".

"Udah ah mas, sana kalau mau ke kafe".

"Nggak jadi ke kafe aku mau nemenin kamu aja buat adik kecil, lagian udah malem". Bisiknya smirk.

"Mas nggak usah lebay deh". Pak Andika tidak memperdulikan omelan istrinya, dia mengambil laptonya menyelesaikan laporan dari kantornya yang sudah lama ditinggalkan. Dengan serius dia  berkutat sama laptopnya sampai jam 10 malam. Isti masih membereskan baju yang sudah disetrika.

"Sayang". Panggil suaminya.

"Hmmm", jawabnya cuek.

"Udah malem", belum ada respon.

"Isti...".

"Iya pak".

"Udah belom?".

"Ntar...". Pak Andika sudah menutup laptopnya. Dia menghampiri istrinya yang masih berkutat di tempat cucian.

"Udah kelar belom, mas udah ngantuk".  Isti hanya menoleh tapi tak menjawab. Pak Andika memperhatikan  apa yang dikerjakan istrinya.

"Mas gendong nih". Katanya sambil memeluk dari belakang. Tanpa minta persetujuan istrinya pak Andika langsung membopong ke kamar, Isti hanya pasrah aja dengan kelakuan suaminya itu. Sampai di kamar setelah merebahkan istrinya pak Andika tak tinggal diam.

"Katanya ngantuk, kok tanganya masih kemana-mana?", suaminya nggak menjawab, dia tambah mengeratkan pelukanya.

"Biar mas bisa cepet tidur, boleh ya?". Katanya langsung menyambar bibir istrinya. Isti tidak bisa berkutik kalau sudah seperti ini. akhirnya keduanya terkulai lemas setelah sama-sama melepaskan dahaganya. 

            💦💦💦💦💦💦💦

Keesokan harinya seperti biasa pagi-pagi habis sarapan ayah Isti sudah ke kafe, tinggal mereka berdua di rumah. Isti masih berkutat dengan pekerjaan rumahnya.

"Mas sarapan yuk, loh....mas kenapa?". Isti meliat suaminya masih meringkuk di tempat tidur. Dia menempelkan tangan dikening suaminya.

"Nggak panas kok, ayo bangun, tumben tidur lagi, biasanya paling rajin olah raga".

"Kepalaku pusing".

"Mau minum teh?". Pak Andika menggeleng.

"Perutku rada mual".

"Makanya aku bikinin teh anget biar nggak mual".

"Coba deh". Tak lama dia sudah balik lagi ke kamar dengan membawa teh hangat. Dengan telaten Isti membantu suaminya minum sambil memijit kepalanya.

"Perasaan tadi dari musholla nggak apa-apa".

"Mau Iis kerok?". Pak Andika masih menggeleng.

"Tunggu nanti ya, kalau masih pusing boleh dikerokin".

"Tak buatin bubur ya mas, biar ada makanan masuk, ntar tambah pusing lo".

"Boleh, dikit aja ya". Dengan cekatan Isti membuat bubur untuk suaminya, 15 menit dia kembali ke kamar. Dengan telaten Isti menyuapi suaminya.

"Udah sayang, ntar mual lagi".

"Tinggal 2 sendok", pak Andika sudah nggak sanggup untuk menghabiskan lagi.

"Oke sekarang istirahat ya aku masih beres-beres dulu".

"Kalau udah beres,  temenin mas ya". Isti keluar dari kamar karena di dapur belum beres. Sesekali menengok suaminya ternyata tidur dengan lelap. Tepat jam 09.00 WIB semua pekerjaan selesai. Dia melangkah ke kamar, ternyata suaminya sudah bangun.

"Gimana udah mendingan?". Suaminya masih meringkuk menahan pusing.

"Mas mual, tapi nggak bisa muntah".

"Ke dokter ya!"

"Nggak".

"Kalau nggak ke dokter nggak akan tau penyakit mas itu apa".

"Sini mas peluk kamu aja, mas kangen".

" Mas kenapa sih, kok aneh banget". Tak mengindahkan protes istrinya pak Andika menarik tubuh istrinya.

"Aku kalau peluk kamu mualku mendingan. Tubuhmu harum". Isti masih diam mencerna kata-kata suaminya.

"Sakitnya mas aneh". Pak Andika tambah mengeratkan pelukannya.

Wahhh....sakit apa nih? Bantu jawab donkkk....

Nggak papa dikit dulu ya, mau nyari endingnya nih biar cepat kelar

Fat
Pmk, 08-08-2021

Takdir Isti  "Revisi' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang