O6. Wound

1K 252 44
                                    

BAB I
Bagian Ke-enam, SNOW.

.
.
..
...
..
.
.

####

⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Sudah terhitung 3 gelas cangkir kopi yang dikonsumsi oleh Jisoo, dirinya merasa cemas dan khawatir? Entahlah, sejujurnya ia tidak mengerti apa yang sedang dirasakan olehnya.

Kejadian tadi pagi benar-benar menyita pikirannya, Pria itu terlihat sangat kasar pada Chaeyoung. Beruntung ada seorang Wanita yang ikut mengunjungi kediaman Chaeyoung, mungkin temannya? Jisoo tidak perduli.

Melihat bagaimana Pria itu pergi tergesa-gesa meninggalkan Chaeyoung sudah cukup membuatnya sedikit tenang. Setidaknya, Chaeyoung baik-baik saja, 'kan? Jisoo sangat ber-terimakasih pada siapapun Wanita itu yang melindungi Chaeyoung.

Si penulis kini tengah menatap tepat pada rumah tetangganya yang berada di seberang rumahnya sendiri. Jujur saja, ia ingin melihat Chaeyoung sekarang, untuk memastikan bahwa Wanita itu baik-baik saja.

Namun, satu masalah yang sedang ia pikirkan. Bagaimana caranya ia kembali ke sana? Tentunya Jisoo butuh sebuah alasan agar bisa mengunjunginya.

Seakan teringat sesuatu, Jisoo menjentikkan jarinya sebelum beranjak dari posisi ternyamannya untuk menggapai mantel dan juga beanie miliknya. Jisoo masih memiliki satu perkerjaan yang harus dilakukannya, 'kan?

Memperbaiki logam besi yang melukai pergelangan Chaeyoung.

Ya, Jisoo akan mengunjungi rumah Chaeyoung dengan alasan itu.

Jisoo melirik kabinet yang menyimpan banyak perkakas untuk memperbaiki beberapa furniture di sudut ruang tengahnya. Apa ia harus membawanya? Di rumah Chaeyoung tentu ada peralatan yang ia butuhkan di sana. Tapi, membawanya sendiri lebih terlihat apa tujuannya untuk ke rumah tetangganya itu, 'kan?

Si penulis mengangguk menyutujui usulnya sendiri, ia mendekati kabinet tersebut dan mengambil beberapa peralatan yang akan ia butuhkan nantinya.

"Sepertinya hanya butuh obeng" Jisoo menggenggam satu benda berukuran panjang nan pipih yang disebut dengan obeng.

Jisoo mengusap dagunya dengan tatapan yang sedikit mengarah ke atas, kembali mengingat bagaimana keadaan logam runcing tersebut. Benar ia hanya perlu melepas sekrup yang melekat di logam tersebut.

Wanita bersurai hitam itu mengendikkan bahunya sebelum kembali menutup kabinet tersebut dengan satu obeng berada di saku mantelnya. Membawa langkah kakinya menuju pintu utama rumahnya dan terus melangkah keluar.

Ia menggenggam erat obeng yang berada di dalam sakunya, Jisoo merasa gugup saat dirinya sudah berdiri tegap di hadapan pintu berwarna coklat maple milik tetangganya.

Tok! Tok! Tok!

Tentu setelah mengumpulkan keberanian, Jisoo berhasil mengetuk pintu tersebut dengan lancar. Hanya butuh beberapa detik untuk Jisoo menunggu dibukakan pintu.

Hal pertama yang Jisoo dapati tentunya adalah Chaeyoung, namun kini ada yang berbeda dari penampilan Chaeyoung.

Wanita blonde yang lebih tinggi darinya itu terlihat menundukkan kepalanya. Menatap ke arah sepatu yang Jisoo kenakan, berusaha menutupi luka yang berada di wajahnya.

Sial, Jisoo menyesal telah meninggalkan Chaeyoung pagi hari tadi.

Wanita yang lebih tua menatap datar wajah yang penuh dengan luka lebam dan goresan di hadapannya. Ini bukan seperti luka goresan seperti biasanya, ini lebih terlihat seperti,

SNOW | CHAESOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang