13 - Night Changes [020321]

3.1K 359 251
                                    

Hadirnya malam selalu pasti kala sinar sang mentari tak lagi nampak dalam radar cakrawala. Malam dengan sejuta misteri dibalik pekatnya latar hitam, kerap kali menghantarkan suguhan menawan yang membuat orang semakin terbuai lebih dalam. Malam temaram itu, yang akhirnya menjadi atmosfer sempurna bagi keluarnya untuk berbagi tawa dengan calon anggota baru mereka.

Terkecuali sosok pemuda dengan tatapan sayu nya, Arka yang hanya bisa memaksakan senyuman. Ada mendung pekat mengisi relung jiwa, yang seakan membuatnya mati rasa. Bahkan genggaman tangan sang calon ibunda pun belum mampu membuat hangat dirinya yang hampir membeku lantaran gundah hati yang terus membayang.

"Karena rencananya ayah cuma mau ngundang kerabat dekat sama orang-orang dari perusahaan aja, kita bisa ngadain akad besok lusa, sekalian resepsi. Ayah udah sewa gedung, dekor, dan lain-lain. Semua udah beres" jelas Aditya disela perbincangan mereka yang tengah antusias menyambut acara pernikahan untuknya dan sang calon istri.

"Terus buat warga sekitar sini gimana, yah? Ngga diundang juga?" tanya Nanda, karena rasanya tak sopan jika tetangga mereka sendiri tidak diikutsertakan dalam acara itu.

"Mereka ikut acara dirumah. Satu hari setelah resepsi, ayah udan plan mau adain syukuran disini. Ya seenggaknya mereka tau lah keberadaan mama Ajeng yang udah jadi bagian dari kita. Paling nanti yang ikut acara di gedung ya pak RT, pak RW, sama ustadz Hamdzah" balas Adit dan Nanda mengangguk paham.

Sementara itu, perbicangan mereka harus terjeda sejenak karena sentakan dari Arya yang tiba-tiba.

"Arka! Sini, deh! Bisa nyungsep lo lama-lama kalo gue biarin" Arya berseru demikian sebab beberapa kali dia melihat Arka mengerjapkan matanya yang sepertinya berat sekali. Terakhir tadi anak itu hampir saja terjungkal jika ia tidak cepat menariknya untuk bersandar di bahunya. Mengabaikan game di ponsel yang dia mainkan sejak tadi, Arya memilih untuk merengkuh tubuh sang kembaran. Arya sejak tadi bermain game karena merasa tua jika harus ikut nimbrung dalam pembicaraan mereka. Perlakuannya barusan berhasil mendapatkan atensi dari yang lain.

"Mas, kayanya sampe sini aja. Udah malem juga. Kasian anak-anak kayanya kecapean. Mereka juga belum istirahat dari tadi" genggaman tangan Ajeng semakin menghangat, tetapi atensinya kini teralih pada Adit.

Adit menghela napas panjang. Tidak tega juga melihat kedua mata Arka yang hanya tinggal beberapa watt dan Arya yang kedapatan beberapa kali menguap, apalagi wajah anak itu masih sedikit pucat.

"Yaudah, ayo mas antar pulang" Adit mulai bangkit, diikuti oleh Ajeng yang sebelumnya menyempatkan diri untuk mengelus pucuk rambut si kembar dan juga si sulung.

"Mama pulang dulu, ya" pamitnya dan dibalas anggukan dari ketiganya.

"Kalian habis ini juga langsung tidur" tambah Adit dan lagi-lagi disanggupi oleh ketiganya.

Usai Adit dan Ajeng tak nampak lagi di penglihatan mereka, Arya langsung menarik tangan si saudara kembar untuk bangkit dan dia ajak naik ke kamar. Tak dapat dipungkiri juga, Arya sudah mengantuk.

"Naik yuk"

"Be-bentar. Gue mau ke kamar mandi dulu. Mules" lantas tanpa perlu persetujuan lagi dari dua saudaranya yang menatapnya dengan pandangan berbeda, Arka langsung bergegas setengah berlari kearah kamar mandi yang terletak di dekat dapur. Sungguh, rasa mual yang sekuat tenaga dia tahan sejak tadi sudah tak sanggup lagi untuk dia kendalikan.

Sementara masih ditempatnya berdiri, Nanda menatap punggung si tengah dengan penuh telisik. Jelas dirinya khawatir, tapi Arka bahkan tidak ingin jujur padanya walau sejak tadi dia bertanya. Lantas karena tidak ingin melihat Arya memiliki khawatir yang sama, Nanda berusaha mengalihkannya.
"Lo naik dulu sana. Si Arka kalo boker suka lama"

[✔] AMARIS || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang