"Makan apa?" Rama bertanya padaku setelah kami duduk di salah satu restoran yang ada di mall ini.
Ini kira-kira siapa yang bayar, ya? Aku bahkan males makan di tempat kayak gini walaupun sendiri. Mendingan beli nasi bungkus juga nggak nyampe 20 ribu udah kenyang, udah plus minum juga. Ni berondong ngapain ngajak makan di sini?
"Apa aja deh, yang murah," sahutku.
Dia diam aja ngeliatin aku.
"Pesan," katanya kemudian.
Pesan apaan? Ini kayanya mahal semua?
"Kita pindah aja, yuk. Cari tempat lain yang lebih enak..." ajakku.
Mendingan pulang dari pada nyelup dompet dalem-dalem. Bodo ah dikata pelit.
Kudengar dia mendesah pelan, sebelum kemudian tangannya mengeluarkan dompet dari dalam saku celananya. Diletakkannya dompet itu di atas meja.
Maksudnya apa, ya? Dia yang traktir, ya? Karena dia yang ngajak? Eh, bener juga, tuh! Berarti dia nggak niat morotin aku? Terus apa maunya?
"Kamu yang bayar?" tanyaku.
Dia diam lagi, masih aja mandangin aku.
Diam berarti iya aja.
"Kamu makan apa?" tanyaku, setelah beberapa menit membaca menu.
"Apa aja," katanya.
Serius nih apa aja? Dikasi cicak goreng mau juga?
Setelah memutuskan mau pesen apa, kupanggil juga pelayan yang dari tadi mondar-mandir, kayanya curi-curi pandang juga ke Rama. Dan setelah kuperhatikan, pemuda aneh ini emang yang paling kelihatan bikin silau di sini. Kulit bersih cerah, wajah tampan, walau tertutup kacamata hitam dan topi, postur dan fashion oke. Wajar kalo jadi bahan perhatian.
"Mbak, saya yang mau pesan!" tegurku pada pelayan yang asyik aja ngeliatin Rama, yang malah asyik melihatku.
"Eh, iya, mbak! Silakan," kata si pelayan.
"Nasi sapi lada hitam sama milkshake ya.." pintaku.
"Milshakenya rasa apa?" tanya si mbak.
"Stroberi."
Bukan aku yang bilang. Si Rama. Kok dia tau aku mau yang stroberi?
"Kok tau, sih?" tanyaku.
Nggak ada jawaban. Yaudahlah.
"Adeknya makan apa, mbak?" tanya si mbak.
Tuh kan kubilang juga apa. Lebih mirip kakak adek jalan bareng daripada kencan. Si Rama juga yang nggak ngerti.
"Bukan adek saya," jawabku.
"Oh, bukan, terus siapanya?" tanya si mbak, kepo amat ya.
"Bukan urusanmu," Rama bersuara lagi, memandangi mbak tadi tajam.
"Yang tadi bikin dua. Udah sana pergi," katanya.
What? Aku bengong. Kenapa dia marah-marah begitu?
"Kamu marah?" tanyaku.
Nggak ada jawaban
"Cewek itu naksir kamu, tau," ucapku.
Dia diam. Nggak asyik.
"Mau belajar akuntansi dasar? Saya bawa bukunya, loh!" ujarku.
Nggak tau kenapa, pengen aja ngajarin dia akuntansi. Kali aja dia pusing terus ngomel, tapi bukan mode yang nyeremin kayak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Sugar Boy
Romance[Sebagian besar part dihapus!! Cerita ini sudah pindah ke dreame.. untuk baca silakan klik link di profil aku yaa..] -------------------------------------------------------------- Ramaryan Adhyatma. Sebut namanya dan semua orang akan menahan napas...