Part 29

349 27 5
                                        

Tiga hari Isti dan suaminya di Purwokerto, mereka masih betah karena pak Andika masih membenahi cafenya, seperti pagi ini setelah sarapan, ayah sudah berangkat ke cafe, suami Isti masih bebenah membantu istrinya.

"Katanya mau ke cafe?".

"Tanggung sekalian bantu nyonya Dika dulu, biar sama-sama selesai". Katanya sambil menyelesaikan nyapunya. Isti tersenyum mendengar jawaban suaminya. Dia sangat bersyukur karena dipertemukan dengan pak Andika.

"Makasih ya mas", katanya sambil memeluk suaminya dari belakang.

"Bau keringat lo sayang".

"Iis suka dengan bau keringatnya mas", katanya masih tetap memeluk suaminya.

"Yang di bawah tegang lo dek kalu di peluk terus kayak gini".

"Apaan sih mas".

"Nggak percaya?". Akhirnya pak Andika berbalik menghadap istrinya.

"Gimana nih?, siapa yang mau tanggung jawab?". Katanya sambil membawa tangan Isti memegang junior miliknya.

"Iihhh, mas gitu".

"Siapa suruh peluk-peluk?, jadinya kayak gini. Bisiknya di telinga istrinya sambil mencium hidung istrinya. Mereka masih berpelukan.

"Udah kelar belom kerjaan kamu?". Bisiknya lagi

"Sampun bos". Jawab istrinya juga berbisik. Pak Andika langsung membopong istrinya masuk kamar.

" Mas...hmmmmf". Pak Andika nggak memberikan kesempatan ngomong sama istrinya, ia menurunkannya di ranjang.

"Siapa suruh bangunin adek mas hmm". Bisiknya masih di telinga istrinya. Akhirnya Isti pasrah di bawah kungkungan suaminya sampai ke titik darah penghabisan. Mereka masih berpelukan di bawah selimut tanpa batas.

"Mas mau selesaikan dulu nyapunya ya". Istrinya masih memeluk suaminya.

"Kalau dipeluk gini terus entar bangun lagi lo". Isti langsung melepaskan pelukannya, suaminya tertawa ngakak.

"Lanjut di kamar mandi ya, tunggu mas". Katanya sambil mencium pucuk kepala istrinya.

"Eh...masih belum puas?".

"Biar sama-sama puas", iiihhh sana cepat selesein nyapunya. Suaminya bangkit sambil tersenyum memasang celananya.

Selesai nyapu dia masuk kamar lagi, istrinya ternyata tertidur lelap. Dia mendekatinya sambil membelai wajah mungilnya. Merasa ada yang mengusik, dia bangun.

"Nyenyak banget tidurnya, mandi yuk, mas mau ke cafe, atau kita lanjut di sini dulu aja lagi".

"Jam berapa?". Tanya Isti.

"Masih jam setengah lapan".

"Lagi ya sayang?". Rengeknya. Tak menunggu jawaban istrinya pak Andika sudah memeluk istrinya dan membawanya lagi terbang di awang-awang untuk yang ketiga kalinya.

"Mandi duluan apa bareng?". Katanya selesai mereka menuntaskan untuk yang ketiga kalinya sambil masih memeluk istrinya.

"Mas jangan macem-macem deh, nggak kasian apa, udah berapa ronde".

"Oke, makasih ya, kalau kamu di dekat mas, tegang terus". Katanya sambil mengecup bibirnya.

"Udah sana ntar kesiangan kasian ayah". Pak Andika akhirnya bangkit menuju kamar mandi.

"Ikut ke cafe nggak?", tanya suaminya setelah berpakaian.

"Aku capek mau istirahat dirumah aja". Pak Andika tersenyum mendengar jawaban istrinya.

"Istirahat aja ya, biar nanti ada tenaga". Katanya sambil tersenyum jahil.

"Mas apaan sih, sana berangkat", usirnya.

"Oke mas berangkat ya", katanya sambil mengecup bibir istrinya singkat.

"Makasih ya, ", bisiknya lagi.

Setelah suaminya berangkat, Isti nenuju ke dapur untuk masak makan siang. Tepat jam 11.30 siang selesai semua acara masak di dapur, selesai mandi, dan tidak lupa dengan mandi wajibnya, Isti menuju teras samping mau ngangkat jemuran ketika ada suara orang memanggil salam.

"Waalaikum salam..., eh...mas Iwan, maaf ada yang bisa aku bantu mas?". Isti masih bergeming di ambang pintu rumahnya.

"Boleh aku masuk?".

"Maaf mas, di rumah nggak ada orang". Iwan melengos kecewa. Wajahnya kucel, penampilannya berantakan.

"Aku minta maaf", kata Iwan masih berdiri di teras.

"Minta maaf untuk apa?".

"Bisa kita balikan lagi seperti dulu?". Katanya langsung pada intinya.

"Maaf mas.....". belum selesai ngomong, ayah Isti masuk sambil memanggil salam. Isti menjawab salam bapaknya.

"Eh...ada tamu, maaf nggak ada orang ya, ayo masuk". Ayah Isti mempersilahkan tamunya masuk. Setelah Isti dan ayahnya masuk rumah Isti memeluk ayahnya.

"Udah lama Iwan itu nduk?".

"Belum ayah, Iis takut, untung ayah pulang".

"Udah sana, buatin minum biar ayah yang menemani".

"Ayah yang bawa ya, tunggu bentar". Ayahnya tidak menjawab tapi menunggu hingga minuman siap di bawa.

"Maaf lama nunggunya, silahkan di minum".

"Makasih ayah". Iwan menyesap minumanya.

"Ada perlu apa kamu kesini?". Iwan tidak langsung menjawab.

"Ada yang bisa ayah bantu?". Tanpa diduga Iwan memeluk kaki ayah Isti.

"Maafkan saya ayah, ijinkan saya kembali pada Iis", katanya sambil memeluk lutut ayah Isti. Ayah Isti masih bingung mau menjawab apa, tiba-tiba suami Isti muncul sambil memanggil salam.

"Assalamualaikum, eh...ada tamu", katanya sambil menjabat tangan mertuanya.

"Iya nak, nak Iwan kenalkan ini suaminya Iis. Iwan langsung jatuh pingsang mendengar Isti sudah menikah di bawah kaki ayah Isti.

"Loh..loh, nak Dika tolongin ayah, pak Andi yang mau buka pintu kamar istrinya balik lagi ke ruang tamu.

"Kita bawa ke rumah sakit aja ayah", kata pak andika sambil menggotong tubuh Iwan yang lumayan berat.

Maaf lama up, lagi kurang fit. Met membaca ya, moga suka. Jangan lupa vote dan komennya serta kritik dan saran tetap saya tunggu 🙏🙏🙏

Fat

Pmks, 27-12-20

Takdir Isti  "Revisi' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang