22 - You Did a Mistake [180621]

2.6K 309 350
                                    

Naka berjalan dengan cemas di sepanjang lorong rumah sakit menuju ruang kerja ayahnya. Setelah kemarin-kemarin sibuk mengurus kepindahannya ke rumah Saka sekaligus berpamitan dengan anak-anak panti, baru sekarang dia punya waktu untuk menjenguk Arka. Naka mengetahui dimana temannya itu dirawat setelah mendapat informasi dari salah satu perawat disana, namun dia justru dibuat begitu kaget saat tak mendapati seorang pun di ruangan itu. Dalam benaknya bertanya-tanya, apakah Arka sudah pulang?

Sebab tak mendapati ide apapun lagi untuk mencari Arka, Naka akhirnya pergi keruang kerja sang ayah. Dia mengetuk pelan pintu ruang kerja ayahnya, lantas begitu mendapat balasan untuk masuk Naka langsung memunculkan diri dari balik pintu. Saka yang kala itu sibuk menganalisis data pasien dibuat cukup terkejut mendapati keberadaan putranya karena dia tak menyangka kalau Naka akan datang kemari. Seingat Saka, Naka kemarin bilang bahwa dia ingin pergi menemui temannya hari ini.

"Kamu kok kesini, sayang? Katanya mau main sama teman?" Ucap Saka sambil berjalan mendekati sang putra. Saka belum tau saja kalau sebenarnya teman yang ingin dia temui itu ada disini, sebab Naka memang belum mengatakan apapun soal hubungannya dengan Arka pada sang ayah.

Tapi mengabaikan pertanyaan Saka barusan, Naka malah berusaha mencari jawaban dari pertanyaan yang sejak tadi muncul di kepalanya.
"Papa, apa Arka udah pulang? Dia ngga ada di ruang rawatnya."

Kedua alis Saka tertaut bingung. Bagaimana anaknya ini bisa mengenal Arka?
"Kamu kenal dia, nak?"

Nak langsung mengangguk cepat dengan penuh semangat.
"Dia teman Naka."

Napas Saka tercekat sesaat setelahnya. Melihat bagaimana Naka tersenyum begitu lebar saat nama Arka disebut membuat dia berpikir bahwa hubungan Arka dengan sang putra mungkin memang sedekat itu. Akhirnya kini Saka tahu kenapa wajah Naka bisa terlihat sangat kalut ketika berada di depan ruang emergency kala itu, ternyata Arka lah jawabannya. Namun mendadak Saka teringat kembali bahwa pasiennya yang satu itu hilang kabar sejak kemarin, membuat Saka tak sampai hati untuk memberitahunya pada Naka. Dia tidak tega menghilangkan senyum di wajah manis putranya itu.

Lamunan Saka buyar ketika Naka menarik lengannya pelan. Binar mata kecoklatan milik sang putra mendarat tepat di kedua irisnya.

"Jadi, papa tau Arka dimana?" Tanya Naka lagi.

Saka tidak bisa. Dia tidak bisa membohongi Naka seperti ini. Lantas menghela napas panjang, dokter setengah baya itu sedikit membungkuk agar wajahnya bisa berhadapan langsung dengan raut bingung milik Naka. Kedua tangannya bertengger di lengan putranya, bibirnya tersenyum namun ekspresinya begitu sendu.
"Arka lagi ngga disini, sayang."

"Terus Arka dimana? Apa dia udah dirumah? Papa, Naka boleh, ya, main kerumah Arka?"

Saka masih berusaha menahan diri ketika setetes air mata hampir jatuh dari pelupuknya. Sungguh, saat ini dia bisa merasakan seberapa besarnya afeksi pertemanan diantara keduanya. Saka tidak ingin Naka merasa sedih, tapi mengatakan kebohongan juga bukanlah hal yang baik. Lantas karena dia rasa kejujuran adalah opsi yang paling tepat, Saka akhirnya kembali berucap, "iya, nanti papa antar kamu kerumah Arka. Nanti, ya? Setelah dia pulang."

Senyuman di wajah Naka langsung luntur begitu Saka berkata demikian. Tangannya kembali terangkat membuat rangkaian gerakan meski kali ini lengannya terasa memberat.
"Arka kemana, pa?"

"Arka hilang, nak. Dia dibawa orang, dan keluarganya lagi berusaha nyari sekarang." Jawab Saka dengan hati-hati, meski dia tahu hal itu tidak akan berguna juga untuk menenangkan hati sang putra.

Dan didetik itu juga, Naka merasakan dunianya seakan ikut menghilang. Bukan, bukan seperti ini kabar yang dia inginkan.

◾▫️◾▫️◾

[✔] AMARIS || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang