M10. Two Years Later

510 27 3
                                    

Mobil silverku membelah jalanan berbatu yang kini ada di depanku. Membawa kenangan, sungguh. Sudah berapa tahun ya aku tidak ke tempat ini? Dua? Tiga? Atau bahkan lima tahun? Uh, entahlah. Menikah dengan Romi memang mengharuskanku tinggal jauh dari desa menyenangkan ini. Desa ini, desa tempatku tinggal hingga aku lulus kuliah dan pergi bekerja dan menikah ke kota besar.

Walaupun sudah bertahun-tahun, desa ini tidak banyak berubah. Sebentar lagi aku akan melihat rumahku. Senangnya~

Itu dia! Rumah tanpa pagar dengan halaman yang sangat luas berhasil kulihat setelah mengendarai mobil kecil ini di jalan yang berbatu selama lebih dari 15 menit. Aku menghentikan mobilku di halaman rumah hijau terang itu. Aku menghirup udara sebentar, lalu keluar dari mobil kecilku.

Otot-ototku sudah menegang. Saatnya peregangan.

"Teh Melody!" Suara gadis yang lebih muda dariku terdengar memanggilku dan dia membuyarkan kegiatan pereganganku ketika tangan-tangan kurusnya memeluk tubuhku erat.

"Halo, Pris," kataku sambil balas memeluknya.

"Teh, kemana aja? Masa Frieska ditinggal dsini sendirian sih. Teteh jarang pulang, juga," celoteh gadis berambut kecoklatan itu setelah melepas pelukannya.

"Hehe, ini aku pulang, kan?" Jawabku sambil tersenyum lembut mematap manik hitam adik kesayanganku itu. Dia balas tersenyum. Senyuman manis lebar yang terbentuk di atas dagu lancipnya dan bisa membuat mata bulatnya menyipit membentuk dua buah lengkungan manis.

Kami berdua lalu berjalan masuk ke rumah lawas itu.

***

"Ini kak Ren!" Kata Frieska bersemangat ketika jari-jari kecilnya menunjuk sebuah foto yang tertempel manis di album milik Melody.

Di sana terpampang dua wajah. Wajah yang cantik dengan rambut kecoklatan tergerai lurus tanpa poni dan sebuah wajah lain. Wajah seorang lelaki setengah arab bermata kecoklatan, dengan alis tegas dan hitam serta rambut acak-acakan yang terlihat menawan. Dua wajah mengenakan seragam SMU. Kemeja putih dan dasi berwarna abu-abu terlihat menutup kedua tubuh disana.

"Jadi inget jaman dulu, ya," kata Melody. Pandangannya menjadi nanar, menerawang, memutar kembali serangkaian gambar kenangan yang ada di otaknya.

Di dalam lubuk hatinya, bekas seorang lelaki yang dulu pernah menghuninya kembali terkuak ke permukaan. Lelaki yang dulunya akan menjadi pendamping Melody, jika saja Melody tidak memilih orang yang tiba-tiba datang dan melamarnya. Yang membuatnya meninggalkan desanya tercinta.

***

Gadis berambut panjang itu mendorong pintu kayu tua yang agak susah dibuka. Rumah di depannya sudah lama ditinggal tak berpenghuni. Rumah tua dengan gaya eropa. Catnya putih dan mulai mengelupas. Banyak lumut dan tanaman liar merambati dinding luar rumah kuno itu. Pintu yang baru saja didorong gadis itu adalah pohon kayu jati besar dengan ukiran-ukiran di permukaannya.

Gadis itu melangkah dengan takut. Ia mengenakan kemeja putih dan celana jins. Suara sepatu hitam yang berbenturan dengan lantai keramik putih itu menggema ke seluruh pelosok tempat tersembunyi ini. Ini bukan kali pertama si gadis mengunjungi tempat aneh ini.

Besok kita ketemu di rumah kosong belakang bukit, ya. Aku tunggu.

Sebaris pesan yang kembali melintas di kepala si gadis. Pesan itu mendadak datang saat si gadis sedang bernostalgia bersama adiknya.

Gadis itu--Melody--lalu mencari tempat yang bisa diduduki. Tak peduli setebal apa debunya, ia tetap duduk. Ia membuka kembali smartphone-nya. Dibukanya sebuah aplikasi perpesanan. Jendela aplikasi yang menunjukkan adanya sebuah nama yang terpampang kemudian dibukanya.

Pajama DriveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang