4. Serangan Pertama

68 8 0
                                    

Haidar selalu percaya apapun yang dikatakan ayahnya. Dulu, dia percaya jika dia bisa berotot hanya dengan makan pasir-yang berakhir dengan Haidar masuk IGD. Haidar juga percaya waktu Yahya bilang jika dia terus tidur bersama orang tuanya, Haidar akan terus pendek dan sulit berkembang. Padahal, itu hanya akal-akalan Yahya saja agar dia saja agar bisa bebas tidur berdua dengan Ica.

Seluruh kepercayaan Haidar pada ayahnya membuat Haidar menetapkan niat hari ini. Ayah bilang, masa pendekatan itu maksimal satu bulan saja. Minggu pertama untuk saling sapa; minggu kedua harus lebih intens dengan terus mengajak bertemu; minggu ketiga terus memberi perhatian dan barang layaknya berpacaran meski belum ada status; dan boom! Cewek yang ia incar akan meminta kepastian pada minggu terakhir. Jika itu terjadi, Haidar tinggal bergerak kecil untuk menetapkan status mereka.

"Bi, dia lagi ngapain sekarang?"

Abian menatap ponselnya malas. Dia tadi heran kenapa Haidar meneleponnya siang-siang begini. Ternyata menanyakan Jina.

"Nggak ngapa-ngapain. Semua guru kan lagi rapat sekarang, jadi ya satu kelas istirahat doang."

"Ya istirahat ngapain? Dia ke kantin? Apa lagi main hp? Apa gimana?"

Abian melirik ke Jina. Cewek itu duduk di mejanya dengan beberapa orang berkumpul.

"Mau pesan makan, nggak? Gojek gitu," tawar Kayla.

Jina menaruh botol minumnya dan mengangguk antusias.

"Mau! Pesan ayam penyet, ya? Sekalian biar bisa pesan boba."

"Oke." Kayla membuka ponselnya. "Kalian mau juga, nggak?" Kayla melirik ke dua orang lainnya.

"Gue mau paha atas penyet sama es teh aja, deh."

"Tiara paha atas sama es teh. Lo, Ris?"

Riska terdiam sejenak. Dia mengeluarkan uang dari kantong roknya. Setelah memastikan bahwa uangnya masih cukup untuk membayar angkot nanti, Riska langsung melihat ke Kayla senang.

"Gue paha bawah sama es teh. Tambah sambal kosek satu, ya."

"Oke. Gue mau paha atas juga kayak Tiara. Lo jadinya mau pesan apa, Na?"

"Paha atas penyet satu, red velvet boba satu, taro boba satu."

"Itu meja lo masih penuh, Na."

Riska menunjuk tiga botol air mineral di meja Jina. Sebenarnya, di atas meja itu ada tujuh jika milik Kayla ikut dihitung. Kayla memang sedang menjalani diet air putih. Katanya, banyak minum air putih bisa membantu menurunkan berat badan. Jina yang kebetulan haus jadi sering ikut program Kayla itu. Siapa tahu berat badannya ikut turun.

"Udah, deh, pokoknya gue pesan dua. Buat Jina, no boba no life."

"Udah gue pesan, nih. Paling mentok setengah jam lagi sampai."

Jina tersenyum senang. Dia tak sabar meminum minuman favoritnya itu. Kalau saja di kantin belakang ada, pasti tiap jam istirahat Jina akan datang ke sana.

"Sini uangnya, nanti biar gue sama Kayla yang ambil makanannya di gerbang."

Abian dari kejauhan mengedipkan mata. Sepertinya ini adalah informasi yang diinginkan Haidar.

Haidar M
Jina pesen makan lewt gojek. Setengah jam lagi ambil di gerbang.

Tak sampai semenit, balasan dari Haidar telah masuk ke ponsel Abian.

Haidar M
Makasih Abian sayang 😼 informasi yang sangat berguna. Sip

Abian membaca balasan dari Haidar hanya bisa menggelengkan kepala.

Sweetest Day With JinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang