3 - I'm Perfect With You [301220]

3.4K 420 132
                                    

Kalau boleh dibilang, kamar Arka dan Arya adalah kamar paling luas diantara yang lain sebab tempat itu dihuni oleh dua kepala. Juga paling rapi karena Arka akan selalu membersihkan tempat itu meski sekacau apapun barang-barang bertebaran karena ulah adiknya. Bukan Arka tak pernah memperingati saudaranya, tapi dasarnya Arya itu memang sudah bebal sejak dahulu kala, jadi Arka lelah sendiri untuk memberitahu. Kadang mereka juga suka beres-beres bersama, itupun harus diselingi beribu alasan yang keluar dari mulut si pemilik rambut panjang.

Kamar bernuansa cokelat kayu dengan satu lampu gantung besar semi modern bergaya Eropa di tengah ruangan serta dua buah kasur ukuran king size bersprai abu-abu untuk masing-masing dari mereka itu di sesuaikan dengan keinginan si pemilik kamar. Ah, sebenarnya Arya yang menginginkan konsep seperti ini, dan Arka terima-terima saja, toh apapun hasilnya dia akan tetap nyaman untuk tinggal dirumah sendiri. Cahaya terang dipadu dengan sinar keemasan dari lampu dinding yang berada di setiap sudut ruang serta satu yang berbentuk memanjang diatas kasur mereka sangat nyaman kala dipergunakan untuk belajar seperti malam ini.

Ditengah acara membuat power point untuk presentasinya, Arya tiba-tiba duduk disebelah kasur Arka dengan raut memelas, tak lupa sebuah buku tebal yang jujur saja ingin ia musnahkan sejak dahulu kala dari bumi. Arka melirik adiknya sejenak, namun dia kembali melanjutkan aktivitasnya di laptop. Tugas itu harus selesai besok.

"Abang..." Arka menghela napasnya panjang. Jika Arya sudah memanggil dirinya begitu apalagi dengan gaya seperti anak kucing kelaparan, sudah bisa ditebak bahwa anak itu ada maunya. Tapi kali ini Arka membiarkannya, dia ingin melihat Arya merengek dulu. Sungguh, wajahnya sangat lucu dengan bibir mengerucut seperti itu. Itung-itung sebagai hiburan ditengah kesibukannya malam ini.

"Abang ih..." baiklah, Arka menyerah. Dia meletakkan laptopnya sejenak lalu memgambil alih buku matematika wajib yang Arya pegang. Tanpa Arya beritahu pun Arka sudah mengerti bahwa sang adik dan rumus apapun itu tidak akan pernah bisa akur.

"Siniin" dia mulai membolak-balik halaman buku itu. Meski hampir setahun dipakai, namun buku itu masih bersih seperti baru. Jangankan dibuka, dipegang saja Arya sudah alergi duluan.
"Halaman berapa?" tanya Arka.

"213. Yang A nomor 1 sampe 10. Terus yang B, sumpah, abang, gue ngga paham sama soal cerita" sekali lagi Arka menghela napasnya panjang. Ini sih sama saja dia yang mengerjakan seluruh soalnya. Kalau dikerjakan sendiri, paling tidak sampai 20 menit Arka bisa selesai, tapi dia tidak mungkin mengajarkan Arya untuk malas dengan begitu saja memberikan jawaban. Masalahnya, Arya itu sebenarnya banyak tanya kalau sedang diajari. Tapi bagaimanapun juga, dia harus sabar agar adiknya itu bisa benar-benar paham.

"Gue ajarin langkah-langkahnya, sisanya lo yang lanjutin"

Pekikan senang langsung keluar dari mulut Arya. Dia langsung mengambil alat tulis dan merapatkan diri pada Arka.
"Aduuhh... Abangku yang satu ini baik banget dehh"

Satu lagi, Arka tidak akan melewatkan waktu untuk melihat senyuman Arya. Yah.., meskipun sepertinya dia harus rela bergadang untuk menyelesaikan PowerPoint nya setelah ini.

◾▫◾▫◾

Usai bergelut dengan tugas matematikanya, Arya tentu tahu diri untuk menemani Arka membuat power point. Sesekali dia membacakan tulisan yang ada di buku untuk Arka simpulkan dan dia ketik kembali di laptop. Kegiatan keduanya baru selesai sekitar pukul 11 malam, dan cacing di perut Arya sudah merengek heboh minta makan. Arka menawarkan diri untuk mengambil makanan, kebetulan dia juga sedang lapar.

Arka akhirnya turun kebawah mencari sandwich buah berlapis whipped cream yang Nanda belikan untuknya dan Arya sepulang dari rumah sakit tadi, tapi mereka belum sempat memakannya. Lumayan juga untuk menjinakkan cacing di perut adiknya. Tangannya membuka kulkas yang ada di dapur demi menemukan hal yang ia cari. Dan benar, ada dua bungkus sandwich disana. Mungkin Nanda yang menaruhnya karena tahu roti itu belum akan dimakan. Arka lantas mengambilnya kemudian hendak kembali ke kamar karena ia yakin Arya sudah kelaparan. Tetapi saat berbalik, dia terjengit kaget karena kehadiran sosok Adit disana. Adit pulang larut, dan tadi tidak ada makan malam. Baik Nanda, Arya, dan Arka itu sama-sama malas kalau makan tapi anggotanya tidak lengkap.

[✔] AMARIS || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang