2. Pertemuan Pertama

50.6K 2.5K 128
                                    

baca lagi awal part 1 bagian Renata deskripsiin si berondong, ada sedikit revisi krn saya di komplen sama fans nya kimbum (berhubung saya pake foto kimbum untuk cover SSB ini) , tapi gak tau juga langsung berubah apa gak sih..hehehe...

happy reading

______________________________________________________________________________________

(Beberapa bulan sebelumnya)  

Aku sedang asyik sekali mengajar mahasiswa-mahasiswaku yang tampan. Yang sepertinya lebih asyik melihat wajahku dan memperhatikan gerak-gerikku daripada berkonsentrasi pada apa yang kusampaikan. Jangan salahkan aku karena aku berusaha tampil cantik dan menarik. Di usiaku yang masih terbilang muda, mengajari para pemuda di universitas tentu saja tidak mudah. Menarik perhatian mereka padaku itu gampang. Tapi membuat mereka memahami apa yang kuajarkan, itu tantangan. 

"Bagaimana, sudah mengerti? Refi, sudah mengerti?" tanyaku pada salah seorang pemuda yang tampak paling asyik memandangiku. 

Pemuda itu gelagapan dan hanya nyengir bodoh. Yang segera disambut sahut-sahutan tawa teman-temannya. Dan cibiran para gadis yang ada di dalam ruangan ini. Tapi aku sudah sangat terbiasa dengan suasana seperti ini. Ya, sia-sia saja rasanya aku mengajar sejak tadi. Aku baru hendak kembali melanjutkan menjelaskan pelajaran saat pintu kelas terbuka, dan dua orang mahasiswa berjalan masuk ke dalam. Salah satu dari mereka tampak mengangguk sopan padaku. 

"Maaf bu, boleh mengganggu waktunya sejenak?" tanya si pemuda. 

"Ya, ada apa?" tanyaku. 

"Kami mau menyampaikan tentang seminar kesehatan minggu ini," jawab mahasiswa itu. 

Aku tersenyum dan mengangguk. "Silakan," ucapku. 

Dan mahasiswa itusegera berbicara di depan kelas, mengundang para mahasiswaku untuk ikut menghadiri seminar kesehatan di gedung mereka. Ya, kurasa mereka dari fakultas kedokteran. 

Aku baru akan beranjak keluar untuk membiarkan mereka lebih leluasa berbicara, saat perhatianku teralih kepada mahasiswa yang satu lagi, yang sejauh kulihat, dia tak berkata bahkan sepatahpun. Dengan cara berpakaiannya yang terbilang sedikit asal, agak kusut di beberapa tempat, tapi entah kenapa malah membuat dirinya tampak menawan. Rambut hitam yang sedikit berantakan dan mencuat di sana-sini, serta sebuah kacamata ukuran sedang yang bertengger di hidungnya. Mahasiswa kedokteran seperti itu?

Hei, untuk apa kau perhatikan dia, Renata? 

Kemudian kulihat dia juga tengah melihatkuku. Tak sedikitpun memandang mahasiswaku, dia malah sibuk memandangiku. Dan saat itulah aku menyadari, bahwa mata para mahasiswi sudah tertumpu padanya. Siapa dia? Aku bahkan tak mengenalnya. Tapi memang tak bisa kupungkiri bahwa dia sangat tampan.

Ya Tuhan, Renata. Setampan apapun dia, dia hanya mahasiswa! Jangan gila! 

Kugelengkan kepalaku pelan, lalu aku pun berlalu dari ruangan kelas. Bersandar pada pintu kaca, menunggu kedua mahasiswa tadi keluar dari kelasku. 

Beberapa menit telah berlalu saat pintu terbuka dan aku segera menegakkan badanku. 

"Sudah?" tanyaku, pada mahasiwa yang bisa bicara.

Feelingku sih, mungkin temannya yang, ehem, tampan itu, tidak bisa bicara. Atau mungkin sedang batuk parah? Atau sariawan, mungkin? 

Pemuda yang kutanya itu mengangguk dan menyalami tanganku. 

"Sudah, terima kasih, bu..." ucapnya dengan ramah. 

Aku mengangguk, melepas jabat tangan itu dan hendak kembali ke kelas saat sebuah tangan yang lain menyambar tanganku. Pemuda yang satu lagi. Yang hanya bisa diam itu. 

Sweet Sugar BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang