Tutur Logika

6. Datang dan Pergi

Note : Sedikit ku ingatkan ini bukanlah lanjutan dari bab sebelumnya melainkan kisah baru yang berbeda.

Belum lama ada seseorang datang, ia menyapa dengan kehangatan yang menurutku tidak seperti biasanya namun aku membalasnya dengan dingin karena tersirat dalam angan bahwa ia tidak mungkin bersikap itu hanya padaku saja. Beberapa hari berlalu nampaknya ia semakin berhasil menghangatkan sang dingin, aku terpancing hangat dan akhirnya kami sama - sama membuat diri kami nyaman dalam zona ini, seperti biasanya kami menyapa via gawai masing - masing, sedikit jujur mengenai rindu, dan halu untuk segera bertemu.

Waktu yang mengalir bersama hal itu membawa diri membangun harapan yang tertuju padanya, bukan mauku tapi itu terjadi begitu saja. Aku menyapa dia lebih hangat dari biasanya, karena dirasa kami sudah sangat dekat dan kami menyukai itu. Sayangnya itu tak berlangsung lama sampai ia mengatakan ada sesuatu yang mengganggu benaknya saat itu, ia tidak bercerita namun hanya meyakinkan bahwa suatu saat ia akan memberi tau isi dilemanya itu. Kemudian kini tidak ada lagi sapa yang tersisa, hanya ada harapan yang tidak sedikitpun terwujud. Ia menghilang.

Tak apa, kami bukan siapa - siapa.
Hari - hari aku jalani tanpa ada seorang yang aku biasa sebut "moodbooster" terkesan lebay tapi memang realitanya begitu, sampai suatu malam tiba - tiba aku bersedih teringat seseorang namun kini orang yang berbeda orang ini lebih lama pernah hadir dalam mengisi hari - hari, dan ternyata usaha melupakanku belum selancar itu. Aneh, aku tidak mau memikirkan orang itu namun kini dengan mudahnya terputar dalam memori, aku pikir sepertinya ada hal yang belum selesai yang harus segera dituntaskan, dan dari beberapa saran yang kuterima dari para sahabat aku mengambil jalan untuk coba berbicara pada orang itu, aku merasa sangat sakit karena luka darinya masih membekas sampai saat ini namun hebatnya aku yang kini akan meminta maaf buat orang itu, tak apa.

Nihil, responnya diluar ekspektasi